20 - Bitchilante

622 76 19
                                    

"Hari ini ayo kita jalankan rencana kita, gue rasa ini udah saat yang tepat." ajak Martin. Sorot matanya tertuju kepada Aksa dan Arka yang sedang memakan makan siang mereka dengan tenang.

Jordan menaruh sendoknya dan memandang Martin yang duduk di hadapannya, "Apa yang bakal lo lakuin buat ngumpulin semua anggota Platinum?"

Martin menyeringai, "Kalian berdua tenang aja, gue udah punya rencana yang menyenangkan buat mereka."

Brian dan Jordan saling berpandangan, Martin tampaknya sudah terlalu dibutakan oleh rasa dendamnya sampai dia nekat dan tidak mempedulikan apapun lagi.

"Kita pasti akan menang dari Platinum, mereka akan jadi pecundang hari ini." gumam Martin percaya diri.

"Tapi kita harus tetap hati-hati, Tin. Gimanapun juga mereka bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh," peringat Brian.

Martin justru tertawa, "Karena itu, gue nggak cuma minta bantuan ke F5, gue juga minta bantuan ke Death Adder. Bukankah semakin banyak orang yang ada di pihak kita semakin baik?"

"Ke Kak Mike?" pekik Brian kaget, "Dia setuju buat bantuin lo?"

"Kak Mike langsung setuju, dia kan musuhnya Ardian. Tentu aja dia nggak akan melewatkan kesempatan ini. Tugas kalian nanti langsung hubungi Senja saat Platinum udah masuk ke jebakan kita."

Jordan terlihat sedikit ragu, bagaimanapun ini adalah rencana yang gegabah. Tapi percuma saja jika dia menghalangi Martin, anak itu tidak akan pernah mau untuk mendengarkan pendapat orang lain.

Martin lagi-lagi menyeringai, "Ayo kita jadikan salah satu dari mereka sebagai umpan buat perburuan Platinum."

Jordan dan Brian mengikuti arah pandang Martin dan melihat si kembar di sana. Mereka kini tahu apa yang menjadi tujuan Martin.

"Menurut kalian siapa umpan yang paling mudah didapat?" Martin bertopang dagu, raut wajahnya pura-pura berpikir.

"Aksa lah," jawab Brian, kalau yang diincar Arka, anak itu sedikit gila. Aksa adalah sasaran yang lebih mudah karena dia terlihat lebih lemah dibanding Arka.

"Okay, dia yang akan jadi sasaran kita hari ini," putus Martin tanpa bisa dibantah. Dia sudah tidak sabar.

Jordan dan Brian hanya bisa mengangguk, semoga hari ini bisa cepat berakhir.

.

.

.

.

.

Vino dan Dean baru saja selesai memesan makanan untuk makan siang di kantin. Masing-masing dari mereka membawa semangkok bakso. Dari tempat mereka berada sekarang, mereka bisa melihat Aksa dan Arka yang sudah menyantap makan siang mereka.

Vino dan Dean bertukar kode melalui tatapan mata. Vino menghela nafas dan akhirnya mengangguk, memahami maksud Dean. Dia berjalan lebih dulu diikuti oleh Dean.

Tanpa permisi mereka duduk di meja yang ditempati oleh Aksa dan Arka seperti biasanya. Arka tersedak kuah mie yang dia makan saat Dean duduk di sebelahnya.

"Apaan sih lo makan gitu aja keselek," Dean tertawa kecil sambil menuangkan saos sambal ke mangkoknya.

Vino menyodorkan es teh manis miliknya kepada Arka karena melihat gelas Arka yang sudah hampir kosong, "Nih, minum dulu."

"Hm, thanks?" ucap Arka tidak yakin, ini Vino dan Dean sungguh bersikap biasa saja setelah kejadian kemarin? Mereka tidak ikut menjauhi Aksa dan Arka seperti yang lain?

Dia mengambil es teh manis yang diberikan oleh Vino dan meminumnya perlahan sambil masih memandangi Vino yang duduk di samping Aksa, berseberangan dengannya.

STRANGE LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang