7 - Rantipole

850 77 2
                                    

"Ngomong-ngomong mereka ini siapa?"

Kloningan sempurna Aksa itu bertanya dengan nada curiga saat menyadari keberadaan geng Platinum. Kedua mata kelamnya yang bersorot tajam seolah sedang menilai wajah-wajah asing yang baru saja memasuki rumah ini. Dia sedikit menyeramkan, berbeda sekali dengan Aksa yang polos.

"Lo semua ya yang udah ngelukain Aksa?" tuduhnya sengit.

Dan suara ini sepertinya masih Yasa ingat dengan baik. Dia adalah orang yang sama dengan orang yang berbicara di telepon dengannya saat Aksa masih berada di IGD kemarin. Orang yang langsung menutup panggilan secara sepihak setelah Yasa menjelaskan dengan singkat kondisi Aksa yang sedang terluka.

"Ka, jangan sembarangan nuduh! Mereka yang udah nolongin gue. Mereka juga yang udah ngerawat gue dari kemarin. Lo mendingan tenang dulu dan minta maaf ke mereka." lerai Aksa sambil mencekal lengan pemuda satunya. Bisa gawat kalau anak ini sampai ngamuk dan menyerang Platinum.

"Tenang lo bilang? Gue hampir terjun payung dari jetnya Papa pas tau lo ada di IGD gara-gara pingsan digebukin. Ah, kesel gue sama lo pokoknya. Mau gue katain anjing tapi gue sayang sama lo," anak itu cemberut, merajuk pada Aksa.

Perhatian geng Platinum sekarang sepenuhnya tertuju pada sosok yang sepertinya adalah kembaran Aksa itu. Wajahnya sangat mirip Aksa dengan gaya penampilan yang berbeda. Jika Aksa berpenampilan ringkas dan rapi, kembaran Aksa itu kebalikannya. Rambutnya yang sedikit ikal dibiarkan memanjang dan berantakan, di telinganya ada beberapa tindikan. Ada juga satu tindikan di sudut bibirnya. Aksa dan kembarannya seperti 'good boy' dan 'bad boy' yang disandingkan bersama. Kontras sekali.

"Mereka beneran yang udah nolongin lo?" tanyanya lagi, masih belum yakin.

Aksa mengangguk, "Iya, bener. Mereka itu kakak kelas gue."

Perubahan ekspresi anak itu langsung terlihat dengan jelas. "Kakak-kakak makasih ya udah nolongin abang gue yang ceroboh ini dan maaf karena udah salah sangka sama kalian. Habisnya gue panik sama khawatir banget pas denger Aksa terluka."

"Jadi Aksa nih yang abangnya?" seloroh Dean takjub. Dia sama sekali tidak menduga jika Aksa mempunyai saudara kembar yang sepertinya memiliki sifat berbeda jauh.

"Kenalin ya, Kak. Ini adik saya, Arka. Nama lengkapnya Arkadal. Boleh dipanggil Arka atau Kadal. Terserah kalian aja deh."

Arka memelototi Aksa namun Aksa tidak mempedulikan sang adik. Tanpa diduga Ardian tertawa keras mendengar lelucon Aksa itu.

"Gue Ardian." dia mengulurkan tangan pada Arka lebih dulu dan anak itu langsung menyambutnya dengan antusias.

"Kakak good looking deh mirip sama gue." sambut Arka percaya diri. Aksa memutar bola matanya mendengar perkataan Arka itu.

"Gue Yasa, kayaknya kita kemarin udah bicara di telepon."

Mata bulat Arka membola, "Jadi Kak Yasa yang udah bawa Aksa ke rumah sakit kemarin? Makasih banget udah ngasih tau gue jadi gue bisa langsung datang kesini."

"Santai aja, Arka." Yasa tersenyum memamerkan lesung pipinya.

"Gue Reyhan."

"Kak Reyhan kayaknya memancarkan aura positif deh. Pasti populer dan suka dikerubungin cewek-cewek."

"Lo bisa aja deh." Reyhan tertawa senang mendengar pujian itu.

"Giandra."

"Arka. Ih, datar banget sih Kak ekspresi wajahnya, kayak baju yang habis disetrika uap."

"Arka, mulut lo dijaga." peringat Aksa.
Yang lain sedikit terkejut melihat ketegasan Aksa pada adiknya yang sedikit bengal ini. Arka mendengus mendengar kakaknya.

STRANGE LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang