Di kantin, Arka menemani Aksa untuk makan siang. Seperti biasanya, mereka masih jadi pusat perhatian sejak beberapa hari terakhir. Arka sih sudah terbiasa menjadi pusat perhatian sejak di sekolah lamanya, namun Aksa tampaknya tidak terbiasa sekarang. Dia terlihat tidak nyaman dengan semua ini.
"Makan yang banyak, Sa. Kalau gue perhatiin lo tambah kerempeng, gue nggak suka liatnya," Arka mendengus, nadanya mengancam. Kalau begini seperti dia yang jadi kakaknya, bukan Aksa.
"Ini juga makan." balas Aksa, tidak mau kalah.
"Orang dari tadi lo cuma makan sesuap terus ngaduk-ngaduk makanan gitu, lo pikir gue nggak liat?"
"Bawel lo kayak emak-emak," Aksa menggerutu.
"Gue itu cuma nggak mau kalau lo sakit, Aksa."
"Gue nggak selemah itu." Arka dan segala sikap protektifnya belakangan ini sering membuat Aksa pusing.
Arka berdecih dan meraih piring berisi batagor di depannya. Ini adalah piring keduanya. Arka suka dengan kantin Harapan, makanannya lebih banyak jenisnya daripada di kantin SMA Garuda.
"Arka, makan pelan-pelan. Keselek batagor entar!" celetuk Dean yang baru saja bergabung di meja mereka. Vino menyusul di belakang sambil membawa dua es teh cup jumbo.
"Biarin aja dia keselek, Kak. Paling juga nangis." kata Aksa cuek.
"Gue nggak cengeng!"
"Siapa yang semalam nangis gara-gara liat video musiknya Stanfour?" sindir Aksa.
"Heh, gue menitikkan air mata karena emang lagunya sedih ya. Video musiknya juga bagus, sederhana tapi menyayat hati."
"Cengeng ya cengeng aja, Arka."
"Lo kok jadi nyebelin gini sih."
"Perasaan dari dulu gue juga udah nyebelin."
Dean dan Vino hanya bisa geleng-geleng melihat perdebatan sepasang anak kembar itu hanya karena masalah yang sepele ini. Seru juga melihat mereka. Baik Dean dan Vino sebenarnya lumayan terkejut karena ternyata Aksa cukup talkative. Dia akan mulai banyak bicara jika nyaman dengan orang-orang di sekitarnya.
"Lhah itu para tikus got." Arka langsung mengabaikan perdebatannya dengan Aksa saat melihat sesuatu yang menurutnya lebih menarik.
"Gue masih gemes sama mereka, pengen gue sentil ginjalnya." Dean menopang dagunya dengan tangan sembari mengamati polah tingkah trio curut itu.
Vino meminum es tehnya, "Kita kerjain mereka aja yuk, gue bosen nih."
"Biar gue aja, Kak." kata Arka antusias, trio curut rupanya berjalan melewati meja mereka.
Arka dengan sengaja menjulurkan kakinya untuk menjegal Jordan yang kebetulan berjalan paling depan. Jordan terjungkal dan tersiram kuah bakso panas yang dibawanya, membuat anak itu menjerit kesakitan dan kepanasan.
Oh, seharusnya dia ingat ketika dia pernah mengancam menyiram kuah bakso pada Aksa.
Tawa Arka menggema kencang di kantin. Dean terpukau melihatnya, tidak menyangka jika Arka itu suka bergerak dengan cepat dan terang-terangan. Sekarang semua pasang mata tertuju pada mereka.
"Bangsat! Kenapa lo cari masalah terus, anjing!" mata Martin memerah karena marah, dia menatap Arka tajam. Sayangnya itu sama sekali tidak membuat Arka gentar, anak itu justru makin senang melihat reaksi Martin.
Brian membantu Jordan untuk berdiri dan membersihkan dirinya. Brengsek si Arka ini.
"Lo nggak berpikir kalau cuma ini yang bakalan gue lakuin kan?" balas Arka, nadanya tajam. "Lo pikir lo bisa bebas gitu aja setelah bikin kembaran gue ini masuk rumah sakit?" Arka melirik pada Aksa yang hanya diam, sama sekali tidak ingin ikut campur pada ulah Arka. Dia tidak ingin semakin menarik perhatian.

KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE LIGHTS
FanficKepindahan Aksana Mahendra ke SMA Harapan membuatnya terlibat dengan geng Platinum. Hidup Aksa yang semula terasa kelabu sedikit demi sedikit mulai lebih berwarna lagi. Tetapi bagaimana jika sebenarnya Aksa mempunyai sebuah tujuan tersembunyi di bal...