Arka memarkir Mercedes-Benz G-Class hitam yang dia kendarai di depan rumah mewah milik keluarga Hadinata. Di kursi sampingnya, Aksa hanya diam dan tidak banyak berkomentar. Seperti yang sudah direncanakan, hari ini mereka akan makan malam di sini bersama dengan yang lainnya.
Aksa dan Arka turun dari mobil, hampir bersamaan dengan datangnya sebuah Lamborghini Urus S berwarna orange milik Reyhan. Reyhan selalu suka warna yang mencolok, dia punya beberapa koleksi mobil dengan warna yang cerah seperti mobil yang dia gunakan sekarang ini atau Porsche 911 GT3 dengan warna kuning yang lebih sering dia bawa.
"Kalian juga baru datang?" sapa Reyhan dengan senyumannya yang selalu cerah itu, "Anjir gue pikir gue udah telat, nggak taunya baru kita bertiga yang datang."
"Iya, nih. Yang lain pada kemana ya?" Arka celingukan karena belum menemukan keberadaan Giandra, Yasa, dan juga Dean.
"Udahlah, entar mereka juga nyusul. Masuk aja yuk ke dalem. Di luar gerah." ajak Reyhan, si kembar lalu mengikutinya untuk masuk ke dalam rumah dengan pilar-pilar raksasa berwarna putih itu.
Pilar-pilar itu sedikit mengingatkan Arka pada arsitektur Kuil Parthenon, kuil yang dibangun untuk Dewi Athena di Yunani sana. Halaman rumah ini luas, ada sebuah kolam berisi ikan koi dan rumpun bambu di sudutnya. Berbagai macam jenis dan warna bunga juga tumbuh subur di seluruh penjuru rumah ini.
"Tanteeeee..." panggil Reyhan antusias ketika dia melihat sosok cantik Isabel yang sedang menata makanan di meja makan dibantu oleh Vino dan salah satu asisten rumah tangganya.
"Halo, Rey. Lama nggak ketemu ya, makin cerah aja senyuman kamu itu."
"Ah, Tante bisa aja."
Isabel tersenyum, senyuman ramahnya itu semakin berkembang saat melihat Aksa dan Arka yang berdiri di samping Reyhan. Vino mendekat pada Aksa dan Arka dan merangkul bahu mereka berdua.
"Ma, kenalin ini Aksa sama Arka, yang kemarin aku ceritain ke Mama."
"Halo, Tante. Salam kenal, aku Arka."
"Aksa."
"Bener kata Vino, kalian berdua emang ngegemesin. Ayo cepetan duduk sambil nunggu yang lain datang," sambut Isabel ramah.
Vino menarik Aksa dan Arka untuk duduk di kursi yang kosong. Reyhan lalu duduk di samping Arka. Vino sendiri masih sibuk membantu Isabel.
"Bang Ardian mana?" tanya Reyhan.
"Di kamarnya, tadi habis bantu Mama masak, kayaknya sih mandi sama siap-siap," jawab Vino. Dia menaruh sepiring sate ayam dengan harum aroma bumbu kacang yang menggugah selera tepat di depan Arka.
Setelah itu, menu-menu makanan khas Indonesia lain juga berdatangan. Ada rendang, gulai nangka, bali telur, ikan bakar, mie goreng, capcay kuah, gorengan, beraneka macam sambal, bahkan juga berbagai jenis kerupuk sebagai pelengkap. Arka menghela nafas, tidak sabar ingin memakan semuanya. Mana bisa dia menahan dirinya kalau disuguhi banyak makanan seenak ini di depan matanya.
"Usap tuh iler lo, Ka," tegur Aksa sambil tersenyum. Reyhan tertawa kencang mendengarnya.
"Heh, siapa yang ngiler?" elak Arka sedikit malu. Bisa-bisanya Aksa justru mempermalukan dirinya di sini.
"Daripada lo keburu kelaperan karena yang lain belum dateng, minum ini dulu gih," seolah sudah bisa menebak tingkah random Arka, Vino meletakkan sebuah gelas kaca besar di depan Arka.
Mata bening Arka langsung membola senang saat melihat apa yang baru saja Vino berikan kepadanya. Segelas besar es cappucino cincau yang belakangan ini jadi minuman kesukaannya.
"Ah, makasih Kak Vino." Arka berseru senang. Vino tahu saja apa yang sedang dia inginkan.
"Si Arka ini disogok capcin juga udah luluh, Ma." kata Vino pada Isabel yang hanya bisa tertawa melihat kelakuan mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE LIGHTS
Fiksi PenggemarKepindahan Aksana Mahendra ke SMA Harapan membuatnya terlibat dengan geng Platinum. Hidup Aksa yang semula terasa kelabu sedikit demi sedikit mulai lebih berwarna lagi. Tetapi bagaimana jika sebenarnya Aksa mempunyai sebuah tujuan tersembunyi di bal...