"Kenapa lo bengong di situ? Udah kayak patung neko aja."
Ardian berjalan menghampiri Giandra yang sedang duduk bersandar di atas kap mobil sport berwarna hitamnya sambil menghisap sebatang rokok. Malam ini mereka sedang berada di tongkrongan mereka, dimana biasanya Ardian akan balapan dengan musuh-musuhnya.
Biasanya memang hanya mereka berdua yang datang kesini. Yasa dan Reyhan tidak terlalu menyukai tempat ini sedangkan Dean dan Vino memang Ardian larang untuk datang kemari.
Tatapan mata Giandra tertuju pada segerombolan pemuda seumuran mereka yang memakai jaket kulit berwarna merah maroon yang serupa. Ada lambang ular berwarna cokelat di punggungnya.
"Jadi mereka itu Death Adder?" tanya Giandra dengan tatapan menilai.
Ardian mengangguk, "Iya, mereka yang udah dengan percaya dirinya nantangin gue."
Mata Ardian memicing begitu pandangannya bertemu dengan tatapan pimpinan Death Adder yang rambutnya diwarnai pirang. Pemuda bernama Mike itu menyeringai pada Ardian. Ardian tentu saja tidak mudah terpancing, dia hanya membalasnya dengan senyuman meremehkan.
"Mereka nggak tau siapa lo?" tanya Giandra lagi setelah membuat tatapan menilai.
"Mereka tau, karena itu mereka berambisi buat ngalahin gue. Ambisi yang bodoh."
"Jadi lo setuju buat ngelawan mereka?"
"Mungkin nggak dalam waktu dekat. Nyokap balik lusa, dan gue pasti nggak diijinin keluar sampai malam."
"Tentu aja, itu juga buat kebaikan lo. Apalagi ini masih musim hujan, lo pasti bakalan langsung sakit kalau sampai kena air hujan."
"Anjing, nggak usah disebut di sini juga kali. Kalau ada yang denger gimana? Bisa rusak reputasi gue."
Giandra terkekeh pelan.
"Makanya jangan keterusan. Dan gue harap lo juga masih ingat janji lo buat berhenti balapan."
"Gue ingat kok. Tapi nggak sekarang."
Giandra hanya melirik Ardian dengan malas. Kadang si Ardian ini keras kepala sekali.
Keheningan kemudian menguasai mereka berdua. Mereka sama-sama menatap ke jalan lengang di depan sana yang sudah diubah menjadi sirkuit dadakan bagi mobil-mobil sport mewah yang berkumpul di tempat ini.
"Lo nggak balapan malam ini?"
Ardian menggeleng.
"Enggak ah. Lagi males. Nggak ada lawan yang sepadan buat gue."
Mereka terus menonton sampai balapan berakhir. Baik Ardian maupun Giandra sama sekali tidak mempedulikan para gadis cantik yang mencoba mencuri perhatian mereka. Image mereka itu sama, dingin dan tidak tersentuh. Dan justru karna itulah para gadis mengejar mereka.
Rombongan geng Death Adder terlihat berjalan ke arah Ardian dan Giandra. Sang leader, Mike, berhenti di depan mereka. Dia tersenyum sinis pada Ardian.
"Ardian Hadinata, gue tunggu saat buat ngelawan lo."
"Dan itu juga saat dimana lo bakalan nangis karena kalah dari gue." Ardian balas menyeringai.
"Bangsat." Mike mendesis, pukulan tangannya melayang pada Ardian.
Giandra yang masih duduk di atas kap mobilnya menendang tangan Mike, membuatnya terhuyung.
"Jangan gunain tangan kotor lo buat nyentuh Ardian." ucap Giandra dengan wajah datarnya.
Meskipun mereka hanya berdua dan Death Adder berlima, mereka yakin jika geng berlambangkan ular itu bisa dikalahkan dengan mudah. Mereka hanya menang outer appereance-nya saja. Luarnya ular berbisa tapi dalamnya Hello Kitty.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE LIGHTS
Fiksi PenggemarKepindahan Aksana Mahendra ke SMA Harapan membuatnya terlibat dengan geng Platinum. Hidup Aksa yang semula terasa kelabu sedikit demi sedikit mulai lebih berwarna lagi. Tetapi bagaimana jika sebenarnya Aksa mempunyai sebuah tujuan tersembunyi di bal...