13 - Kairos

675 61 5
                                        

Aksa menutup buku matematikanya setelah selesai mengerjakan PR. Dia membereskan buku-buku yang ada di atas meja belajar dan melihat buku milik Arka yang tadi sempat belajar dengannya. PR anak itu belum selesai dikerjakan, Arka bahkan masih menulis satu kalimat di bukunya. Aksa kemudian menoleh ke tempat tidurnya, di sana Arka sudah tertidur dengan nyaman.

Aksa mendekat dan menyelimuti kembarannya itu. Kalau sedang tidur begini, Arka tampak begitu manis, berbanding terbalik dengan sikap badungnya. Diam-diam Aksa juga merindukan sikap manja Arka yang dahulu.

Sejak peristiwa kecelakaan yang menimpa Aksa itu, Arka juga berubah. Dia menjadi tidak terlalu manja dan lebih mandiri. Arka sekarang menjadi lebih protektif kepadanya dan suka melarang Aksa melakukan banyak hal. Padahal dulu Aksa yang protektif pada Arka, sekarang peran itu seolah terbalik.

"Lo udah selesai ngerjain PRnya?" tanya Arka yang rupanya terbangun karena Aksa menyelimuti dirinya.

Aksa mengangguk, "Lo nggak lanjutin PR lo?"

Arka menggeleng, "Males, biarin aja lah. Paling juga cuma disuruh keliling lapangan 5 kali."

"Dasar!"

Arka menarik selimutnya lebih rapat, "Gue tidur di sini ya malam ini."

"Lo kan punya kamar sendiri, Arkana."

"Gue lagi nggak pengen jauh-jauh dari kakak gue," respon Arka.

"Ya udah deh, tapi awas aja kalau lo ngorok! Gue tendang keluar jendela."

"Galak amet sih!" seru Arka tidak terima.

Aksa kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah selesai membersihkan diri, dia merebahkan dirinya di samping Arka. Aksa tidak langsung tidur, dia memainkan ponselnya dulu. Sebenarnya dia belum terlalu mengantuk.

"Kak,"

Aksa langsung menoleh kepada Arka, jika anak ini memanggilnya dengan sebutan kakak, pasti sedang ada maunya.

"Ada apa? Lo lagi pengen sesuatu?"

Arka menggeleng.

"Terus?"

"Lagi pengen manggil kakak aja," jawab Arka dengan mata yang membulat lucu.

"Tidur sana,"

"Lo juga tidur."

"Gue belum ngantuk, Ka."

"Apa ada yang lagi lo pikirin?"

Aksa terdiam sebelum mengangguk sekilas.

"Rencana kita, Ka. Gue mulai ragu."

"Nggak usah dipikirin, biarin aja mengalir seperti air."

Keheningan terjadi di antara mereka sebelum Arka kembali bersuara.

"Gue ngerasa nyaman di sini, Sa, dan gue semakin ingin menjadi egois."

Mereka berdua saling berpandangan.

"Gue nggak mau ngehancurin hati mereka." Aksa menggeleng ragu, dia menyadari jika hatinya telah berubah. Sedikit melenceng dari tujuan awalnya.

"Tapi mereka harus tau," Arka bersikeras. "Dia berhak untuk tau."

.

.

.

.

.

Hari Sabtu ini Ardian merasa sedikit bersemangat. Dia sudah berada di sirkuit, dengan ditemani oleh Giandra tentunya. Hari ini Ardian akan melawan Mike, leadernya Death Adder yang pernah menantangnya tempo hari.

STRANGE LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang