Pagi itu Aksa terpaksa berangkat sekolah bersama dengan Arka yang ngotot sekali ingin mengantarnya. Mobil Mercedes-Benz GClass itu berhenti di depan halte bis yang ada di dekat SMA Harapan.
"Kenapa harus berhenti di sini sih? Sekolah lo kan masih ada di depan sono. Aneh ih." protes Arka yang berada di balik kemudi, dia kesal karena Aksa bersikeras untuk berhenti di halte saja.
"Di sini aja, gue bisa jalan kesana, Ka."
Belum sempat Arka membuka mulutnya lagi, Aksa sudah melompat turun dari mobil. Dia merapikan seragamnya sebentar sebelum berjalan menjauh. Arka hanya bisa memukul setir mobilnya dengan kesal namun dia tidak langsung pergi. Arka memutuskan untuk diam dan mengamati.
"Aksa serius banget sih cosplay jadi orang buangannya, mana tampilan luarnya meyakinkan banget lagi." Arka menggerutu sendiri. Matanya masih mengamati Aksa yang berjalan menuju ke sekolahnya.
Tidak berapa lama kemudian, Vino datang ke sekolah diantar oleh Ardian. Mobil Lamborghini biru milik Ardian tampak menonjol di antara barisan kendaraan lain. Arka tersenyum penuh arti saat melihat Vino turun dari mobil itu. Vino terlihat melambaikan tangan pada sang kakak yang langsung pergi meninggalkan area ini.
"Ardian, Arvino," gumam Arka pelan saat melihat pemandangan dua bersaudara di depannya, "Life is full of surprises, so be ready for the unexpected." lanjutnya dengan sebuah senyuman lebar.
.
.
.
.
"Aksa!"
Panggil Vino saat melihat Aksa berjalan di depannya. Aksa menghentikan langkahnya dan menunggu Vino untuk menghampirinya.
"Pagi, Kak." sapa Aksa sembari tersenyum.
"Gimana kondisi lo?"
"Udah mendingan kok, Kak."
"Seharusnya kalau lo belum sehat lo istirahat dulu aja di rumah."
"Nggak deh, diem lama-lama di rumah itu ngebosenin."
"Tadi berangkat naik apa?"
"Diantar Arka," jawab Aksa setengah berbisik.
Mereka berdua berjalan beriringan, membuat semua orang menatap dengan penuh minat. Aneh saja melihat seorang Arvino berjalan bersama dengan murid yang mereka anggap buangan itu.
"Kak Dean mana?"
Vino menggeleng, "Nggak tau, palingan tu anak bangun kesiangan, Sa. Oh ya, adek lo jadi pindah kesini?"
Aksa mengangguk,"Jadi, Kak. Dia udah ribut terus dari semalam. Orang suruhan Papa masih ngurus kepindahannya. Mungkin dalam beberapa hari lagi Arka udah bisa sekolah di sini."
Tidak terasa mereka sudah sampai di depan kelas Aksa.
"Kalau trio curut macam-macam langsung bilang gue sama Dean ya," pesan Vino sebelum berlalu.
Aksa hanya mengangguk sebagai jawaban, dia kemudian berbelok ke kelasnya dan menuju ke tempat duduknya. Aksa kemudian mengambil buku untuk mata pelajaran pertama dan mempersiapkan alat tulisnya. Tepat ketika bel berbunyi, Martin, Jordan, dan Brian datang.
Martin tersenyum sinis saat melihat Aksa di tempat duduknya. Dia berbelok ke bangku Aksa dan menatap tajam padanya.
"Rupanya lo masih punya nyali juga buat datang ke sekolah." kata Martin dengan nada yang mengintimidasi. Wajah sombong itu mungkin belum pernah dipukul sebelumnya.
Aksa sebenarnya tidak ingin menggubrisnya, namun Martin dengan sengaja membuang buku dan alat tulis milik Aksa ke lantai.
"Apa perlu gue kasih pelajaran yang lebih dari kemarin?"

KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE LIGHTS
FanfictionKepindahan Aksana Mahendra ke SMA Harapan membuatnya terlibat dengan geng Platinum. Hidup Aksa yang semula terasa kelabu sedikit demi sedikit mulai lebih berwarna lagi. Tetapi bagaimana jika sebenarnya Aksa mempunyai sebuah tujuan tersembunyi di bal...