Aksa membuka matanya dan mendapati dirinya berada di sebuah tempat yang dia benci. Rumah sakit.
Dia mengerang perlahan ketika seluruh tubuhnya terasa sakit dan nyeri. Ada luka lebam di tangannya yang juga terpasang selang infus. Entah siapa yang sudah menolongnya sehingga dia berakhir di ruang IGD ini.
Saat Aksa tenggelam di dalam pikirannya, tirai yang berada di sampingnya terbuka. Seorang pemuda jangkung mendekat padanya. Dia menatap Aksa dan tersenyum kecil, menampilkan lesung pipinya yang menawan.
"Lo udah bangun?" tanyanya, suaranya tenang dan dalam.
Aksa balas menatapnya dan langsung mengerti jika kemungkinan dia yang sudah menolongnya.
Ketika Aksa tidak juga merespon, pemuda itu menarik sebuah kursi dan duduk di samping ranjang yang ditempati Aksa. Berusaha menjelaskan karena Aksa yang masih terlihat linglung dan memprihatinkan.
"Tadi gue lewat depan sekolah gue dulu dan nggak sengaja ngeliat lo yang pingsan dan babak belur gini. Lo anak Harapan juga kan?"
Sebenarnya dia tidak perlu bertanya lagi karena Aksa jelas-jelas memakai seragam SMA Harapan.
Aksa kemudian mengangguk, dia akhirnya membuka suara.
"Ma-makasih udah nolongin saya tadi, Kak."
"Oh, kenalin. Gue Yasa. Yasa Wibisana, lo anak kelas sepuluh ya? Perasaan gue belum pernah lihat lo sebelumnya."
"Saya kelas sebelas, murid pindahan."
"Oh, pantes aja." Yasa tersenyum, "Sorry, tadi gue buka tas dan dompet lo buat cari identitas lo, nama lo Aksa kan?"
"Iya, nama saya Aksa. Nggak papa kok, Kak."
"Aksa, kalau boleh tahu siapa yang udah nglakuin ini ke lo? Anak sekolah lain? Atau justru anak Harapan juga?"
Yasa merasa penasaran, sekaligus tidak habis pikir. Bisa-bisanya murid SMA Harapan dipukuli seperti ini.
"Apa jangan-jangan Arvino sama Dean? Jangan-jangan mereka yang udah gebukin lo ya?" kedua mata Yasa memicing curiga, meskipun dia tidak yakin juga.
"Kakak kenal sama Kak Vino dan Kak Dean?" respon Aksa cepat, membuat Yasa terkejut. Tapi akhirnya dia ingat cerita soal anak yang pernah Vino dan Dean tolong, kalau tidak salah namanya adalah Aksa.
Jadi, inilah si Aksa itu.
"Iya, kenal. Mereka berdua udah kayak adek gue sendiri." Yasa tersenyum.
"Bukan mereka kok, justru Kak Vino dan Kak Dean yang udah sering nolongin saya." Aksa sedikit tersenyum ketika menceritakannya.
"Ah, begitu." Yasa mengangguk, sepertinya dia harus meminta maaf karena sempat mencurigai Vino dan Dean. "Sorry lagi, gue tadi juga angkat telepon di hp lo, dari tadi bunyi terus."
Mata Aksa terbelalak, dia melirik ponsel dan kacamatanya yang tersimpan di atas nakas. Ingatannya berputar kembali, dia sempat menghubungi seseorang sebelum jatuh pingsan tadi.
"Dia nyariin lo dan gue jawab kalau lo terluka dan sekarang lagi ada di rumah sakit ini." lanjut Yasa.
Aksa kini menunduk, dia menghela nafas panjang. Masalah lain mungkin akan segera datang lagi.
"Orang itu nggak jawab, dia langsung tutup teleponnya."
Aksa hanya diam mendengarkan Yasa, namun sebenarnya dia sedang memikirkan hal ini.
"Dokter tadi juga bilang lo bisa rawat jalan. Setelah ini gue bakal anterin lo pulang setelah infus lo habis."
Aksa buru-buru menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE LIGHTS
FanficKepindahan Aksana Mahendra ke SMA Harapan membuatnya terlibat dengan geng Platinum. Hidup Aksa yang semula terasa kelabu sedikit demi sedikit mulai lebih berwarna lagi. Tetapi bagaimana jika sebenarnya Aksa mempunyai sebuah tujuan tersembunyi di bal...