22 - Apricity

679 61 14
                                    

Ketika Ardian membuka mata, dia sudah dipindahkan ke ruangan rawat inap. Perutnya yang terasa nyeri tidak bisa membuatnya bergerak banyak.

Sialan memang si Mike, setelah keluar dari rumah sakit ini Ardian akan mencarinya dan membalasnya dengan cara yang lebih menyakitkan.

"Arghhhh," Ardian mendesis kesakitan saat mencoba menggerakkan tubuhnya. Menyebalkan.

"Kamu udah bangun?"

Ardian menoleh ke arah samping dan baru menyadari jika David berada di ruangan ini. Pria itu segera berdiri dari sofa dan menghampirinya.

"Mana yang sakit, Ar? Biar Om panggilin dokter ya."

Ardian menggeleng dan bersuara lirih, "Nggak apa-apa kok, Om. Cuma nyeri dikit aja."

"Ini masih jam dua pagi, mendingan kamu tidur aja lagi," David mengusap kepala Ardian sambil tersenyum lembut, sorot khawatir masih terlihat jelas di matanya.

"Kok Om bisa ada di sini?"

Ardian mengedarkan pandangannya ke ruangan ini dan melihat Vino dan Arka tidur di sofa. Mereka berdua terlihat lelah.

"Tadi Arka yang udah ngabarin Om soal kejadian itu. Makasih ya kamu udah nolongin Aksa, kalau kamu nggak dateng Om nggak tau apa yang bakalan terjadi."

"Aksa mana? Dia nggak apa-apa kan? Tadi seharusnya aku dateng lebih cepat buat nolongin dia jadi dia nggak sampai terluka. Maafin aku ya, Om."

"Ssstttt..." David mencoba menenangkan Ardian, "Aksa nggak apa-apa kok, Ar. Dia Om suruh pulang tadi. Sekarang mungkin anaknya juga udah tidur, kamu juga istirahat lagi ya. Nggak usah mikirin yang berat-berat dulu."

Ardian mengangguk lemah. Dia menghela nafas pelan dan mencoba memejamkan matanya lagi. Isabel belum datang, tapi Ardian bisa memakluminya. Baru kemarin siang Isabel kembali melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, mungkin Vino sudah mengabari Isabel namun tetap saja membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk perjalanan kembali ke Indonesia.

David masih berada di samping Ardian, dia mengusap kepala Ardian dengan lembut, membuat Ardian merasa nyaman dan mulai mengantuk. Tidak membutuhkan waktu lama sampai dia benar-benar tertidur lagi.

David mengulas senyumannya, "Selamat tidur, nak. Cepat sembuh ya."

.

.

.

.

.

"Pagi, Mas."

Vino tersenyum lebar dengan kedua matanya yang masih nampak sembab. Semalam sebelum tidur, Vino menangis cukup lama karena tidak tega melihat wajah Ardian yang begitu pucat dan juga karena Ardian tidak segera sadar.

"Pagi," balas Ardian lirih, sebuah senyuman terbit di bibirnya saat menemukan sosok sang adik di sampingnya.

"Haus nggak, Mas? Mau minum? Gue ambilin ya?"

Ardian mengangguk, Vino dengan cekatan mengambil sebotol air mineral yang ada di nakas dan membantu Ardian untuk minum.

"Pelan-pelan minumnya, Mas."

Setelah itu Ardian kembali berbaring dengan perlahan, Vino masih menunggui di sampingnya.

"Mama masih di jalan, Mas. Bentar lagi pasti sampai. Kemarin waktu gue kabarin Mama langsung balik ke Indo."

Ardian hanya mengangguk lemah.

"Semalem Bang Giandra, Bang Yasa, sama Bang Reyhan balik duluan. Palingan mereka bentar lagi juga nongol."

STRANGE LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang