"Siapa gue? Kenapa lo nggak maju dan cari tahu sendiri?"
Mendengar perkataan Aksa yang seolah sedang menantangnya itu membuat Martin naik pitam. Tanpa menunggu lebih lama lagi dia langsung mengarahkan tinjuannya ke wajah Aksa yang terlihat tenang seperti lautan yang kehilangan ombaknya.
Tanpa Martin duga, kepalan tinjunya itu bisa Aksa tangkap dan dengan mudahnya Aksa menghempaskan pukulan Martin itu.
"Bangsat!" pekik Martin kesal.
Aksa menatap Martin dengan tajam, "Martin, Martin. Seharusnya lo itu sadar sama posisi lo. Jangan terlalu serakah di saat lo itu bukan siapa-siapa."
Wajah Martin memerah karena emosi. Di dalam dirinya muncul pertanyaan, kenapa Aksa menjadi berbeda? Mulai dari sorot mata sampai dengan caranya berbicara. Dia seperti seseorang yang benar-benar berbeda. Tidak ada lagi si cupu yang selalu diam ketika dia tindas.
"Lo yang pertama kali bakalan gue habisin sebelum anggota Platinum yang lainnya."
Aksa menoleh ke sekitarnya, totalnya ada delapan orang yang sekarang sedang mengepungnya. Trio curut kemampuannya bisa Aksa perkirakan, dia pasti bisa mengalahkan mereka dengan mudah. Namun untuk yang lainnya Aksa masih belum tahu. Tetapi menilik dari jaket berlambang ular yang mereka kenakan, mereka adalah geng bernama Death Adder. Aksa pernah mendengar tentang mereka. Mereka hanya kelompok pembuat onar kecil yang tidak pernah membuat Aksa tertarik dulu.
Mungkin hari ini Aksa bertindak ceroboh dengan mencoba menghadapi mereka berdelapan sendirian, bagaimanapun keadaan tubuhnya tidak lagi sama seperti dulu. Mau bagaimana lagi, Aksa tidak ingin jika nantinya terjadi salah paham di antara anggota Platinum dan F5. Ingatkan dia untuk memarahi Senja dan yang lainnya nanti.
"Lo nggak akan bisa, Martin."
Bersamaan dengan respon Aksa itu, Martin menerjang ke arahnya. Dia menghujami Aksa dengan pukulan yang bertubi-tubi, awalnya Aksa hanya menghindar tapi Aksa sadar jika dia harus segera mengakhirinya.
Aksa mulai membalas pukulan Martin, dia menjatuhkan sebuah pukulan keras ke rahang Martin yang langsung membuat pemuda itu terjatuh di lantai yang kotor dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya.
Jordan dan Brian yang melihat semua itu terpaku. Mereka juga tidak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat sekarang. Aksa yang biasanya mereka ganggu baru saja memukul Martin dengan keras, sampai Martin linglung untuk sesaat.
"Gue nggak punya waktu buat main-main sama kalian, mendingan kalian semua pergi selagi gue masih berbaik hati," kata Aksa dengan nada dingin. Sorot matanya yang tajam terlihat mengintimidasi.
Mike maju ke depan, dia berhenti di depan Aksa dengan senyuman angkuhnya.
"Lo lumayan menarik untuk seseorang yang kata mereka bertiga itu lemah," Mike melirik Martin yang masih terduduk di tanah, pukulan Aksa mungkin begitu keras sampai dia kesusahan untuk bangkit lagi.
"Well, they don't know me. They only know what I allow them to know." respon Aksa sambil tersenyum tenang.
Mike sama sekali tidak terganggu dengan sorot mata tajam Aksa, dia justru membalas senyuman Aksa.
"Tapi gimana nih, lo sendirian di sini. Lo nggak bakalan bisa menang dari kita seberapa keraspun lo mencoba apalagi jika ditambah anggota F5 nanti, bahkan Platinum pun nggak bakalan bisa berbuat banyak."
"F5 nggak bakalan datang dan bantuin kalian, buat mereka mungkin kalian cuma sekedar pelepas rasa bosan aja. Kalau kalian pintar seharusnya kalian nyadarin hal itu, terutama lo bertiga."
Aksa menoleh kepada Jordan dan Brian yang membantu Martin untuk berdiri.
"Apa maksud lo, bangsat?" teriak Brian tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE LIGHTS
FanfictionKepindahan Aksana Mahendra ke SMA Harapan membuatnya terlibat dengan geng Platinum. Hidup Aksa yang semula terasa kelabu sedikit demi sedikit mulai lebih berwarna lagi. Tetapi bagaimana jika sebenarnya Aksa mempunyai sebuah tujuan tersembunyi di bal...