Pagi ini adalah pagi yang indah bagi Jennie, ia kembali berada digedung Corp besar ini. Ia sengaja meminta kepada Limario untuk masuk kembali sesuai tahapan perusahaan.
Dimulai dari mengirim CV ulang yang ia kirimkan ke perusahaan, dan dengan sesi wawancara bersama tim HRD dan direktur di perusahaan tersebut.
Dan inilah sesi terakhir Jennie wawancara bersama CEO di perusahaan milik Limario ini.
Jennie menghela nafas panjangnya, kemudian perlahan mengetuk pintu ruangan milik CEO itu.
"Masuk!"
Setelah mendapat izin dari seseorang didalam sana, ia pun melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu.
"Selamat pagi, pak" ucap Jennie tersenyum pada Limario.
"Pagi, silahkan duduk!" Balas Limario sembari menutup laptopnya dan menatap lekat wanita dihadapannya itu.
"Mau wawancara apalagi? Langsung diterima saja ya dengan nyonya Jennie R. Jane!" Ucap Limario dengan tatapan antusias.
Jennie memutar matanya malas, "Tugas pertama saya apa pak?"
Sementara Limario hanya tersenyum, "Temani saja saya disini, kamu sudah sarapan?"
"Sudah, pak! Ini juga ada kiriman dari ibu saya untuk bapak." Jawab Jennie sembari meletakkan kantong plastik berusu satu porsi nasi goreng kimchi keatas meja CEOnya itu.
"Sampaikan terima kasihku pada ibu..." ucap Limario tersenyum meraih kantong plastik itu dan segera membukanya.
Kemudian, ia berpindah posisi menuju sofa, dengan Jennie yang terus memperhatikan gerak-gerik Limario itu.
Jennie hanya terlihat menggelengkan kepalanya melihat tingkah Limario ini.
"Kemarilah! Mau gajinya dipotong, ini tugas pertama kamu!" Titah Limario menyodorkan bekal yang diberikan oleh ibu Jennie tersebut.
Jennie hanya menghela nafasnya, perlahan ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa sembari menatap Limario yang sedang makan itu.
"Mana ada wawancara kerja seperti ini" timpal Jennie.
"Beda versi kalo sama kamu..."
"Serius Lim, tugas aku apa,hm?" Tanya Jennie yang segera meraih air mineral yang ia ambil untuk diberikan pada CEO itu.
"Terimakasih sudah peka, makin sayang akunya, jadi istri aku saja bagaimana?..." ucap Limario tersenyum menatap Jennie.
"Limario...." jengah Jennie berusaha tak menanggapi godaan pria itu.
"Kenapa merah gitu mukanya? Salah tingkah ya hahaha!"
"Apa-apaan ini, seperti anak remaja yang sedang PDKT saja!"
"Kenapa ruangan kamu panas, aku mau keruangan ku saja!" Ucap Jennie berdiri dengan masih tangan yang sibuk mengipas wajahnya.
Limario yang melihat Jennie menjadi salah tingkah itupun tertawa, kemudian ia merentangkan kedua tangannya yang membuat Jennie mengernyitkan dahinya.
"Apaaa?"
Limario mempoutkan bibirnya, "Mau peluk...." rengeknya dengan nada seperti anak kecil.
"TIDAK!"
Limario perlahan mendekatkan dirinya pada Jennie dan mulai memeluk wanita itu.
Jennie hanya menggelengkan kepalanya, dan tetap menerima pelukan Limario dan membalas pelukannya itu.
"Jangan tinggalkan aku sayang!" Ucap Limario pelan sembari menenggelamkan wajahnya ke pundak Jennie.
"Kamu yang selalu meninggalkan ku!" Ketus Jennie perlahan tangannya menepuk-nepuk punggung Limario itu.
"Menikah denganku sayang...." pinta Limario dengan tulusnya.
Jennie tak menanggapi pernyataan pria itu dan kembali duduk bersandar disofa.
Limario menghela nafas kasarnya saat tak mendapat jawaban dari kekasihnya itu, ia pun kembali kemeja kerjanya melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda itu.
"Sebenarnya kamu mencintaiku atau tidak? Setiap aku bicara tentang pernikahan, kamu selalu diam?"
"Tetap disini dan jangan pergi!" Dingin Limario tanpa melihat kearah wanitanya itu.
"Tapi Lim! Aku bosan jika hanya duduk diam disofa sementara kamu sibuk dengan kerjaan."
"Ada agenda siang nanti bertemu klien!" Jawab Limario membuat Jennie lagi-lagi mengerutkan keningnya menatap bingung kearah pria itu.
"Aku ikut?"
"Iya, aku, kamu, dan klien! Kan kamu sekarang sudah menjadi sekretaris Limario!" Jelas Limario sembari berdiri dan memberikan beberapa berkas pada Jennie.
"Lim---"
"Pelajari saja berkasnya, pahami intinya!" Potong Limario.
Jennie menatap kesal kearah Limario, kebiasaan Limario yang tidak pernah berubah itu ialah yang selalu menggampangkan setiap hal.
Akhirnya Jennie terus membaca berkas-berkas ditangannya tanpa sedikitpun menoleh menatap Limario yang tengah menatapnya balik.
"Matamu mau aku colok ya?" Tegur Jennie dengan tatapan tajam.
Limario kini sedang memasang wajah cemberutnya sebelum ia kembali menatap layar laptop dihadapannya itu.
"Lima belas menit lagi kita berangkat!"
Jennie hanya mengangguk, "Gaji ku harus lebih besar sih kalo seperti ini ceritanya!" Ucap Jennie sembari menutup dan meletakkan berkas yang sudah cukup ia pahami.
"Jangankan gaji, perusahaan ini juga aku kasih!" Jawab Limario santai.
"Sipaling orang kaya, punya uang punya kuasa!"
"Ayo berangkat!" Ucap Limario dan segera dianggukin oleh Jennie.
Mereka pun keluar dari ruangan menuju loby perusahaan.
"Kenapa menunduk? Ada yang kamu cari emang dibawah?"
Jennie menggelengkan kepalanya, "Hanya tidak suka ditatap seperti ini!"
Seakan tau maksud dari kekasihnya itu bahwa Jennie tidak nyaman, pasalnya semua karyawan di perusahaan ini menatap mereka.
"Biarkan saja! Mereka iri Karna pemenang hati Limario adalah Jennie sekretaris tersayang!" Bisik Limario.
Blush!
"Bukan waktu yang tetap untuk menggombal,Lim!"
Limario terkekeh kecil, "Angkat kepalamu tuan putri! Atau aku yang akan menggendong mu?"
Dengan sigap Jennie segera mengangkat kepalanya menatap Limario, ia sangat tau jika pria ini tidak akan pernah main-main dengan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm For You
RomanceKisah seorang pria yang lembut dan penuh kasih sayang. Siapa yang tidak mengenalnya? anak dari konglomerat terkaya di dunia. Fisik dan kastanya mampu menjajah hati para wanita. seseorang yang memiliki reputasi besar seperti ayahnya. Pria tersebut me...