Kisah seorang pria yang lembut dan penuh kasih sayang. Siapa yang tidak mengenalnya? anak dari konglomerat terkaya di dunia.
Fisik dan kastanya mampu menjajah hati para wanita.
seseorang yang memiliki reputasi besar seperti ayahnya.
Pria tersebut me...
Saat ini Jennie sudah sampai di depan gedung megah itu. Ia pun segera masuk ke dalam gedung tersebut. Setelah Jennie memikirkan tawaran dari asisten atasannya itu, ia memilih untuk kembali bekerja, ia sadar jika dirumah terus menerus ia akan terus berlarut dalam kesedihan akan kehilangan.
"Jennie..."
"Irene..." ia pun menghampiri teman yang cukup lama tak ia temui itu.
"Hm, pagi tadi pak Bam-bam menghubungi ku, menawarkan kembali bekerja disini... Aku akan ambil posisi sebagai OG saja..."
Mata Irene berbinar "Sungguh? Aku senang mendengarnya, kita akan berkumpul lagi..."
Mereka berbincang puas, kebetulan Jennie datang saat jam makan siang para karyawan tersebut. Seketika Jennie merupakan tujuan ke perusahaan ini untuk apa.
"Ya ampun! Aku sudah telat..." buru-buru Jennie berlari menuju lift untuk keruangan atasannya.
Tok... tok... tok...
"Masuk!"
"Permisi, pak..."
Limario menghela nafasnya "Kau sudah tau peraturan disini bukan? Saya tidak suka orang yang terlambat!"
Jennie pun menunduk ketakutan melihat sorot mata pria yang ada dihadapannya itu.
"Ma-maafkan saya, pak..."
"Sebenarnya kau ini niat tidak untuk kembali bekerja? Saya sudah memberikan kesempatan untukmu! Jika tidak, kau bisa keluar dari ruangan saya!" Tegas Limario tanpa sadar sedikit membentak Jennie.
"Sa-saya berniat untuk kembali bekerja sebagai OG disini pak!"
"Kenapa tidak mau diposisi lain, aku sedang membutuhkan sekretaris..."
Jennie hanya mengangguk gugup sebagai jawaban. Limario tanpa sadar pun tersenyum melihat Jennie tanpa penolakan.
"Mau bekerja sekarang atau besok saja?" Tanya Limario "Nanti Bam-bam akan menunjukkan ruangannya dan tugas apa saja yang harus kau kerjakan..." ia menoleh pada bambam yang sibuk dengan kerjaannya.
"Bam-bam!!!"
"Iya... Ada yang bisa ku bantu Limario!!"
Asistennya ini tidak ada sopan santunnya membuat Limario sendiri jengah, namun jika dibandingkan oleh dirinya, bam-bam lebih telaten dalam mengerjakan sesuatu yang ia perintahkan. Bam-bam yang banyak membantu dan memberi saran jika Limario dalam kesulitan, itu makanya ia tak mempermasalahkan untuk bam-bam berperilaku selayaknya teman saja.
"Aku tak perlu mengulangi kata-kata ku! Kau mendengarnya!"
Bam-bam menghela nafas panjangnya "Baiklah, Nona Jennie silahkan ikut dengan saya!" Lembutnya.
"Cih. Menjijikan!" Gerutu Limario dalam hati.
Jennie menatap kearah Limario "Terimakasih, pak... Dan terimakasih juga sudah berkunjung kerumah dan membantu ibu saya kemarin, seharusnya bapak tidak perlu repot-repot!" Tunduk hormat Jennie dengan senyum manisnya.
Limario mengangguk, ada sedikit getaran dihatinya melihat senyum manis wanita itu.
"Seorang CEO menyebalkan itu membantu untuk membersihkan rumah, Jennie? Apakah kau salah? Aku rasa dia bukan Limario, mungkin hantu yang berwujud Limario!"
"KAU INGIN DIPECAT?"
"Pecat saja, aku ingin bersantai saja dirumah..."
"Tidak jadi dipecat!" Alibi Limario, dia tidak akan mengijinkan temannya itu bersantai dirumah sedangkan dia sibuk dengan pekerjaannya.
Jennie yang melihat perdebatan mereka pun hanya bisa menggelengkan kepala sembari menahan tawanya Karna tingkah atasannya itu.
"Sangat labil..." gumamnya pelan.
⬇️⬇️⬇️
Sesampainya diruangan tersebut Jennie dan bam-bam segera masuk, dan sontak membuat Jennie tercengang dengan ruangan tersebut.
"Saya pikir ruangannya bergabung dengan karyawan lain, pak..."
Bam-bam terkekeh "Apa aku terlihat tua hingga kau memanggilku bapak, hm? Panggil saja bam-bam biar lebih enak didengar, aku bukan seperti CEO mu itu yang mau dipanggil bapak..."
"Tidak apa memangnya?" Ragu Jennie.
Bam-bam mengangguk "Kita teman sekarang, jadi tidak perlu canggung, mengerti?"
"Baiklah... Terus tugasku apa saja?"
"Ruangan ini ada dua pintu, pintu utama dan pintu menuju ruangan Limario" jelas bam-bam menunjukkan titik letak pintu itu dan kaca yang terlihat jelas ruangan CEOnya tersebut.
"Tenang saja, itu kaca film dia tidak bisa melihat mu, hanya kau saja yang bisa melihatnya..."
Jennie mengangguk mengerti, dengan yang dijelaskan oleh bambam panjang lebar mengenai tugas apa saja yang ia lakukan tiap hari.
"Dan satu lagi... diruangan itu ada dapur dan alat masak lengkap, kau tetap menyiapkan sarapan untuk dia dan jika kau lapar juga bisa memasak, ini ruangan mandirimu, bebas kau ingin melakukan apapun disini!"
"Kenapa begitu?"
"Ya memang konsepnya begitu, itu perintah dari CEO itu"
⬇️⬇️⬇️
Tampak Irene dan Eunwoo telah menunggu Jennie diluar ruang tersebut sekitar 1 jam lebih lamanya.
Jennie memutar jengah bola matanya saat melihat kedua temannya itu menghampiri nya.
"Apa kalian tidak memiliki pekerjaan lain, selain menguping pembicaraan orang?"
Kedua temannya itu tidak memperdulikan ocehan Jennie. "Bagaimana?" Kompak mereka.
Jennie menghela nafas panjangnya "Aku menjadi sekretarisnya! Sungguh menyebalkan bukan!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.