Hyomi menemukan putrinya yang begitu murung 2 hari terakhir. Ini terjadi sejak Johnny mengantarnya pulang, dan Hyomi bertanya-tanya apa yang terjadi di antara ayah dan anak itu.
"Jillian ada masalah sama papa ??"
Jillian tidak langsung menjawab. Gadis 16 tahun itu duduk lesu dan asal mengambil roti lapis yang telah disiapkan ibunya.
"Papa nyebelin mah, dia ga bolehin Jill deketin cowo."
Roti lapis di tangan Jillian menjadi saksi betapa kesalnya gadis itu pada papanya. Roti itu terkoyak dengan isian hampir menghambur dari tangannya.
Hyomi memberi Jillian tatapan lembut.
Apakah ini sudah masuk fase dimana putri kecilnya tertarik pada lawan jenis? Tidakkah ini terlalu dini ?
Mark dan Haechan bahkan tak peduli dengan wanita saat seusia Jillian."Mungkin papa pikir kamu masih terlalu kecil sayang. "
"Bukan itu masalahnya ma.." Jillian membantah. Ini bukan pertama kalinya Jillian mengajukan bantahan tapi ini adalah pertama kalinya gadis itu bicara dengan nada setinggi itu.
Hyomi pikir ini bukan masalah yang bisa dia bicarakan sambil memasak. Wanita itu memilih untuk mematikan kompor lalu memberikan Jillian perhatian penuh. Duduk berhadapan dengan putri bungsunya dengan secangkir teh di meja.
"Papa ga setuju sama cowok yang Jill suka." Jillian menggunakan nada mengadu andalannya. Berharap rasa iba dari ibunya.
"Memangnya siapa yang kamu suka hm?? "
"Om Yuta. Dia teman papa, mama kenal kan ??"
Dan... Yah... Jawaban Jillian sukses membuat Hyomi terbatuk-batuk. Sialnya dia terlalu terburu-buru menyeruput teh yang masih mengepulkan asap hingga terjadilah insiden bibir terbakar.
"Astaga Jill.."
Hyomi masih berusaha me-relax kan temggorokannya, bibirnya terasa melepuh dan sedikit perih tapi ini tidak terlalu parah. Sementara itu, Jillian tak tampak berempati sama sekali terhadap kesialan ibunya.
"Mama kenal dia kan?? Bukannya semua teman papa itu teman mama juga ?"
Hyomi menarik nafas dalam setelah mengambil sebongkah es batu untuk mengompres bibirnya.
"Iya mama kenal tapi kamu yang bener aja, masa suka sama om-om sih??"
Jillian mengedikkan bahu, tampak acuh dengan perbedaan usia mereka.
"Yaa... Memang kenapa? Om yuta ganteng, dia manly, dan kelihatannya dia baik."
"Dia sudah tua nona Suh.. dia seumuran papamu."
Jillian memasang wajah acuh tak acuh. Baginya umur itu hanya sebaris angka, tidak lebih.
"Ya memangnya kenapa? Om Yuta masih kelihatan muda kok mah."
" Enggak!! Kalau sama dia mama juga ga setuju."
"Ah.. mama .. kenapa ?? Jillian ga mau sama yang lain pokoknya, Jill mau nikah sama om Yuta."
"Jill.. terlalu dini buat kamu ngomongin soal nikah. Mama ga akan pernah ijinin kamu nikah muda terutama kalau itu sama Nakamoto Yuta. "
"Kan Jill yang nikah, kenapa mama yang banyak ngatur sih??"
Hyomi menghela nafas. Rasanya seperti melihat dirinya di masa lalu. Sosok keras kepala itu seperti cerminan dirinya. Hyomi yang keras kepala, tidak mau mendengar nasihat, dan juga.... Hyomi yang dibutakan oleh cinta.
Pada akhirnya dia menyesali semuanya. Semua hal yang dia anggap akan baik-baik saja karena itu adalah pilihannya.
"Jatuh cinta itu memang menyenangkan Jill, tapi ga semua perkara cinta harus berakhir dengan pernikahan..."
Jillian mengerutkan dahinya. Pikirannya yang polos bergerak lamban tentang perkara yang baru pertama kali dia alami.
Tapi pada akhirnya Jillian memahami maksud ibunya. Karena Hyomi tak sekedar bicara melainkan memberikan Jillian contoh nyata.
"Apa Mama bicara begini karena mama gagal dalam pernikahan ?"
Tatapan Hyomi berubah sayu, dengan bola mata yang menghindari tatapan putrinya. Wanita itu tersenyum miris dan dengan berat hati dia menjawab.
"Ya. Papa sama mama saling mencintai, tapi itu ga menjamin sebuah pernikahan akan baik-baik saja."
Jillian memperhatikan wajah ibunya. Meskipun tak pernah sekalipun dia menjelaskan alasan perceraiannya tapi Jillian tau kalau masalah kedua orang tuanya bukan hal yang sepele.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Bring Mommy Home?? | Johnny Suh
FanfictionSebagian besar laki-laki berpikir jika wanita itu makhluk yang rumit. Wanita itu susah di mengerti. Dan wanita itu semakin terlihat menyeramkan jika sudah menyandang status sebagai seorang ibu. "Hidup akan lebih simple tanpa ada aturan dari ibu." I...