5. Sisa Rasa

157 24 0
                                    

"Ma.." Jillian baru saja turun dari kamarnya dan mencium pipi ibunya yang sedang memasak di dapur.

Gadis dengan wajah blasteran itu memang selalu bangun pagi saat hari Minggu tapi justru bangun siang saat dia harus pergi ke sekolah.

Mark pergi ke Chicago sejak 2 Minggu yang lalu, ini membuat rumah terasa semakin sepi.

"Mah... Kak Haechan  kirim foto semalam. Katanya dia mau daftar kuliah di universitas Nasional Korea."

Mendengar nama putra keduanya disebut, wajah Hyomi langsung berubah antusias. Maklum saja, terakhir Hyomi bertemu Haechan adalah saat libur natal 2 tahun lalu.

Hyomi mendekat pada Jillian yang sedang membuka isi pesan dari Haechan.

"Ahh.. akhirnya kalian semua akan tinggal di Korea. Mama senang mendengarnya."

Dulu Hyomi sempat sedih karena 2 putranya menolak tinggal bersamanya.  Mereka menilai jika tinggal bersama Hyomi tidaklah menyenangkan, tapi pada akhirnya kedua anak bujangnya itu tetap membutuhkannya kan.

"Yeah.. rumah ini akan semakin penuh." Jillian membuka salah satu foto dan menunjukkannya pada ibunya.

Tapi bukan foto Haechan yang terpampang di layar, melainkan foto Johnny yang sedang mengganti pakaian lah yang di tunjukkan oleh Jillian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi bukan foto Haechan yang terpampang di layar, melainkan foto Johnny yang sedang mengganti pakaian lah yang di tunjukkan oleh Jillian.

Hyomi kaget, dia sedikit mematung melihat foto yang dikirimkan oleh putra sulungnya.

'apa-apaan ini. Kenapa malah foto papa nya yang dia kirim ?'

Hyomi menelan ludahnya. Berusaha untuk mengalihkan tatapannya.

'duh.. kenapa makin seksi aja sih dia.' Hyomi merutuki dirinya sendiri yang justru terkagum melihat foto Johnny.

"Kenapa malah foto papa yang dikirim? Foto Mark sama Haechan nya mana?" Protes Hyomi. Jillian tertawa keras.

"Ya ga ada mah.. memang kak Haechan kirimnya foto papa. Titip salam rindu katanya."

Jillian terkekeh ketika sadar kalau kedua pipi Hyomi mulai merona, dan ibunya itu juga salah tingkah.

"Mama ga kangen sama papa gitu?? "

"Engga." Balas Hyomi cepat.

Wanita yang masih tampak awet muda itu melipir  untuk mengambil  cucian di samping mesin cuci. Berusaha menyibukkan diri agar tidak tampak salah tingkah di depan putri bungsunya.

"Mama mau jemur baju dulu." Katanya sebelum berjalan naik ke balkon.

Jillian cemberut. Sebagai satu-satunya anak perempuan dan bungsu membuat Jillian dibatasi dalam segala hal termasuk untuk bertemu dengan papanya. Hyomi terlalu khawatir pada Jillian hingga selama lebih dari 5 tahun Jillian tidak pernah bertemu dengan Johnny.

Berbeda sekali dengan kedua kakak laki-lakinya yang bebas pergi kemanapun hanya karena mereka seorang laki-laki.

Jillian sangat merindukan papanya. Meskipun dia sering berhubungan lewat telepon tapi tetap saja dia merasa ada yang kurang.

Gadis itu duduk tanpa minat menatap menu sarapannya. Minggu depan adalah upacara kelulusan Jillian dari sekolah menengah pertama. Dia adalah lulusan terbaik tahun ini dan akan menerima penghargaan dari sekolah.

Semua orang tua akan hadir disana. Dan Jillian sangat ingin memamerkan prestasi membanggakannya itu pada papanya. Tapi sayangnya Johnny telah menolaknya. Dia lebih memilih pekerjaan di banding putrinya sendiri.

"Kenapa ga di makan ?" Hyomi kembali dengan keranjang cucian yang telah kosong.

Jelas tampak dalam penglihatannya tentang perubahan wajah Jillian, dan Hyomi berusaha mencari tau ada apa gerangan.

"Kenapa sih Jill ? Tiba-tiba murung begitu??" Hyomi menarik kursi di hadapan Jillian.

"Mah... Jill kangen papa."

Sebaris kalimat itu akan selalu menjadi sumber beban di kepala Hyomi. Jillian sangat sering mengutarakannya dan Hyomi hanya berpura-pura acuh. Nyatanya dia juga merasa bersalah pada putrinya, dia merasa bersalah karena terpaksa harus memisahkan hubungan antara ayah dan anak.

"Besok kalau kamu sudah dewasa kamu boleh ikut papa." Kata Hyomi.

Jillian merasa tidak puas. Dia merindukan papanya sekarang, bukan besok.

"Kenapa sih kalian ga tinggal bareng aja? Biar Jill, kak Haechan sama kak Mark ga perlu pergi-pergi kalau kangen. "

"Jill.... Mama sama papa sudah berpisah. Kamu tau itu kan?"

"Iya Jill tau... Kenapa harus berpisah?? Apa kalian ga tau kami sangat kesulitan karena ini?"

Hyomi memaksakan senyumannya. Jillian sudah dewasa rupanya. Beberapa tahun lalu Mark pernah memprotes hal yang sama, kemudian Haechan juga, dan akhirnya sekarang giliran Jillian.

Hyomi tau jika anak-anak adalah korban nyata dari keegoisannya dan Johnny. Tapi wanita itu tak bisa melakukan apapun ketika Johnny tak ingin mempertahankan pernikahan mereka.

"Maafin mama ya Jill. " Hyomi mengalihkan pandangannya sejenak, lalu memilih untuk beranjak ketika air matanya tak bisa lagi dia tahan.

Jillian bisa melihat itu. Bagaimana mamanya selalu merasa kehilangan dan menangis sendirian di kamar ketika mereka membahas tentang papanya.

Mungkinkah masih ada cinta di hati mamanya ?

Lalu... bagaimana dengan papanya ? Apakah dia juga merasakan hal yang sama ?

Jill benar-benar merasa penasaran. Gadis itu tiba-tiba terpikir sebuah gagasan gila. Sebuah gagasan yang akan dia jadikan cara untuk mengetahui perasaan yang sebenarnya dari kedua orang tuanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
How to Bring Mommy Home?? | Johnny SuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang