4. Bimbang

184 29 1
                                    

Keadaan seolah memaksa Johnny untuk berubah haluan. Mulai dari Haechan yang ingin kembali ke korea, undangan kelulusan Jillian, hingga keadaan perusahaannya yang sedang kritis.

Semua hal itu hanya memberinya satu tuntutan, yaitu untuk kembali ke Korea. Dan Johnny sangat keberatan dengan itu semua.

Hanya satu hal yang tidak bisa dia tentang. Itu adalah keinginan Haechan. Johnny merasa tak memiliki hak untuk menghalangi Haechan bertemu Hyomi. Terlalu kejam bagi Johnny untuk memisahkan antara ibu dan anaknya.

"Good morning." Mark berjalan menghampirinya dan duduk bersama di meja makan.

Johnny menatap putra sulungnya. 2 bulan lalu adalah saat terakhir Mark mengunjunginya, dan sekarang setelah satu minggu Mark menghabiskan cutinya di Chicago barulah Johnny benar-benar memperhatikan wajah putranya itu.

Si sulung benar-benar sudah berubah. Wajahnya terlihat lebih dewasa dan sikapnya jauh lebih tenang dari sebelumnya. Korea pasti telah merubah sosok anak bujangnya.

"Gimana kabar mama?"

Mark melirik papanya. Ini adalah pertama kalinya papanya bertanya tentang mamanya setelah satu tahun Mark bolak-balik ke Korea.  Dia sedikit tersenyum sebelum memberikan jawaban.

"Dia baik-baik saja. Mama cukup dikenal akhir-akhir ini, beberapa bukunya terjual habis di Korea."

Johnny mengangguk-angguk. Sudah lama dia tau jika Hyomi menjadi seorang penulis novel setelah perceraiannya. Dan Johnny merasa senang bahwa dirinya tidak lagi menjadi penghalang untuk karir Hyomi.

Haechan bergabung di meja makan beberapa saat kemudian. Lelaki itu duduk di samping Mark dengan selembar roti tawar yang menggantung dari mulutnya.

"Gimana daftar kuliahnya chan?" Johnny duduk dengan tegap menghadap sepasang roti tawar yang sedang dia olesi dengan selai strawberry.

"Semuanya sudah di urus sama Mark hyung, Haechan tinggal masuk aja."

"Kamu yakin mau kuliah disana? Apa ngga ngerepotin mama nanti? "

Haechan acuh tak acuh menatap papanya. Lelaki itu sibuk mencelupkan roti tawarnya ke dalam susu hangat.

"Mama kan sayang sama Haechan, dia ga akan repot."

"Chan... Ngurus 3 anak remaja bandel kayak kalian itu ga gampang. Apalagi mama mu juga harus kerja. Kamu ga kasihan sama dia?"

"Yaa kalau papa kasihan kenapa ga ikut ke Korea aja, kalian bisa ngurus 3 anak remaja bandel ini sama-sama."

Johnny berdecak. Dia meletakkan roti nya lalu bersandar dengan wajah frustasi. Selalu saja berakhir seperti ini. Tidak Mark, tidak Haechan atau Jillian, semuanya selalu menyuruhnya kembali. Johnny bukannya tidak mau, tapi dia masih belum siap karena Hyomi pasti akan menolak kedatangannya.

Johnny termenung, bahkan dia mulai mengacuhkan sarapannya. Otaknya terasa buntu dengan semua tuntutan lingkungan yang tak dapat Johnny penuhi. Lelaki itu benar-benar merasa frustasi.

"You still love her?"

Tatapan Johnny bertemu dengan dua Boba eyes milik Mark. Wajah si sulung itu tampak main-main memang tapi Johnny tau kalau Mark menanyakan itu dengan serius.

"Kenapa diam? Apa jawabannya iya?"

"Diam dan makan saja Mark. Jangan tanya aneh-aneh."

Mark menyeringai. Menatap Johnny yang salah tingkah.
Lelaki bertubuh atletis itu menyibukkan diri dengan ponselnya sembari mengunyah roti tawar.

"Jelas itu. Kapan hari papa bilang kangen sama mama dan belum bisa lupain mama." Haechan mengompori. Dia bertukar pandamg dengan Mark.

"Kalau begitu kenapa papa ga ajak mama balikan aja ?"

Johnny mendesah. Dia tidak tau kenapa pikiran anak-anaknya bisa se-simple itu. Padahal mengajak Hyomi untuk kembali tidak sesederhana itu.

Johnny bahkan tak memiliki cukup nyali untuk sekedar mengungkapkan penyesalannya.

"Ga segampang itu. Masalah ini sangat rumit anak-anak."

Haechan diam, matanya bergerak melirik Mark sementara Mark memilih menatap kosong ke arah meja makan.

Mark berusia 9 tahun saat perceraian orang tuanya terjadi. Dan dia masih ingat betul bagaimana dia terbangun dengan suasana rumah yang kacau balau.

Hatinya lebih hancur lagi ketika kedua orang tuanya menghampirinya dan mengajukan sebaris kalimat tanya....

'kamu mau ikut mama atau papa?'

Itu adalah pertanyaan paling sulit yang harus Mark jawab saat itu. Mark paham perpisahan ini telah menghancurkan hati banyak pihak, tapi dia sebagai seorang anak tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

"Pah... Kalau Mark, Haechan sama Jillian ingin kalian kembali, apa itu masih mungkin?"

 Kalau Mark, Haechan sama Jillian ingin kalian kembali, apa itu masih mungkin?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
How to Bring Mommy Home?? | Johnny SuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang