Mendung tidak pernah memberi kabar kapan dia akan datang dan kapan dia akan pergi. Bahkan matahari pagi pun cukup terkejut menyambut kedatangan sang mendung yang membuatnya bersembunyi di balik gumpalan hitam dengan sekumpulan partikel air di dalamnya.
Mendung seolah menggambarkan jika kehadiran matahari bukan menjadi pertanda jika hari akan menjadi cerah. Seperti apa yang terjadi pada Haechan.
Tawanya di depan teman-temannya itu tidak pernah menjadi pertanda jika dia benar-benar bahagia.
Tawanya dia jadikan tameng untuk menyimpan rapat-rapat kegundahan hatinya. Atau sekedar untuk menghibur diri dan mengubur kesedihannya.Sebaris pesan dari ibunya membuat senyuman Haechan memudar. Wajah santainya tergantikan dengan tatapan tajam yang sangat rumit.
Haechan menghela nafas, kemudian berjalan pergi tanpa berpamitan pada teman-temannya.
"Aku tau bukan aku pelakunya." Dia bergumam dengan nafas gusar.
Langkah kakinya tak bisa di katakan pelan. Bahkan ketika dia melihat orang yang dia tuju berada di depan matanya, Haechan semakin tergesa.
"Jangan percaya sama dia."
Suara Haechan memecah drama kesedihan yang tengah berlangsung di antara Mark dan Jina. Pelukan Mark pada gadis itu terlepas, bersambut dengan tatapan kebencian yang lelaki itu tujukan khusus untuk Haechan.
"Mau apa lagi kau ?"
" Dia itu penipu." Haechan tak sekalipun merasa takut untuk membalas tatapan Mark.
Keduanya berdiri berhadapan seperti sepasang Koboy yang akan beradu tembakan. Gusarnya angin yang membawa serta dedaunan kering membuat situasinya semakin dramatis.
Tapi Haechan tak akan goyah sekarang. Bahkan jika Mark memukulinya sampai babak belur, lelaki itu tidak akan menyerah.
"Papa ga pernah mendidikmu jadi sampah busuk seperti itu. Bukannya menyesal, kamu malah balik nyalahin orang lain."
"Aku ga nyalahin orang lain Hyung, aku bicara fakta. Dia menjebakku..."
Bug~
"Sudah cukup !!! Kamu keterlaluan."
Satu tinjuan kuat mendarat di pelipis Haechan. Pandangan lelaki itu langsung berkunang-kunang ketika tubuhnya ambruk ke tanah.
Mark tidak sedang bermain-main, tidak juga ingin membagi kesabarannya pada sang adik. Lelaki itu telah di butakan oleh emosinya sendiri.
Haechan tak akan membiarkan dirinya di pukuli, lelaki itu dengan mudah tersulut untuk membalas. Dan terjadilah baku hantam di sana.
Satu hantaman Haechan mendarat tepat di rahang Mark sementara Mark membalas tak kalah menyakitkan di pipi Haechan. Keduanya diam cukup lama dalam posisi saling menarik kerah dengan wajah yang sudah babak belur.
"Aku ga nidurin pacarmu.... Dia tidur... sama orang lain... tapi malah... menjebakku." Ucapan Haechan terputus-putus akibat kencangnya tarikan Mark pada kerah lehernya.
Sementara Kondisi Mark tak jauh beda. Lelaki itu tersengal, percampuran antara lelah bertarung dan menahan emosi.
"Omong...kosong... Macam apa itu..."
"Tanya sama mama kalau Hyung ga percaya. Mama sudah cari tau semuanya."
Cengkeraman di leher Haechan akhirnya mengendur. Mark mendorong dada Haechan menjauh seolah dia sudah muak dengan adiknya.
Dia belum sepenuhnya mempercayai Haechan, tapi Haechan tau jika tatapan Mark mulai goyah.
"Mama kasih aku rekaman cctv nya, dan ga pernah sekalipun aku ada kontak fisik sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Bring Mommy Home?? | Johnny Suh
Hayran KurguSebagian besar laki-laki berpikir jika wanita itu makhluk yang rumit. Wanita itu susah di mengerti. Dan wanita itu semakin terlihat menyeramkan jika sudah menyandang status sebagai seorang ibu. "Hidup akan lebih simple tanpa ada aturan dari ibu." I...