15. Problematic

132 23 0
                                    

Johnny akhirnya menginap di rumah mantan istrinya. Ini bukan permintaan khusus dari siapapun. Ini hanyalah penggambaran rasa khawatirnya terhadap kondisi Hyomi saat ini.

Sejak Haechan berulah, Hyomi terlihat murung dan menolak makan. Wanita itu terlihat biasa saja di depan anak-anaknya, tapi Johnny tau jika dia sedang tertekan.

"Hyo.. aku belikan cheese cake. Kamu suka kan?"

Hyomi melirik Johnny dari pantulan cermin di kamarnya. Lelaki itu hanya menyembulkan kepala dari balik pintu dengan senyuman cerahnya.

"Taruh saja di lemari es. Aku belum ingin makan."

"Ayolah Hyo.. kamu harus makan hm.. untuk pernikahan Haechan biar aku yang urus semua."

Mendengar nama Haechan di sebut membuat Hyomi menghela nafas. Memulai sebuah pernikahan yang tidak diinginkan adalah awal dari prahara yang lainnya. Sebagai seseorang yang pernah gagal berumah tangga Hyomi jelas tau itu.

"Aku tadi masak buat makan malam. Ayo makan bersama." Kata Johnny lagi.

Hyomi meletakkan sisir yang sebelumnya dia gunakan. Jemarinya  meraih ikat rambut berwarna hitam di atas meja kemudian mengikat asal rambutnya.

Hyomi tak memberikan Johnny sebuah jawaban, tapi ketika wanita itu beranjak Johnny tau jika Hyomi menyetujuinya.

"Memangnya kamu bisa masak?" Hyomi berhenti di depan pintu, tepat berhadapan dengan Johnny dan menatapnya dengan senyuman mengejek.

"Bisa, kan cuma mie instan hehe..  " Johnny memasang wajah jenaka.
Sebuah ekspresi yang membuat Hyomi tidak tahan untuk tidak tersenyum.

Mereka tidak berjalan beriringan, Johnny yang turun lebih dulu dengan Hyomi yang mengekor di belakangnya.

Pemandangan di lantai satu membuat Johnny mendadak berhenti. Senyumannya memudar, di gantikan dengan wajah tegas dan aura hitam pekat menyeramkan.

Haechan ada disana, berdiri diam dengan rahang menegas dan tatapan tajam yang terarah ke depan. Mark tepat berada di hadapannya, kemarahan tergambar seperti api yang membara dari matanya. Dua tangan lelaki itu mencengkeram erat kerah Haechan.

"Aku ga mungkin lakuin itu, dia pasti menggodaku duluan."

"Kamu kan mabuk dasar brengsek, beraninya nuduh Jina.."

"Yaa kan bisa aja dia yang deketin aku duluan terus berbuat sesuatu... Lagian aku ga inget pernah nidurin dia pas mabuk."

Sebelumnya Haechan memang hanya diam, dia menelan mentah-mentah tuduhan yang di arahkan padanya. Tapi setelah dia berpikir dan mencoba mengingat  kejadian malam itu, Haechan benar-benar tidak merasa jika dia telah meniduri seseorang.

Sekeras apapun Haechan berusaha mengingatnya, dia tetap tidak memiliki memori tentang dirinya dan Jina.

"Shit !!! Berhenti nuduh Jina dengan mulut kotormu." 

Mark mengayunkan tangan kanannya ke arah wajah Haechan. Hanya tinggal beberapa senti sampai bogem mentah itu mendarat di tulang rahang Haechan tapi Johnny menghalaunya.

Kepalan tangan Mark yang bergetar karena emosinya yang meluap seolah teredam dengan tangan besar Johnny.

"Sekali saja kamu berani pukul Haechan, kamu akan berhadapan dengan papa."

" Tapi pah.... "

Bibir Mark langsung terkatup karena tatapan Johnny terasa menghunus. Rasanya kepalanya baru saja terbelah karena tajamnya tatapan itu.

"Papa tau kamu marah, papa juga tau kamu kecewa. Tapi itu ga bisa di jadikan alasan buat kamu main tangan sama adikmu."

Mark tau dia tidak bisa melawan Johnny. Dia juga bukan tipe anak pembangkang yang berani berbuat semaunya. Pada akhirnya Mark memilih diam. Menelan mentah-mentah segala emosinya hingga kepalanya terasa mau pecah.

"Bab selanjutnya sudah selesai ? Tim editor sudah menunggu, ini sudah lewat deadline

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bab selanjutnya sudah selesai ? Tim editor sudah menunggu, ini sudah lewat deadline. "

"Aku minta maaf, aku belum bisa menyelesaikannya."

Hyomi tersenyum palsu pada seorang laki-laki di hadapannya. Sebagai seorang penulis dia memiliki target untuk bisa menyelesaikan tulisannya tepat waktu. Tapi ini sudah lebih dari satu Minggu dia belum menyelesaikannya.

Pikirannya tidak fokus. Otaknya terlalu penuh dengan masalah Haechan hingga garis cerita yang sudah dia rancang di dalam kepalanya buyar.

Kepala penerbitnya hanya bisa tersenyum kecut dengan helaan nafas cukup berat. Yah.. mau bagaimana lagi, dia harus bersabar agar bisa mendapatkan tulisan yang bagus. Seorang penulis tidak bisa di buru-buru kan...?

"Aku harap ini tidak akan lama." Katanya. Lelaki itu pergi tanpa senyuman.

Hyomi memegangi kepalanya. Jari-jarinya berada di sela rambut dan terus bergerak kebelakang menyisir helaian panjangnya yang terurai.

Wanita itu duduk bersandar, memperhatikan jam digital di atas mejanya yang berkedip-kedip. Otaknya berkelana, merangkul seluruh problematika yang menimpanya akhir-akhir ini.

Hyomi kembali berpikir tentang putra keduanya, lalu menanyai dirinya sendiri apakah selama ini dia kurang mengenali putranya ? Apakah selama ini ada bagian-bagian dari Haechan yang tidak dia tau ?

Hyomi tau Haechan itu nakal, dia juga tau Haechan suka membangkang, tapi Hyomi tidak pernah berpikir jika lelaki itu bisa berbuat di luar batas seperti ini.

Mengenai pengakuan Haechan jika dia tidak sengaja mabuk, Hyomi mempercayai itu. Namun soal menghamili seorang gadis rasanya tidak mungkin. Tapi kemudian dia mulai memikirkan kemungkinan jika putranya di jebak.

Hyomi tidak bermaksud menuduh siapapun, dia hanya memikirkan segala kemungkinan. Dan.. yeah.. itu mungkin saja terjadi.

Hyomi terpikirkan sesuatu, wanita itu segera mengambil ponselnya dan tanpa ragu menghubungi seseorang yang selama ini dia hindari.

"Ya Hyo.." suara baritone yang familiar terdengar dari seberang telepon.

"Bisa kita ketemu Jo ??"

"Kenapa ? Mau ngajak aku kencan? "

Hyomi mendesis. Johnny tetaplah Johnny, si pria bermulut manis yang susah di ajak serius.

"Aku ga lagi bercanda. "

Suara renyah dari tawa Johnny menggelitik telinga Hyomi. Wanita itu menghela nafas dan menunggu respon Johnny.

"Okey.. aku minta maaf. Katakan saja mau ketemu dimana. Aku akan kesana. "

 "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
How to Bring Mommy Home?? | Johnny SuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang