Sekali waktu Haechan dan Mark pernah berkata....
'pa.. tolong bawa mama pulang.'
Dan permintaan itu akan selalu Johnny usahakan meskipun terdengar mustahil. Sampai pada titik Johnny memutuskan untuk menyerah dan Tuhan malah merestui keputusannya itu.
Kini Hyomi terbaring koma dengan peralatan-peralatan medis sebagai penyambung hidupnya. Jangankan membawa Hyomi kembali padanya, melihat wanita itu kembali membuka mata saja rasanya mustahil karena dokter bilang cidera kepala Hyomi terlalu parah.
Tak ada daya dan upaya yang bisa Johnny lakukan selain hanya duduk memandang wajah pucat yang terbaring lemah. Tangannya bergerak menyentuh tubuh mati yang masih memiliki nyawa.
Dengan tangis yang tertahan, Johnny tertunduk, memohon segala keajaiban yang Tuhan miliki. Jika boleh Johnny ingin sekali memaksa Tuhan untuk merubah takdir, sayangnya dia merasa tak sepantasnya berlaku begitu.
Johnny menggenggam erat tangan mungil yang semakin pucat itu, dia menciuminya dengan wajah meratap yang menyedihkan.
"Hyo.. " Johnny memamggil dengan nada lirih. Tentu saja tidak ada jawaban yang akan menyambut panggilannya.
"... Aku minta maaf. Bahkan di saat terakhir kamu membuka mata, aku cuma bisa nyakitin kamu."
Gumamannya terdengar lirih, penyesalannya pun terasa nyata dalam setiap kata yang dia ucapkan. Johnny rasanya tak sanggup melihat Hyomi yang tak berdaya dengan kabel-kabel yang menjadi penunjang nyawanya.
Lelaki itu mengangkat kepalanya, sekedar untuk menahan agar air matanya tak jatuh turun. Tatapannya kemudian mengarah pada jendela kaca di luar ruangan, kemudian pandangannya bertemu dengan sang putra sulung.
Mark tidak bicara apapun tapi Johnny sangat paham jika anak laki-lakinya itu ingin mengatakan sesuatu padanya. Lelaki itu akhirnya beranjak, meletakkan dua tangan dinginnya di dalam saku celana dan berjalan keluar ruangan.
"Mark minta maaf, harusnya Mark hati-hati pas bonceng mama."
Penyesalan tampaknya tak hanya menghantui Johnny saja, melainkan juga sang putra sulung yang menjadi pengemudi dalam kecelakaan itu.
Bukan cuma Hyomi yang merasa kecewa dan sakit hati ketika melihat Johnny bersama wanita lain, tapi juga Mark. Dan sepanjang jalan laki-laki itu tak bisa fokus mengemudi hingga dia menabrak kendaraan berat dan membuat Hyomi terpental jauh.
Bagaimana mungkin Mark tidak menyesal, Hyomi mengalami luka parah di bagian kepala sampai koma, sementara Mark hanya memiliki luka kecil. Lelaki itu terus menyalahkan dirinya sendiri dan terus-menerus minta maaf pada papanya dan juga Haechan.
"Bukan salahmu, ini kecelakaan...."
Johnny diam sejenak sebelum menambahkan dua kata terberatnya.
"....dan sebenarnya salah papa juga. " Lelaki itu menatap jauh kedepan. Menerawang langit hitam yang terbentang di atas balkon rumah sakit.
"Kenapa papa lakuin itu ??"
Mark memutar kepalanya, menatap wajah pemuh beban Johnny yang bisa dia pahami.
"Papa menyerah Mark, papa yang buat mama trauma, jadi papa harus menyerah buat bawa mama kembali. "
"Lalu.. perempuan itu??"
"Bukan siapa-siapa. Dia hanya pelarian."
Keduanya pun terdiam, menatap langit hitam yang tak berbintang. Duka mereka tak bisa tergambar. Perasaan bersalah, penyesalan, dan kesedihan semua bercampur jadi satu dalam harmoni keputusasaan yang menyayat.
Tak ada yang bisa mereka lakukan selain hanya menanti keajaiban dari sang pemilik hidup. Tidak menyerah rasanya lebih baik daripada menyerahkan satu nyawa dengan sia-sia kembali ke alam baka.
Kesedihan itu nyatanya tak hanya melenyapkan kebahagian dari otak manusia. Kesedihan itu ternyata juga bisa membuat kinerja otak manusia menjadi kacau.
Hal-hal penting mendadak terlupakan, pemikiran-pemikiran logis juga mulai terabaikan. Seperti saat ini ketika tidak ada seorang pun yang mengingat Jillian.
Gadis 16 tahun itu tengah berada dalam kegiatan mendaki ketika kejadian yang menimpa Hyomi terjadi. Tidak ada yang mengabarinya, tidak ada yang meneleponnya bahkan baik papa maupun kakak-kakaknya juga lupa menjemputnya saat dia pulang.
Wajah lelahnya tergambar semakin lesu ketika dia turun dari bus rombongan sekolahnya dan tak menemukan seorangpun menjemputnya.
Jillian tidak bisa menghubungi keluarganya karena ponselnya kehabisan baterai. Dia hampir saja menangis ketika mendapati teman-temannya sudah di jemput sementara hanya tinggal dia yang menunggu di halaman sekolah.
Tapi kemudian senyumnya merekah mendapati sebuah mobil hitam milik papanya berhenti di depan gerbang sekolah. Senyuman itu semakin mengembang ketika Jillian tau siapa pengemudi mobil itu.
"Om Yutaa...." Gadis itu berlari dengan tangan melambai. Menghampiri sosok tampan yang tengah berdiri di samping mobil papa nya.
Tak ada senyuman dari wajah Yuta. Ini sudah biasa. Tapi ada raut lain yang tak Jillian mengerti, dan gadis itu mendadak menghentikan langkahnya.
"Jill.. mamamu di rumah sakit, dia koma."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Bring Mommy Home?? | Johnny Suh
FanficSebagian besar laki-laki berpikir jika wanita itu makhluk yang rumit. Wanita itu susah di mengerti. Dan wanita itu semakin terlihat menyeramkan jika sudah menyandang status sebagai seorang ibu. "Hidup akan lebih simple tanpa ada aturan dari ibu." I...