Langit yang mendung tak selalu akan turun hujan. Dan langit yang cerah bukan tidak mungkin akan tiba-tiba hujan. Semua itu mudah bagi Tuhan. Memutar balikkan takdir manusia seperti membalikkan telapak tangan.
Sama halnya dengan Hyomi. Sosok yang sehat dan ambisius itu bisa tiba-tiba saja terbaring tak berdaya di atas ranjang. Tubuhnya hidup tapi rasanya seperti sudah mati.
"Hyo... Aku datang..." Johnny tersenyum simpul, dia meletakkan bunga mawar merah di atas meja.
"Aku bawain bunga mawar. Itu bunga favorite mu kan? Aku ingat gimana senangnya kamu saat kita baru nempatin rumah baru dan kamu begitu semangat buat menanam mawar merah."
Johnny tersenyum tipis saat menatap wajah pucat Hyomi. Detik berikutnya lelaki itu beralih menatap jendela untuk menyembunyikan air matanya yang nyaris keluar.
"Hyo.. kapan kamu bangun? Kamu ga capek tidur terus hm? Ini sudah 6 bulan loh."
Johnny berusaha membuat suaranya terdengar ceria meski raut sedihnya tak bisa dia sembunyikan. Tangan besarnya tak pernah absen menggenggam tangan kurus Hyomi setiap kali dia datang untuk menjenguknya. Dan kali ini pun dia melakukan hal yang sama
Johnny tak ingin melewatkan apapun, dia ingin memuaskan diri untuk menggenggam tangan Hyomi selagi dia masih hangat. Johny takut ketika Tuhan tiba-tiba memanggil wanitanya untuk kembali, dia tak lagi memiliki kesempatan yang sama.
"Hari ini aku nganter Jillian ke sekolah. Aku yang memasak sarapan dan aku juga udah ngomelin Haechan karena nakal. " Johnny mulai bercerita dengan satu tangan menepuk-nepuk punggung tangan Hyomi.
"Dulu aku sering ninggalin kamu di rumah, ngurus 3 anak sendirian sementara aku sibuk sama teman-teman ku. Dan sekarang, aku akhirnya ngerasain, gimana repotnya kamu waktu itu." Johnny menunduk, sedikit terkekeh seperti menertawakan kebodohannya sendiri.
Lelaki itu kemudian mengangkat kepalanya dan kembali menatap Hyomi dengan wajah penuh penyesalan.
"Aku minta maaf ya Hyo. Aku bodoh saat itu. Aku egois. "
Johnny berharap Hyomi akan membuka matanya lalu mengomelinya tanpa ampun seperti saat dulu ketika Johnny pulang malam dan mengabaikan Hyomi.
"Aku pernah janji sama Mark, sama Haechan, kalau aku bakal bawa kamu kembali. Aku pernah janji buat memperbaiki hubungn kita. Gimana menurutmu hm?? " Johnny masih terus bicara meskipun dia tau Hyomi tak akan meresponnya. Lelaki itu melanjutkan.
"Tolong bertahan, agar aku bisa menuhin janjiku sama anak-anak."
Tepat setelah Johnny mengatakan itu, pintu ruang rawat Hyomi terbuka. Jillian ada disana, dia datang untuk mengunjungi ibunya dengan sebuket mawar merah yang tak berbeda dengan yang Johnny bawa.
"Papa disini lagi? Papa baru pulang 2 jam yang lalu kan?" Jillian berjalan mendekati meja di sisi tempat tidur lalu menata bunga-bunga di atas meja.
"Papa ga bisa ninggalin mamamu sendirian. "
"Kenapa ga bisa? Papa udah ninggalin mama selama 10 tahun kan?"
Ucapan Jillian memang selalu tajam. Sebelumnya Johnny sama sekali tidak memikirkannya tapi kali ini lidah Jillian benar-benar menggores hatinya.
"Papa minta maaf Jill."
Gadis itu melengos. Tak ingin membahasnya lebih jauh tapi juga tak ingin menerima permintaan maaf dari papanya.
"Papa itu sudah hancurin harapan Jill buat punya keluarga yang utuh. Dan sekarang mama koma. Seandainya mama pergi duluan.... "
"Engga, mama ga akan pergi. Dia akan tetap disini." Johnny memotong ucapan Jillian. Emosinya sedikit memuncak karena dia tak akan bisa menerima kenyataan pahit seperti apa yang ada dalam ucapan Jillian.
"Percuma pa. Mama sekarang seperti tubuh yang ga punya nyawa, jantungnya tetap berdetak karena alat-alat ini."
"Jill.. kamu ga boleh ngomong begitu. Nanti mama dengar.."
"Pa... "
Di tengah perdebatan sengit antara ayah dan anak itu, ada satu pihak yang mencoba untuk memisahkan mereka. Dia adalah Hyomi.
Bukan melalui suaranya atau omelannya, wanita itu memisahkan pertemgkaran Johnny dan Jillian melalui bunyi nyaring dari monitor yang menyokong hidupnya.
Sebuah garis vertikal berjalan sangat cepat di monitor, diiringi bunyi nyaring yang membuat seluruh perawat berteriak panik.
"Code blue... Code blue.."
Johnny kebingungan, otaknya berusaha mencerna apa yang terjadi. seorang perawat naik ke atas ranjang dan menekan dada Hyomi, tapi berakhir dengan kepanikan yang lain. detik berikutnya mereka datang membawa alat untuk mengembalikan detak jantung Hyomi.
Sementara Johnny dan Jillian hanya diam memandang adegan itu seperti cuplikan cepat dalam sebuah film. Dengungan di monitor terdengar seperti alarm kematian di telinga Johnny. Semuanya berlalu terlalu cepat hingga Johnny tak bisa menyadarkan dirinya sendiri.
'Hyo.. kembalilah..'
"Tekanan darah menurun."
'Hyo... Aku mohon..'
Tubuh Hyomi terlonjak-lonjak ketika alat kejut listrik menempel di dadanya. Sementara tenaga medis yang mengelilingi ranjang Hyomi terus menggantungkan harapan pada alat itu agar irama jantung Hyomi kembali
"Gagal... "
'Hyo... Janga pergi... Hyo..'
"Waktu kematian.... "
'tidak, aku mohon, jangan mati.. Hyomi... '
"Waktu kematian 15.53. "
"Hyoo...Hyomi... "
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Bring Mommy Home?? | Johnny Suh
FanfictionSebagian besar laki-laki berpikir jika wanita itu makhluk yang rumit. Wanita itu susah di mengerti. Dan wanita itu semakin terlihat menyeramkan jika sudah menyandang status sebagai seorang ibu. "Hidup akan lebih simple tanpa ada aturan dari ibu." I...