selesai?

9 1 0
                                    

Tandai typo🚫
_______________________________________________________

Gedung tinggi yang menjadi tempat teriakkan akan ketakutan kontras dengan suara tawa yang menggelegar.

"Lo akan mati hahahahahaha" suara seorang gadis terdengar sangat bahagia, tangannya dengan lincah memainkan pisau yang terlihat antik.

"Gue ngga akan mati!" balas gadis yang terikat di kursi.

"Woohh lo-gue ya sekarang" sarkas seorang pemuda.

Di gedung itu terdapat satu gadis yang diikat di kursi, lalu ada satu gadis lagi berambut sebahu yang memainkan pisau dan juga terdapat dua pemuda berbeda umur yang juga berambisi untuk membunuh gadis yang diikat.

"Apa yang kalian mau" desis gadis yang diikat.

"Asya asya.... Lo tuh bego banget ya, lo pikir kita ngga tau rencana lo sama abang lo itu?"

•••

#flashback on

Beberapa hari yang lalu....

"Aunty" panggil seorang gadis yang tak lain adalah Asya.

"Loh? Kamu kesini kok ngga ngomong dulu?" tanya seorang wanita dengan jas CEO nya, ia adalah sahabat dari Ana(mamah Asya) , Mia yang selalu dipanggil aunty Mia oleh Asya.

"Orang suruhan anak aunty korupsi di kantor aunty yang Asya pegang" adu Asya dengan cemberut.

Aunty Mia terkekeh melihat raut wajah anak dari sahabatnya, ia mendekati Asya yang sudah duduk di sofa masih dengan seragam yang melekat ditubuhnya.

"Berapa persen?" tanya aunty Mia sambil mengelus kepala Asya dengan sayang.

"Udah 60%, Asya cape tau ngurusin anak aunty" keluh Asya.

Aunty Mia tersenyum, "Sayang... Kan aunty udah pernah bilang ke kamu resiko tentang ini, kamu tetep kekeh pengin pegang perusahaan itu yang jelas-jelas Mira pengin banget" ujar Aunty Mia.

"Ya emang aunty mau perusahaan aunty bangkrut" cibir Asya.

Aunty Mia reflek menyentil mulut Asya, "Heh! Ngga gitu juga!" desis aunty Mia.

"Ah tau lah" Asya membanting punggungnya ke punggung sofa.

"Jangan gitu bego! Punggung lo patah mampus lo!" peringat aunty Mia menggunakan bahasa yang memang sering mereka gunakan.

"Bacot" balas Asya tak kalah pedas.

"Durhaka lo sama orang tua!"

"Iya sesepuh, maaf"

Dengan jahil aunty Mia menarik salah satu pita rambut yang Asya gunakan, memang hair style yang digunakan oleh Asya adalah rambutnya diikat di sisi kanan kiri.

"Jijik banget gue liatnya" cibir aunty Mia.

"Asli, gue juga" dengan gerakan kesal, Asya menarik pita satunya lagi.

"Gimana rencana lo sama Nanda?" aunty Mia mengalihkan pembicaraan.

"Besok, lo harus mempersiapkan diri kehilangan anak lo mungkin" jawab Asya sambil memberikan senyum miring pada aunty Mia.

"Dengan senang hati" bisik aunty Mia lalu memeluk Asya.

Sepulangnya dari kantor aunty Mia, Asya menemui abangnya yang sedang memainkan gitar di halaman belakang rumah mereka.

SAM-SYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang