semuanya selesai

13 0 0
                                    

Tandai typo🚫
_________________________________________________________

"Tenanglah sayang, anak itu tidak akan kenapa-kenapa" ujar aunty Mia pada Nanda yang masih menangis.

Di depan ruang operasi ramai karena adanya keluarga Asya dan juga teman-temannya, begitupun Samuel yang juga sedang menjalani operasi pengangkatan pelurunya.

Tingg

Bel berbunyi menandakan operasi sudah selesai, tak beberapa lama setelah bel berbunyi pintu ruangan terbuka.

"Puji tuhan operasi berjalan dengan lancar" ucap Dokter yang baru keluar dari ruangan membuat semuanya bernafas lega.

Baru saja menghela nafas, tiba-tiba seorang suster menghampiri sang dokter, "Dok! Pasien mengalami kejang-kejang!" dengan segera dokter menutup kembali ruangan itu membuat mamah Ana jatuh pingsan.

Sedangkan disisi lain, Samuel juga mengalami situasi yang sulit dimana jantungnya yang memburuk dan juga luka akibat peluru itu yang cukup parah karena dibiarkan cukup lama.

"Dok! Jantungnya melemah!"

•••

"Waahh" seorang gadis dengan kagum menatap taman yang dipenuhi bunga di hadapannya.

"Asya" panggil seseorang yang berdiri dibelakang gadis itu.

"Kami ngga papa kan? Aku khawatir banget sama kamu" belum sempat gadis itu menjawab, tiba-tiba tubuhnya dipeluk erat oleh seseorang yang memanggilnya.

"Kak El"

Samuel dan Asya.

Keduanya saling berpelukan menghiraukan suara tangis yang terdengar bersahutan.

"Mamah" gumam Samuel saat mendengar suara tangisan ibunya, ia mendongak menatap langit berusaha mencari asal dari suara itu begitupun Asya yang juga mecari suara itu.

Asya dan Samuel saling menatap satu sama lain, "Pulang ya??" ujar Samuel yang diangguki Asya.

•••

Seorang Dokter dengan tatapan yang kagum sekaligus tidak percaya tersenyum lega dengan keringat yang menetes dari dahinya.

"Kamu selamat" ujar Dokter itu sambil menatap Samuel yang masih terbaring tak sadarkan diri.

Begitupun Dokter yang menangani Asya, ia mengucapkan  banyak syukur karena ia masih bisa menyelamatkan nyawa gadis itu.

Keduanya dibawa ke ruang rawat yang bersebelahan, tangan Asya digenggam oleh mamahnya, sedangkan aunty Mia duduk disofa sambil memainkan handphone nya.

"Gue pulang dulu, kalo Asya udah siuman kabarin gue" aunty Mia keluar dari ruangan Asya tanpa menunggu jawaban dari yang lain, mamah Ana dan papah Adi yang memang sudah hafal akan kelakuan aunty Mia pun hanya menggelengkan kepala.

Di ruangan Samuel, Rava membujuk Riko untuk kembali ke ruangannya yang memang kebetulan berada di rumah sakit yang sama.

"Ayo bangg" bujuk Rava yang ditolak mentah-mentah oleh Riko sampai Dirga angkat suara.

"Udah sana balik aja, nanti kalo Samuel sadar kan pasti dikabarin" dengan belaian di kepala Riko, Dirga dengan lembut berusaha memberi pengertian mengingat Riko yang belum sehat sepenuh.

"Ya udah ayo" dengan lesu, Riko berdiri sambil menuntun selang infusnya lalu keluar dari ruangan Samuel.

Pukul 20;35 WIB akhirnya Asya membuka matanya, "Mamah.." lirihnya saat melihat mamahnya yang sedang menenggelamkan kepalanya masih dengan menggenggam tangan Asya.

Mendengar iru, reflek mamah Ana mendongak.

"Sayang akhirnya kamu bangun" ujar mamah Ana.

"Lama ya?" tanya Asya diakhiri kekehan ringan.

"Minum dulu ya" mamah Ana dengan telaten membantu Asya meminum air putih yang disediakan di pinggir ranjang.

"Papah sama Abang kemana?" tanya Asya yang tidak melihat keadaan dua lelaki itu.

"Lagi ketemu aunty Mia" jawab mamah Ana.

Tiba-tiba saja Asya teringat Samuel, "mah kak El gimana? Dia baik-baik aja kan?" tanya Asya beruntun yang membuat mamah Ana tersenyum.

"Samuel ngga papa, kita cuma perlu nunggu dia sadar" jawab mamah Ana sambil tersenyum.

Setelahnya, pintu ruang rawat terbuka menampilkan papah Adi, Nanda dan aunty Mia.

"Loh? Udah sadar?" tanya aunty Mia debgan ekspresi kaget.

"Apa?! Berharap gue ngga bakal sadar?!" kesal Asya yang langsung mendapat teguran dari mamahnya.

"Asya!" tegur mamah Ana.

"Ngga papa kali Na, udah biasa jugaa" sahut aunty Mia sambil duduk di sofa.

Mereka pun berbincang-bincang sampai kabar Samuel siuman di jam 21;05 WIB membuat Asya memaksa mamahnya untuk bertemu dengan Samuel.

Mamah Ana menghela nafas dan menuruti keinginan sang putri, mereka yang ada diruang rawat Asya pun ikut pergi mengunjungi ruang rawat Samuel.

Pintu ruang rawat terbuka, terlihat Samuel yang sedang berbincang dengan mamah Fitri, "Eh Asya, udah mendingan nak?" ujar mamah Fitri penuh perhatian.

Asya tersenyum, "alhamdulillah" jawabnya.

Mamah Fitri, Dirga, Kesya dan Cila pun keluar memberi ruang untuk dua remaja itu berbicara.

"Kamu ngga papa kan?" Samuel mulai berbicara saat melihat perban di dahi Asya.

"Ngga papa" jawab Asya sambil menggenggam tangan Samuel.

"Maaf ya" Samuel mengerutkan dahinya mendengar kata maaf dari Asya.

"For what?" geran Samuel.

"Gara-gara Asya kak El jadi luka kaya gini"

"Ini bukan salah kamu sayang, kita cuma berjuang buat mempertahankan hubungan kita"

"Maaf dan terimakasih udah donorin jantung kak El buat Asya waktu itu" ucapan Asya membuat Samuel terkejut.

"Kok?" tanya Samuel tergagu.

"Asya udah tau kok, kakak yang udah donorin jantung Asya pas kita masih SMP tapi tetep aja Asya harus pergi ke negara orang buat pengobatan, dan akhirnya kita bisa ketemu lagi di masa SMA"

Asya menempelkan tangan Samuel ke pipinya, "kita bahagia sama-sama ya?" ujar Asya.

"Pasti" dengan lembut Samuel mengelus pipi Asya.

Semuanya selesai.

Benar-benar selesai.



-END-

Finally🥳🥳

1 tahun sudahh

Sampai jumpa lagi di cerita selanjutnya..

Bye sayang-sayangkuuuu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAM-SYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang