4. Sakit Hati

749 50 0
                                        

"Kak, kamu kenapa bengong aja?" Tanya ibu.

"Gak apa-apa bu, cuma males aja berangkat kerja , kalau senin suka macet banget di jalan"

"Berangkat lebih awal kak, di motor kan pasti lebih cepet, tapi hati-hati juga bawa motor nya, jangan ngebut"

"Siap ibu"

Selesai sarapan, gue langsung bersiap berangkat kerja, jangan lupa pakai helm, jaket, sama sarung tangan juga. Setelah pamit, gue segera melajukan motor gue pelan-pelan. Sampai dibelokan dekat rumah Ilham...

Byuuuurrrr

"Dasar perawan tua!"

"Awas berani godain Ilham lagi!"

Brak!

"Allahuakbar! Ibuuu...sa-kit"

Sebelah kaki gue rasanya sakit banget, ngga bisa digerakin karena tertimpa sepeda motor yang jatuh, setelah menabrak pohon mangga besar yang ada di depan rumah Ilham. Gue kaget, tiba-tiba di siram air, terus hilang kendali dan gue nabrak pohon mangga.

"Mampus! Berani-berani nya deketin Ilham!"

Cukup lama gue berada di posisi itu, ngga ada yang nolongin. Tante Romlah malah terus berkata kasar setelah berhasil membuat gue jatuh, sumpah jahat banget. Gue sakit hati.

"Astagfirullahhalazim, Sandra!" Teriak mas Pandu.

"Mas Pan~du, tolongin Sandra, kaki Sandra sa~kit" suara gue sampai bergetar, menahan rasa sakit.

"Ini harus ke klinik San, luka nya lumayan dalem" pekik mas Pandu saat berhasil menyingkirkan motor yang menimpa kaki kanan gue, celana gue juga sampe sobek.

Gue dibopong sama mas Pandu, mau ke klinik jauh, masih harus jalan ke depan. Sedangkan mas Pandu ngga bawa motor, kondisi motor gue jangan di tanya lagi, stang nya sampe bengkok.

"Ke tempat bidan Dessy aja mas Pandu, Sandra ngga kuat jalan kalau harus ke klinik" sumpah ini sakit banget, sampe lemes, ngga kuat buat ngelangkahin kaki.

"Mas gendong ya San, maaf, ini urgent" gue mengangguk pasrah, kepala udah keleyengan, ngga kuat.

Sesampainya di tempat bidan Dessy, gue langsung ditangani oleh bu bidan dan satu orang asisten nya. Sedangkan mas Pandu buru-buru pergi setelah mengantar gue, mau kabarin ibu sama bapak gue di rumah.

"Shh...Astagfirullahhalazim" sakit banget, di suntik beberapa kali buat hilangin rasa sakit pas tindakan.

"Tahan sebentar ya San, biar pas tindakan ngga sakit" Bu bidan terus memberikan gue ketenangan, biar gue ngga terlalu panik.

...

"Alhamdulillah, sudah selesai" gue membuka mata, dan kaki gue sudah di balut perban. Hampir satu jam setengah.  Pasti nanti malem, berasa banget ini luka nya.

Bapak sama ibu masuk setelah di persilahkan oleh bu bidan, menatap gue dengan raut wajah khawatir. Mata ibu sembab, pasti ibu habis nangis. Maaf ya bu, Sandra udah bikin ibu khawatir.

"Sandra udah boleh pulang kan bu bidan?" Tanya bapak.

"Sudah, nanti tinggal ambil obat aja di depan, nanti pulang langsung makan terus minum obat ya San" gue mengangguk paham.

"Pak, motor Sandra?" Tanya gue.

"Udah dibawa sama Pandu ke bengkel nya"

"Pak, Sandra..." bapak buru-buru menghapus airmata gue dengan ibu jari nya.

"Jangan dipikirin ya kak, yang penting sekarang kakak sembuh dulu, sekarang kita pulang" Bapak seperti mengerti dengan kondisi mental gue, bahkan tangan gue masih bergetar, ada rasa takut untuk bertemu dengan orang-orang.

Sesampainya dirumah, ibu sudah memindahkan kasur dikamar gue ke ruang tengah. Katanya biar lebih gampang dipantau, terus takut ada yang datang buat jenguk juga. Di tempat kalian gitu juga ngga sih? Kalo ada salah satu keluarga yang sakit, tidurnya suka dipindah ke ruang tengah, terus tidur bareng-bareng deh, nemenin si yang sakitnya.

"Kak..." Rima masih pake seragam sekolah, dia nangis sambil liatin gue, padahal kan yang abis jatoh dari motor, gue.

"Kenapa ngga sekolah? Kakak potong ya uang jajan nya"

"Aku benci sama tante Romlah, pokoknya mulai sekarang, kakak ngga boleh berhubungan sama kak Ilham, gara-gara dia ini" mulai posesif nih adik gue.

"Dek, kayaknya kalo kakak udah sembuh, kakak mau terima tawaran buat pindah ke bandung deh, kakak pengen cari suasana baru"

"Harus kak, kakak harus keluar dari zona toxic, kakak harus menemukan kebahagian kakak"

"Bantu kakak ngomong sama ibu ya dek?"

"Siap kak"

~~~

Sepenuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang