Follow dulu sebelum membaca, yang ngga suka skip aja!
Hai, kenalin nama gue Sandralia Amourella (28) keseharian gue ngantor, dan selebihnya berdiam diri di rumah. Gue kurang suka bersosialisasi, kenapa ya? ada yang sama kayak gue juga ngga? kayak ca...
"Kak...kakak..." Ibu memanggil-manggil gue yang sedang ganti pakaian di kamar, niatnya malam ini mau nginep di rumah ibu.
Ceklek!
"Apa bu?" Tanya gue.
Ibu tiba-tiba menangis lalu memeluk gue, bapak sama Rima juga ikut-ikutan peluk gue, pada kenapa sih? Ilham juga malah ikutan bingung liat gue di peluk mereka bertiga.
"Kenapa ngga bilang sama ibu kalau kamu hamil"
"Lho? Ibu tau dari mana?" Niatnya kan nanti malem mau gue kasih tau, sekalian makan bersama.
"Tadi Ibu ngga sengaja liat buku warna pink di tas kamu, pas ibu liat ternyata buku KIA (buku kesehatan ibu dan anak) terus ada nama kamunya" jawab ibu dengan nada bergetar.
"Selamat ya kak, Ilham, kalian sekarang sudah menjadi calon orangtua" ucap bapak.
"Aku mau jadi onty, yee..." Rima pun tak kalah bahagia.
"Maaf ya bu, pak, tadi tuh niatnya mau kasih tau sekalian makan malam, tapi ibu udah tau duluan" ucap Ilham.
"Ibu mau jadi nenek pak, anak perempuan ibu udah mau jadi ibu juga, selamat ya kak..." Aduh ibu melow banget, jadi ikutan sedih juga.
"Makasih bu, pak, doain kakak terus ya"
"Pasti kak, semoga lancar sampai waktunya lahir nanti" ucap bapak.
"Amin..."
"Amiiin"
"Amin"
"Titip Sandra ya Ilham, ibu hamil itu rentan apalagi hamil muda begini, dijaga makanannya, ngga boleh sembarangan"
"Siap bu, Ilham pastikan akan memberikan yang terbaik untuk istri dan calon anak Ilham" Ilham mengecup pipi gue sembari mengusap-usap perut gue.
"Kalau bisa untuk sementara, kamar tidur nya pindah ke bawah aja, biar Sandra ngga naik turun tangga"
"Iya pak, Ilham juga berpikir seperti itu. Oh iya, kira-kira ada ngga ya yang mau kerja buat bantu-bantu kerjaan rumah?"
"Teh Erni aja, kasian dia, baru ditinggal suaminya meninggal, mana anaknya masih kecil-kecil"
"Teh Erni siapa bu?" Tanya gue.
"Itu lho kak yang rumahnya di belakang rumah mas Pandu, anaknya mbok Jum"
"Oh...yang kemarin suaminya meninggal karena kecelakaan itu kan bu?" ibu mengangguk.
"Ya udah kalau gitu, mulai besok langsung kerja gak apa-apa, soalnya besok juga Ilham udah mulai masuk kantor"
Besok? Katanya, Ilham mulai masuk kerja lusa, kok tiba-tiba berubah jadwal sih. Kebiasaan banget suka dadakan, padahalkan niatnya besok mau minta anter ke mall, cari hadiah ulang tahun buat anak-anaknya Anindya.
. . .
"Abanggg..."
"Iya sayang?"
"Mau peluk"
"Sini...sini" Ilham kembali memejamkan matanya setelah memeluk gue.
Kok masih gelisah ya...aneh banget. Ini gue pengen nya apa sih, padahal udah di peluk sambil di puk-puk.
"Shh...adekkkk"
Ilham kembali terbangun lalu menatap gue.
"Apa abang?"
"Tangannya jangan nakal, nanti kalo dia bangun gimana? Kan kata bu bidan ngga boleh berhubungan dulu"
"Boleh, asalkan pelan-pelan abang"
"Adek lagi pengen?" Gue mengangguk.
"Aduh...mana bisa nolak abang, adek gemesin banget sih"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ah..."
"Abanghhh..."
"Kencengin lagi abang"
Gue ngga ngerti sama apa yang gue rasain, kok gue jadi aneh begini sih, selama menikah dengan Ilham, gue ngga pernah minta atau mancing buat begituan duluan. Tapi, sekarang...
"Sayang?" Ilham menghentikan gerakan pinggul nya.
"Ih abang kenapa berhenti?"
"Kamu lupa atau gimana?"
"Lupa apa sih abang? Ayo lanjutin lagi..."
"Di perut kamu ada adik bayi, nanti kalau kenceng-kenceng takut kenapa-napa"
"Aku lupa abang, maaf, aku ngga ngerti kenapa aku kayak gini"
"Sayang...gak apa-apa, mungkin itu hormon ibu hamil"