9. Ngawur

254 25 0
                                    

"Saya tunggu keputusan kamu besok, saya butuh orang untuk menghandel pekerjaan di sana secepatnya, kalau kamu ngga mau, saya akan cari ganti nya"

Kalimat terakhir yang di ucapkan oleh atasan gue semalam lewat sambungan telepon. Kesempatan tidak datang dua kali, gue akan menerima tawaran ini, dan segera pergi ke Bandung untuk mulai bekerja minggu depan. Tawaran ini datang sudah sejak satu bulan yang lalu, sebelum kejadian gila menimpa gue.

Langkah pertama adalah gue harus bicara serius sama bapak dan ibu, mereka bakalan syok kalau tau gue pergi semendadak ini. Yaaa...walaupun bapak sama ibu udah tau, dan udah kasih gue izin buat pergi, tapi kan syarat nya gue harus benar-benar sembuh dulu.

"Bu, bapak mana?"

"Di warung lah kak, dimana lagi emang" gue mengangguk kemudian berjalan mendekat ke arah ibu yang sedang memasak.

"Sandra mau bicara serius sama bapak dan ibu, nanti malem ya bu?" Ibu tersenyum penuh arti.

"Kakak mau nikah? Sama siapa?" Tanya ibu semangat.

Ya allah, ngga nyambung banget dah ibu mah.

"Siapa yang mau nikah sih bu, pacar aja ngga punya"

"Ya kirain kamu udah bisa menerima Ilham gitu kak"

Makin ngawur ngomong nya.

"Buuu...bisa ngga kalau apa-apa itu jangan di sangkutin sama dia? Tante Romlah hampir bikin kakak mati bu, kalau ibu lupa! Kemarin juga waktu ibu ninggalin kakak di tempat kondangan, dia masih gencar sindirin kakak terus, segala titipin kakak ke dia. Jangan mempersulit kakak bu, kalau ibu emang mau cariin kakak jodoh silahkan aja, asal jangan sama dia"

Ilham, Ilham, Ilham terus yang di sebut. Gue rasa semua wanita single di dunia ini bakalan mikir kalau suruh nikah sama laki-laki yang punya ibu super julid, siapa juga yang mau punya mertua kayak gitu. Bikin mental ngga sehat aja.

"Kak? Ibu ngga bermaksud apa-apa, di luar dari tante Romlah jahat sama kamu tapi Ilham beda kak, ibu bisa lihat dengan jelas"

"Buuu...udah ya? Sandra ngga mau denger lagi, mereka itu satu keluarga bu"

"Hati manusia kan ngga tau kak, kalau tante Romlah tiba-tiba berubah gimana?"

"Jangan membicarakan hal yang belum pasti! Tiga hari lagi aku berangkat ke Bandung"

"Ngga boleh! Ibu ngga kasih kakak izin"

Hah? Tiba-tiba.

"Jangan lupa sama pembahasan awal kita bu, kakak bakalan tetep berangkat"

Lebih baik menghindar dulu dari ibu, gue masuk kamar terus ganti baju, mending gue keluar sebentar buat cari kopi di kafe depan sekalian nongki. Kebetulan motor gue udah selesai di perbaiki, di bayarin penuh sama om Samsul, dan untuk yang satu ini gue tidak menolak.

Kenapa ya akhir-akhir ini ibu jadi gencar banget buat deketin gue sama Ilham, aneh banget. Bapak juga sama, padahal kemaren udah jelas banget ngga mau kasih kesempatan buat Ilham kalau gue nya emang udah ngga mau.

"Kak Sandra?"

"Nia, kok ada di sini?" Niara, adiknya Ilham, seumuran sama adik gue Rima. Duduk di depan gue masih pakai seragam sekolah.

"Lagi beli kopi kak, kakak sendiri?" Gue mengangguk.

"Hhmm...kak, Nia mau minta maaf ya? Mohon maaf yang sebesar-besarnya, jujur aku ngga enak sama keluarga kakak, terutama sama Rima. Setelah kejadian itu, Rima kayak menghindar dari aku kak kalau di sekolah"

"Kamu ngga salah Nia, ngapain harus minta maaf, kakak ngga marah sama kamu. Soal Rima, nanti kakak coba buat ngomong"

"Makasih ya kak, oh iya kak...Mas Ilham pengen ngobrol berdua sama kakak, boleh ngga?"

Gue diam, ternyata Nia tidak sendiri, Ilham duduk di belakang gue, kehalang dua kursi. Heran juga lama-lama, kenapa setiap kali gue lagi di luar, pasti ketemu terus sama dia, dia ini ngga ada kerjaan apa gimana, pengangguran banget perasaan.

"Nia maaf ya, kakak ngga bisa, tolong sampein sama kakak kamu" tolak gue.

"Kak, semenjak kejadian kecelakaan ituuu...Papah sama mas Ilham cuekin mamah kalau lagi di rumah, tiap hari itu ada aja kak ributnya, Papah malah sempet mau anterin mamah ke rumah nenek, malu katanya" Nia menunduk, wajahnya memang terlihat kusut, tidak seperti biasanya.

"Gimana ya Nia?"

"Nia mohon kak, mungkin kalau kakak yang ngomong hati mas Ilham bisa sedikit terbuka, kasian mamah kak, jadi sering sakit"

Bukan urusan gue sebenernya.

"Kapan ya enaknya? Kalau siang begini agak riskan takut tante Romlah liat atau malah ada yang ngaduin, risih soalnya kalau kena sindir terus"

"Besok malam atau lusa mungkin kak?"

"Besok malam aja, lusa kakak ngga bisa, mau ke luar kota"

"Nanti aku kabarin lewat Rima ya kak?"

"Iya, kakak duluan ya"

"Iya kak, sekali lagi makasih kak"

~~~

Sepenuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang