35. Olahraga

592 32 1
                                    

Tumben banget pagi-pagi udah sibuk di dapur, pantesan tadi abis shalat subuh buru-buru keluar kamar, kirain mau kemana, taunya mau buat sarapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tumben banget pagi-pagi udah sibuk di dapur, pantesan tadi abis shalat subuh buru-buru keluar kamar, kirain mau kemana, taunya mau buat sarapan.

"Biar aku aja bang" gue coba ambil alih spatula di tangan Ilham.

"Ngga usah sayang, adek duduk aja, hari ini pekerjaan rumah biar abang yang kerjain"

"Mending abang siap-siap aja"

"Siap-siap kemana? Emangnya adek udah siap?"

"Siap-siap ngantor!"

"Galak banget sayang, abang hari ini ngga ngantor, kan masih cuti"

"Ngapain cuti, di rumah juga ngga ngapa-ngapain"

Grep! Ilham menggendong gue ala koala, mendudukan gue di meja makan.

"Turunin gak!?"

"Gak mau, Emangnya adek maunya ngapain?"

"Aku mau ke rumah ibu aja, awas!"

Cup!

"Abangggg...."

Cup!

Cup!

Cup!

"Ih abang malah sengajain"

"Kamar yuk..." bisik Ilham.

"Aku ngga ngantuk"

"Pagi-pagi gini enak kayaknya olahraga"

"Olahraga tuh diluar, bukan di kamar"

"Kan olahraga nya sama adek, jadi harus di kamar"

"Dasar mesum!"

Ilham mematikan kompor, kemudian kembali menggendong gue menuju kamar. Bibirnya terus mengecupi wajah dan leher gue.

"Abang jalan yang bener, nanti aku jatoh"

"Adek bawel" ucap Ilham kemudian mengecup bibir gue singkat.

.
.
.

"Pelan-pelan abang..."

"Adek rileks ya? Nanti kalau tegang malah sakit lagi"

Kali ini Ilham memastikan keadaan gue terlebih dahulu, takut kejadian waktu itu terulang lagi. Gue dibuat nyaman oleh belaian-belaian yang Ilham berikan. Bibir, lidah, dan tangan Ilham begitu lihai membelai setiap titik rangsang yang ada ditubuh gue.

"Ah!" Dua jari di masukan perlahan, kemudian tiga jari dan seterusnya.

"Shh...pe~rihh abang"

"Iya sayang, tahan sebentar ya...nanti juga ngga kok"

Ilham sudah memposisikan dirinya, kali ini gue harus benar-benar siap, tidak boleh mengecewakan Ilham untuk kedua kalinya. Tenang, rileks, nikmati setiap rasa sakitnya,  karena rasa sakit ini tidak akan lama.

"Abang masukin ya?" Gue mengangguk.

"Arghh..." Ilham menggeram saat pusaka nya masuk dengan sempurna.

"Sakit?"

"Sedikit"

"Abang gerakin ya?" Gue mengangguk lagi.

"Hh...sempit banget sayanggg...enakhh"

.
.
.

"Assalamu'alaikum..."

"Waalaikum salam...masuk mah"

"Lagi ngapain kamu Ham?" Mamah menghampiri Ilham ke samping rumah.

"Ini baru selesai jemur baju, mamah sendiri?"

"Sama papah, tuh di depan"

"Cie...balikan nih ceritanya" goda Ilham.

"Liat gimana nanti aja, Ngomong-Ngomong Sandra mana?"

"Sandra masih tidur mah, kasian kecapean"

"Kecapean?" Tanya mamah bingung.

"Ah mamah, kayak ngga tau pengantin baru aja" jawab Ilham.

"Asyik...bentar lagi mamah jadi nenek"

"Siapa yang jadi nenek, mah?" Papah pun ikut menyusul mamah ke samping rumah.

"Mamah lah pah"

"Sandra hamil, Ham?"

"Doain aja pah, kan ini Ilham juga lagi usaha terus"

"Amin...semoga secepatnya Sandra hamil, biar papah sama mamah punya gelar baru"

"Aminnnn...."

"Abanggg...."

"Itu suara Sandra kayaknya tuh, panggil-panggil kamu" Ucap mamah.

"Iya sayang, abang di sini"

"Udah bangun sayang?" Ilham menghampiri gue yang masih berdiri bersandar di dekat tangga.

"Mau gendong, abang" gue peluk Ilham, bersandar di dada nya, Ilham mengusap-usap kepala gue lalu mengecupnya.

"Mau gendong depan apa belakang?"

"Depan"

"Masih sakit sayang?"

"Ngga, cuma perih tapi sedikit"

"Masih mau kasih kan, kalau abang minta lagi?" Ilham mendudukan gue di sofa ruang tengah.

"Iya, soalnya enak" jawab gue pelan.

"Apa yang enak sayang?"

"Gak tau!"

"Ngga tau, apa malu? Hayo..."

Gue kalau lagi ngobrol sama Ilham itu berasa kayak anak kecil, berasa di sayang banget. Nada sama cara bicaranya tuh lembut banget, bikin gue jatuh sejatuh-jatuh nya ke pelukan Ilham.

"Ih abang mah"

"Adek...makasih ya sayang, terimakasih sudah mau memberikan sesuatu yang paling adek jaga selama ini. Adek rela tahan sakit demi memberikan hak abang, makasih sayang ku"

"Kok diem? Kenapa?" Tanya Ilham.

"Abang kok ngga bilang sih kalau ada mamah sama papah?" Aduh, berarti tadi waktu gue manja-manja sama Ilham, mereka liat dong.

"Emang ada kok, abang lupa mau kasih tau kamu"

"Malu banget ihh..."

"Malu kenapa? Biarin aja, mereka juga paham kok sayang"

"Ya tetep aja abang"

"Udah biarin aja, anggap aja ngga ada, lagi CLBK si mamah sama si papah"

"Mamah sama papah rujuk?"

"Kita doain aja. Adek laper ngga? Mau makan apa?"

"Hm...apa ya? Apa aja deh"

"Sama rendang mau? Tadi dibawain mamah"

"Mauuuu..."

"Ya udah yuk kita ke dapur, mau digendong lagi?"

"Ngga, aku jalan aja, malu ada mamah sama papah"

~~~

Sepenuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang