Di sinilah gue sekarang, di Cafe dengan nuansa klasik, jaraknya cukup jauh dari rumah. Sengaja. Gue ngga cuma berduaan sama Ilham, tapi ada Rima dan Niara, mereka duduk agak jauh dari kita berdua.
"San, makasih ya udah mau aku ajak ketemuan di sini, ya walaupun seharusnya aku datang ke rumah kamu secara baik-baik, minta izin sama om dan tante"
"Bisa to the point aja? Gue ngga bisa lama-lama"
Terdengar helaan nafas berat dari Ilham, menegakkan tubuhnya, lalu menatap gue dalam. Mata kami berdua saling bertemu, cukup lama, dan ini pertama kalinya gue berani membalas tatapan Ilham.
"Aku harus gimana lagi San, biar kamu mau maafin aku...rasanya akhir-akhir ini aku jadi ngga fokus, di rumah juga Papah sama mamah berantem terus, kepala rasanya mau pecah"
Diam. Gue masih menunggu lanjutan ceritanya, wajahnya sama kusut nya dengan Niara. Mungkin gue juga bakal sama kayak mereka kalau suasana rumah sedang tidak baik-baik aja.
"Sannn...jujur aku bingung sama mamah, apa alasan dia ngga suka sama kamu, setiap aku tanya ngga pernah mau jawab"
"Gini ya Ilham, biar gue perjelas lagi, gue harap lo mau mengerti tentang ini. Gue dan keluarga udah maafin tante Romlah, anggap aja kejadian kemarin ngga pernah terjadi, sebab gue harus bersyukur karena masih di beri keselamatan sama tuhan, tuhan masih sayang sama gue" gue menarik kursi ke depan agar lebih dekat dengan Ilham. Di bagian ini Ilham harus denger dengan jelas, ngga boleh ada yang terlewatkan.
"Gue juga minta maaf kalau selama ini sikap gue kurang baik sama lo, jujur aja gue ngga nyaman kayak gini, apalagi kita tinggal di satu kampung yang sama. Awalnya kan kita ngga saling kenal, gimana kalau kita kembali ke awal, biar sama-sama enak"
Kok rasanya sakit sih pas gue ngomong gitu, tiba-tiba melow, pengen nangis. Gue ngga ngerti sama hati gue akhir-akhir ini, jujur aja nama dia jadi sering terlintas begitu saja di pikiran gue. Ini cuma kebetulan apa emang ada yang salah sama diri gue.
"San? Boleh kasih aku kesempatan satu kali lagi?" Gue menggeleng.
"Maaf Ilham, gue ngga mau ambil resiko, sebaiknya lo nurut sama orangtua lo, jangan memaksakan hal yang tidak mungkin bisa terjadi"
"Sandra plis?" Ilham menggenggam kedua tangan gue.
"Setelah keluar dari sini, anggap kita ngga saling kenal, dimanapun dan kapanpun kita ketemu jangan pernah saling sapa lagi ya? Ini yang terbaik untuk kita berdua, lo harus cari perempuan yang bisa bikin tante Romlah kasih restu"
"Lebih baik aku hidup sendiri seumur hidup kalau ngga sama kamu!"
"Jangan egois, lo harus memikirkan keluarga lo, gue pamit yaa...lo harus menemukan kebahagiaan lo sendiri"
.
.
.
.
."Pak ayo berangkat sekarang, mobilnya udah nunggu di depan gang"
Satu koper besar, tas punggung, dan tas selempang di depan buat simpan dompet dan lainnya. Gue udah siap, walaupun semalam ibu mulai drama lagi, tetep ngga mau kasih izin.
"Masih jam setengah empat kak, apa ngga kepagian? Nanggung subuh"
"Sengaja pak, kakak males ketemu sama tetangga nanti jadi pada nanya"
"Bentar bapak panggil ibu dulu"
Rima tiba-tiba peluk gue terus nangis, ngga ngomong apa-apa, dia cuma diem. Gue ngerti kok, tapi ini untuk sementara, gue butuh waktu dan suasana baru.
"Dek, sekolah yang pinter ya...titip ibu sama bapak"
"Jaga diri baik-baik ya kak, aku sayang kakak"
"Kakak juga sayang kamu"
Soal alamat gue di sana, gue sengaja ngga kasih tau siapa-siapa, termasuk keluarga gue sendiri. Nanti kalau gue udah ngerasa baik-baik aja, gue bakalan pulang kok. Ini juga yang jadi alasan ibu kenapa dia ngga kasih gue izin.
Ibu di Bonceng sama bapak, sedangkan gue sama Rima dengan koper di pangkuan, berat. Mobil hitam milik perusahaan sudah terparkir di depan gang, gue ngga sendirian, gue pergi sama dua staf yang juga di mutasi ke Bandung.
"Kakak pamit ya pak, bu" gue cium tangan mereka bergantian.
"Kak?" Ibu akhirnya nangis juga.
"Maafin kakak ya bu kalau kakak ada salah sama ibu, doain kakak supaya jadi orang yang sukses"
"Amiin, jaga diri baik-baik ya kak, ibu sayang kakak"
"Hati-hati ya kak, harus bisa menitipkan diri dimanapun kakak berada, jangan tinggal sholat nya" ucap Bapak.
~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenuh Hati
RomansFollow dulu sebelum membaca, yang ngga suka skip aja! Hai, kenalin nama gue Sandralia Amourella (28) keseharian gue ngantor, dan selebihnya berdiam diri di rumah. Gue kurang suka bersosialisasi, kenapa ya? ada yang sama kayak gue juga ngga? kayak ca...