30. Kevin

876 48 0
                                        

"Kak Sandra, dicariin sama mas Ilham" ucap Niara.

Tadi pagi selesai subuhan, Ilham kembali tidur, semalam ia baru kembali sekitar pukul dua dini hari. Ternyata apa yang dikatakan Ilham ada benarnya, obrolan nya dengan Sandi memakan waktu yang cukup lama.

"Dimana orangnya?" Tanya gue.

"Balik lagi ke kamar kayaknya kak"

"Oke, makasih Nia"

"Sama-sama kak Sandra"

Bikin kopi dulu, terus kita bawain sarapan, tadi pagi mamah masak cumi, tempe goreng sama oseng kangkung.

"Mau dibawa kemana itu San?" Tanya om Dedi, adiknya papah mertua.

"Ke kamar om, buat abang"

"Manja banget sih, mentang-mentang udah punya Istri" goda om Dedi.

Gue hanya tersenyum kemudian lanjut berjalan menuju lantai atas, ke kamar gue dan Ilham. Saat gue masuk ke kamar, Ilham masih dalam posisi tidur di balik selimut.

"Abang, kok tidur lagi? Bangun, udah siang, sarapan dulu"

"Hm..."

Setelah menyimpan nampan yang berisi makanan dan kopi, gue hampiri Ilham, duduk di sisi ranjang, mengusap-usap pelan wajah Ilham. Ilham menggeser tubuhnya, merebahkan kepalanya di paha gue, posisi wajahnya menghadap ke perut.

"Masih ngantuk ya?" Ilham hanya mengangguk.

"Udah jam sembilan, di bawah juga udah rame, sodara-sodara nya papah baru pada dateng"

"Iya sayang, abang masih lemes"

"Sarapan dulu, aku suapin ya?"

"Abang mau mandi dulu baru makan"

"Ya udah ayo bangun"

Bukannya bangun, tangan Ilham malah meraba dada gue.

"Mau ngapain? Katanya mau bangun" tangannya gue tahan saat akan melepas kan kancing kemeja yang gue pakai.

"Mau nen dulu, baru bangun" ucapnya dengan suara khas orang bangun tidur.

"Abang?"

"Sebentar aja sayang, recharge tenaga, biar semangat"

"Jangan aneh-aneh kenapa bang?"

"Ya udah abang ngga mau bangun, ngga mau makan"

"Jangan kayak anak kecil juga"

"Cuma nen aja, masa ngga boleh sih sayang"

Gue buka tiga kancing kemeja yang gue pakai, gue keluarkan sebelah payudara gue. Ilham tersenyum menang, dan langsung melahap puting gue. Ngga ngerti lagi sama Ilham, kenapa dia berubah jadi mesum begini, setiap ada kesempatan pasti minta nyusu terus.

Brak!

"Ooommmm Ilhammmm...." seorang anak kecil berusia sekitar empat tahun masuk begitu saja ke dalam kamar, gue panik dan langsung mendorong Ilham, berbalik membelakangi pintu, merapikan kembali kemeja yang sempat berantakan.

"Keviiiiiinnn...aduh kamu ini jangan nakal dong sayang" terdengar teriakan wanita di belakang anak kecil tersebut.

"Ilham, Sandra, maaf ya" ucap tante Lisa, istri dari om Dedi.

"Gak apa-apa tante, namanya juga anak kecil" Ilham langsung bangun dan menghampiri Kevin.

"Ayo turun ah, mami lagi bantuin oma di bawah"

"Iya mami" jawab Kevin lesu.

"Dah Kevin" Ilham melambaikan tangannya, begitu juga Kevin.

"Huh...sport jantung aku" Ilham malah tertawa.

"Kira-kira tadi Kevin liat ngga ya bang?" Ya gue takut Kevin liat kegiatan Ilham yang lagi nyusu.

"Ngga sayang, orang kamu langsung dorong kepala abang"

"Maaf, ya abis reflek, kaget juga sih"

"Gak apa-apa, yang penting ngga sampe kejedot, abang mau mandi dulu"

"Iya, aku juga mau beresin kasur"

"Jangan lupa siapin baju abang, dek"

"Iya abang sayang"

.
.
.

Menunggu sampai Ilham menyelesaikan sarapan pagi nya yang terlewat, barulah kami berdua turun ke bawah, bergabung bersama keluarga yang sedang bersenda gurau. Gue dan Ilham duduk di dekat mamah dan Papah, di sebelah papah ada Kevin yang sedang mencolek-colek pipi bayi gembul yang sedang tidur, anak dari saudara mamah.

"Mami...mami..." panggil Kevin.

"Ya nak, kenapa?"

"Kenapa bayi harus mimik susu?" Tanya Kevin.

"Ya karena hanya susu yang boleh bayi konsumsi, nanti kalau usianya sudah enam bulan, baru boleh diberi makan" jawab tante Lisa menjelaskan.

"Tapi mami..." Kevin menatap Ilham lalu ke gue secara bergantian. Mulai curiga gue.

"Kenapa om Ilham masih suka mimik susu seperti bayi" semua atensi tertuju pada Kevin, mereka mulai penasaran, termasuk gue juga penasaran.

"Maksudnya apa sayang?" Tanya tante Lisa.

"Tadi aku lihat om Ilham lagi mimik susu sama tante cantik"

Pengen ngilang aja rasanya, malu banget gue. Spontan gue cubit lengan Ilham, ya abis dia kelihatan biasa aja, gak ada rasa malu nya sama sekali.

"Abang sih!" Bisik gue.

Tawa pun akhirnya pecah, om Dedi sampai menepuk-nepuk bahu Ilham, jatuh sudah harga diri gue di depan mereka semua. Duh Kevin, tante cubit nih ginjal nya, ringan banget mulut nya.

"Kevin, om Ilham juga butuh nutrisi seperti dedek bayi, biar kuat dan sehat" ucap om Dedi menggoda.

"Pantesan ngamar terus nih Ilham, isi bensin terus" ucap salah satu saudara Ilham.

Siapapun tolongin gue, gue ngga sanggup kalau harus lama-lama di sini. Ini juga suami malah senyum-senyum doang, tolongin kek istrinya, malah kesenangan digodain.

"Udah udah, jangan godain Ilham sama Sandra terus, kasian nih menantu mamah, sampe merah gini pipi nya" tawa dan godaan mereka pun akhirnya berhenti setelah mamah bicara, makasih mamah.

"Wajar, namanya juga pengantin baru, banyak hal yang ingin dicoba" Plak! Mamah memukul paha papah.

"Kamu jangan ikut-ikutan" ucap mamah.

"Iya-iya aku diem" jawab papah.

~~~

Sepenuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang