36. Kepo

776 39 1
                                    

Siang ini Ilham ajak gue ke kantor nya, mau anterin berkas ke Robin. Tadinya gue ngga mau ikut, tapi kata Ilham pulangnya mau ajak gue jalan-jalan, mau pacaran katanya.

"Abang, aku tunggu di mobil aja"

"Kenapa? Ikut masuk aja yuk..."

"Ngga ah, malu, lagian juga kan abang cuma sebentar"

"Adek ikut Abang atau abang juga ngga mau turun"

Lah?

Kan yang ada keperluan Ilham, bukan gue. Kenapa jadi gue harus ikut segala, mau ngapain coba gue ngikut-ngikut Ilham, apa ngga jadi bahan diliatin gue sama orang-orang di dalem.

"Ngga mau abang, malu"

"Adek malu punya suami kayak abang?" Bukan itu maksudnya, kenapa jadi kemana-mana sih.

"Yuk turun, udah ngga usah banyak drama"

"Nah gitu dong"

Gue bilang juga apa, pasti diliatin gue sama orang-orang di dalem. Ilham mana peduli sama sekitar, yang penting bagi Ilham adalah gue ada dalam jarak pandangannya, dan tak melepaskan genggaman tangannya.

"Bro!" Gue dan Ilham menoleh ke belakang saat mendengar suara Robin.

"Gue pikir sendiri bro"

"Abis dari sini mau pergi bro, jadi sekalian ajak istri"

"Ada pak Haikal di ruangan gue, nunggu lo, ada yang mau dibahas katanya"

Ilham menatap gue bingung, berarti secara tidak langsung gue tidak bisa ikut masuk ke dalam.

"Adek?"

"Aku tunggu di sini gak apa-apa"

"Abang ngga akan lama, adek tunggu di ruang santai aja ya"

"Bro, gue anter Sandra dulu sebentar, nanti gue nyusul ke ruangan lo"

"Oke bro, kalo gitu gue duluan"

Gue dibawa kesebuah ruangan dengan tembok full kaca, ada dua sofa panjang dan beberapa bean bag. Terus ada bar kecil juga di sana, ada mesin pembuat kopi, ada dispenser air, pokoknya lengkap sih kalo menurut gue. Dari mulai jenis minuman botol sampai camilan, pokoknya ada di sana.

"Abang tinggal sebentar ya sayang"

"Iya abang"

"Kalau mau minum atau ngemil, ambil di sana ya" gue mengangguk.

"Aulia!"

"Ya, pak Ilham?"

"Titip istri saya sebentar"

"Siap, sini kak Sandra gabung"

"Abang pergi ya sayang" Ilham mengecup kening gue sebelum benar-benar pergi.

"Mau minum apa kak?" Tanya Aulia.

"Nanti aku ambil sendiri aja, kamu lanjut kerja aja"

"Oke, kalau butuh apa-apa bilang aja kak"

"Siap, aman!"

.
.
.

"Sayang..." Ilham duduk di kursi yang sempat di duduki oleh Aulia.

"Ke rumah sakit ya, takut kenapa-napa"

"Udah gak apa-apa abang, udah di kasih salep sama Aulia"

Tadi gue abis bikin kopi, niatnya mau duduk di kursi pojok, tiba-tiba ada yang nyenggol gue dari samping. Gue kaget dan spontan kopi yang masih panas nyiram ke tangan sebelahnya. Gue teriak karena kaget dan panas ditangan, Aulia dan yang lain berlari menghampiri gue.

"Dewi! Kamu sengaja ya senggol istri saya!" Sentak Ilham.

"Abang, dia ngga sengaja"

"Tempat seluas ini ngga sengaja nyenggol? buta kali mata dia, sayang"

"Abang udah selesai? Kita pulang aja"

"Kamu!?" Gue ngga tau kenapa Ilham keliatan geram banget sama cewek yang katanya sengaja senggol gue.

"Abanggg..."

"Urusan kita belum selesai!"

"Gue balik bro, tolong cek cctv" ucap Ilham kepada Robin.

"Beres bro, biar gue yang urus"

Rencana pergi jalan-jalan dibatalkan, padahal gue udah bilang gak apa-apa, tapi Ilham pengen ajak gue pulang buat istirahat. Tangan gue jadi kemerahan, untung Aulia buru-buru bertindak, jadi luka nya ngga bakal berbekas.

"Cewek yang tadi itu emangnya siapa bang?" Gue dan Ilham baru banget sampe depan rumah.

"Sayang...lain kali kalau kamu ketemu sama dia dimanapun, kamu harus menghindar, ngga boleh deket-deket sama dia, apalagi kalau ngga ada abang, paham?"

"Tapi...kayaknya dia emang beneran ngga sengaja deh bang"

"Sayang ku...kalau suami kasih tau suatu kebaikan itu harus apa?"

"Harus denger, ngga boleh bantah" Ilham tersenyum kemudian mengusap-usap pipi gue.

"Udah pintar, cantik lagi...emang terbaik istri abang"

"Tapi abang...aku boleh tau ngga apa alasannya?"

"Boleh sayang, tapi ngga sekarang ya? Sekarang kita masuk dulu, terus obatin luka nya, abis itu langsung istirahat"

"Ah lama, aku udah kepo banget ini" gue juga baru ingat sesuatu, cewek itu kan yang pernah ke rumah waktu selamatan rumah, dia yang liatin gue dengan tatapan sinis itu kan.

"Kepo...kepo...ih adek kayak tante Sri suka kepoin orang" ucap Ilham sambil mencolek hidung gue.

"Calon mertua gagal juga" geli gue kalo inget Ilham pernah mau dijodohin sama anaknya Srintil.

"Untung mamah keburu sadar, jadi abang punya mertua yang super baik kayak bapak sama ibu, ngga pernah riweuh sama urusan orang"

"Jadi kangen bapak sama ibu, nanti malem kesana yuk bang?"

"Ayo sayang, bawa apa ya buat bapak sama ibu?"

"Apa aja, asal abang yang bawain pasti mereka seneng, sekalian beliin buat mamah sama Niara juga, ke rumah mamah dulu baru ke rumah ibu"

"Siap sayang"

~~~

Sepenuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang