Cemburu?

77 4 0
                                    

#Istri_Mungil_Brayen
Part_14 [ 'Cemburu?' ]

Di pagi hari yang cerah terlihatlah sepasang suami istri yang masih tenggelam dalam mimpinya. Muka Brayen tepat berada pada p@yvd@r@ istrinya.

Ghia terusik kala tangan k3kar suaminya menyelusup pada pinggang, ia membuka mata dan menatap samar kearah Brayen.

"Dasar," gumam Ghia sambil tersenyum.

Cvp!

Mengecvp singkat pipi kanan Brayen, ia terkikik kala melihat Brayen bangun dan menatapnya dengan wajah polos.

Waktu bangun tidurlah yang sangat dinantikan Ghia, ia tidak lagi melihat wajah dingin sang Suami.

Brayen menunjuk b!birnya, Ghia yang melihat tingkah suaminya langsung geleng-geleng kepala.

"Nggak mau!"

Brayen menatap tajam kearah Ghia.

Akhirnya, Ghia mengalah ia menuruti permintaan Brayen. Tapi, bukan sebuah k3cvpan melainkan sebuah c!vman.

Tampak, Ghia m3mukul lengan Brayen karena ia sudah merasa kehabisan napas. Brayen mengakhiri c!uman sambil tersenyum remeh dan m3ngusap lembut sudut b!birnya.

Ghia menarik napas dengan rakus.

"Enak'kan?" tanya Brayen yang membuat wajah Ghia masam seketika, 3nak sih 3nak tapi dia hampir saja m@ti akibat ulah suaminya yang bisa dikatakan sih dingin berotak m3svm.

"Dih, mana ada," jawab Ghia dengan muka memerah bak kepiting rebus membuat Brayen tertawa.

Brayen mengusap l3mbut rambut panjang Ghia, jujur Brayen masih belum percaya bisa memiliki gadis impiannya sedari kecil.

"Mandi, yuk!" ajak Brayen tiba-tiba membuat Ghia m3rinding seketika, jantung Ghia seakan tidak berhenti berdetak sedari tadi.

Brayen merasa kesal karena tidak ada jawaban, ia mendekatkan mukanya pada muka Ghia.

Deg!
Deg!
Deg!

***

Arkan beserta tiga temannya sedang berada di sebuah lapangan basket, tampak Gito sedang mengikat rambutnya yang panjang.

Brayen sedang bermain hp sambil duduk di sebuah kursi bersama Thoriq yang asik menggoda cewek yang berlalu lalang.

"Dek, Abanng jomblo loh," ucap Thoriq sambil mengedipkan sebelah matanya membuat Arkan geleng-geleng kepala.

"Mulai deh sih Mony3t."

Thoriq yang disindir memasang wajah masam, teman-teman l@cknat yang tidak mengerti perasaannya.

"Kamu jahat, Mas!" ucap Thoriq sambil menunjukkan wajah sendu menunjuk Gito.

"Geli gue."

"Thoriq cocoknya sama juminten'kan, Ray?" tanya Gito dengan muka meledeknya kearah Rayen.

"Bukan Juminten, lebih cocokkan Jamila sih," jawab Arkan mengudang gelak tawa Gito dan Rayen.

"Bully tross, sumpah gue nggak papa?!"

"Kuy, basket!" Brayen menepuk bahu Arkan dan mulai mengiring bila dengan lincah, ia sangat lihai dalam memainkan permainan bola basket.

"Main aja Lo sendiri!!" teriak Gito dengan wajah kesal melihat bola terus berada di tangan Brayen tanpa berpindah tangan kearahnya.

"Tau tuh," timpal Thoriq kesal, ia sudah susah payah merebut tapi Rayen terus saja bisa menguasai bola.

Rayen terkekeh lalu melempar bola tersebut kearah ring.

Tap!

Bola masuk dan ia sudah mendapatkan poin.

***

Sementara itu di kantor, Ghia melihat Brayen sedang berbicara dengan tante-tante menor. Tampak sang Tante memepetkan dirinya kearah Brayen, Ghia mengepal kedua tangannya.

'Kecentilan banget sama laki oranf!' batin Ghia kesal, ia menghentakkan kakinya.

"Ihh, gatel banget sih Tante," gumam Ghia semakin kesal kala Brayen tersenyum tipis membuat Ghia semakin mati kepanasan dibakar api cemburu, eaa cemburu.

'Huaa, Brayen pakek senyum lagi. Dasar otak m3sum, tebar pesona!" rutuk Ghia salam hatinya memaki Brayen.

#Bersambung...

Istri Mungil BrayenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang