Disiksa

77 5 0
                                    

#Istri_Mungil_Brayen
Part_36 [ 'Disiksa' ]

Ya, seorang perempuan yang sangat dikenal oleh Jonson telah berdiri dengan muka penuh sayatan serta mengalirnya d@r@h segar. Jonson tidak habis pikir, mengapa sangat tega. Untung saja Putri bisa selamat tapi hanya bayi mereka yang pergi.

"Tuan!" panggil perempuan itu dengan mata yang berbinar, Jonson acuh saja. Ia sedang menatap dengan tatapan yang seakan ingin membunuh pelaku hidup-hidup.

"Tuan, tolong lepaskan Saya!" ucap Lili, ya dia adalah Lili. Pembantu yang menyukai Jonson hingga nekat ingin menghabiskan nyawa Putri, Istrinya.

Jonson menghela napas berat, ya cinta membuat seorang buta dan cukup gila.

Cinta di tolak hal nekatpun terjadi.

"Atas dasar apa Saya melepaskan Kau?" Suara dingin Jonson terdengar sekali sedang menahan kesal yang mendalam.

"Karena aku mencintai, Tuan." Lili menjawab dengan cepat, benar-benar perempuan g!la. Ya, walau Putri pernah ingin menghancurkan hidup Ghia tapi belum sempat malah dia yang telah mendapatkan karma.

Lain halnya dengan Lili ia telah tega menghilangkan nyawa seorang bayi yang belum sempat melihat dunia, untung saja Putri tidak ikut pergi. Tidak tau sehancur apa seorang Jonson jika Putri pergi.

Plak!

Jonson menampar pipi Lili, sungguh ia sangat marah dan kesal melihat wajah Lili yang menatapnya penuh cinta.

"Kau akan m@t!." Jonson membisikkan satu kalimat yang sangat sering ia katakan kalah dirinya membunuh orang, kali ini ia menyampaikan pada orang selanjutnya.

Deg!

Tubuh Lili gemetar kala melihat senyum smirk Jonson, sungguh ia tidak menyesal mencintai walaupun ia m@ti. Tapi, ia m@ti oleh orang yang dirinya cintai.

Tidak apa, yang penting dirinya m@ti saat masih mempunyai rasa pada seorang pria yang dulunya sangat baik dan penyayang.

Flash back on«

Saat itu seorang gadis berjalan setelah di usir oleh keluarganya karena kabur dari pernikahan yang telah dipersiapkan dari awal.

Ya, terlihat miris sekali, hanya membawa satu tas serta sendal jepit ia berjalan tanpa lelah, di perjalanan ia dihadang oleh sekelompok preman.

"Hai, cantik!" Mencolek dagu Lili sehingga membuatnya ketakutan.

"Temanin lah, Abang!" Temannya pun ikutan ingin mencolek dagu Lili.

Ingin rasanya saat itu Lili menangis, tetapi ada seorang pria yang membantunya. Ya, dia adalah Jonson.

Pria yang menjadi cinta pertama Lili, tapi cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan. Sudah lelah Lili berusaha, tapi kala melihat Jonson mencintai seseorang, sungguh itu membuat hati Lili sakit.

Flash back end»

Tes!

Satu air mata Lili menetes kala Jonson mencekik lehernya.

Apakah ini akhir dari hidup seorang Lili?

Tidak mungkin!

Jonson melepasnya.

Uhuk!

Uhuk!

Lili terbatuk dengan tangis yang masih terdengar memilukan.

"Siksa dia sampai kalian puas!" ucap Jonson kemudian keluar dari ruang bawah tanah, sebelum mengunci pintu ia mendengar teriakkan Lili.

"Kau memang pantas mendapatkannya!"

"Nikmatilah sedikit masa hidupmu."

***

Sedangkan itu di rumah Ghia dan Brayen, kini Brayen sedang kedatangan tamu. Ya, seorang perempuan.

Tidak tau asalnya darimana, tiba-tiba ia datang dengan memeluk erat tubuh Brayen.

"Aku kangen!"

Ghia yang mendengar suara pikmi perempuan tersebut terasa ingin muntah.

CK, ada saja perempuan gatal zaman n sekarang.

"Eh, Lo siapa sih?" tanya Ghia ketus sambil berkacak pinggang.

"Enak aja main peluk suami orang, mau punya suami? Nikah sana Lo!" timpal Ghia semakin kesal karena Brayen tidak mengelak sama sekali.

"Ghia!" panggil seorang wanita tua, ternyata itu adalah Nenek Brayen.

Nenek Brayen memang tidak menyukai Ghia, tidak tau kenapa ia selalu memandang buruk.

"Gadis cantik yang sangat sempurna ini adalah teman masa kecilnya Brayen, Laura Argesta. Dia baru pulang dari luar negeri karena menyelesaikan S2, sebenarnya mereka yang akan Nenek jodohkan."

Deg!

Brayen dengan cepat melepas pelukan Laura, ia menatap tak suka kepada Neneknya.

"Terus?" tanya Ghia sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ya, dibandingkan kamu jelas lebih baik Laura," ketus Nenek dengan menarik Laura ke pelukannya, ia mengusap lembut kepala Laura.

CK, apa-apaan.

Sudah seperti novel saja, seorang Nenek mendatangkan seorang pelakor untuk merusak rumah tangga cucunya. Mereka kira, seorang Ghia takut? Tentu saja tidak.

Siapa mereka, siapa Ghia? Ghia tidak selemah itu.

"Ooo, yaudah sih. Toh, sekarang aku yang jadi istrinya Brayen bukannya sih onoh yang katanya calon Brayen, ee, mantan maksudnya." Terdengar mengejek, Ghia tersenyum tipis. Hal itu membuat sang Nenek menatap marah, sudah tua juga. Masih saja mengurus hidup orang, dasar nenek-nenek.

#Bersambung...

Istri Mungil BrayenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang