Setelah banyak kejadian yang Neve dan Vanya lalui, termasuk telah jelasnya juga hubungan mereka. Kini waktu bergulir begitu cepat kedepan, terasa singkat namun berdampak.Hubungan special yang mereka jalani, telah memasuki bulan ke-8, tanpa membicarakannya pada orang lain. Hanya mereka yang tahu, hanya mereka yang terlibat, dan tentunya hanya mereka juga yang merasakan nya.
Hari ini Neve menjalani harinya seperti biasa, bangun dari tidur, bersiap pergi ke kantor. Oh! Ada yang berbeda setelah ia sampai pada loby kantor, banyak yang menyapanya seperti 'Pagi Bu' atau 'Semoga harimu menyenangkan' dan jenis sapaan lainnya.
Penyebabnya adalah dirinya sudah naik jabatan. Kinerja Neve pada kasus terakhirnya berhasil membuat petinggi kantor pusat berdecak kagum terhadapnya. Saking kagumnya, bahkan semula Neve dipromosikan untuk menggantikan posisi Pak Wily, tapi tentu langsung ditolak mentah mentah dan dengan tegas Neve malah mempromosikan Pak Artur untuk menempati posisi itu.
Akhir dari perselisihan argumen tersebut menghasilkan Neve yang sekarang menjabat sebagai Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus untuk salah satu cabang kantor kejaksaan bagian Jakarta. Sedangkan Pak Artur yang bersedia menggantikan posisi yang semula diisi oleh Pak Wily. Lalu untuk Tamara, dirinya juga berhasil menaikan posisi jabatannya yang semula hanya asisten jaksa, kini berganti menjadi Jaksa umum.
Ceklek!
Neve membuka pintu ruangannya, ia menuju meja kerjanya yang berada di tengah ruangan. Melepas jas, menaruh tasnya di meja lalu duduk.
Sedikitnya membereskan barang bawaannya, setelah itu tentu menyalakan komputer untuk memulai pekerjaannya untuk hari ini.
Tok tok tok!
Kedua bola mata Neve melirik ke arah sumber suara, lalu berucap "Masuk"
Celek!
"Ini laporan kasus yang kemaren" ucap Tamara lirih, kedua tangannya kesulitan menaruh tumpukan laporan itu pada meja kerja Neve, setelah berhasil diletakan, dirinya menjatuhkan tubuhnya pada sofa yang berada tidak jauh di depan meja kerja Neve
"Pintunya ditutup dulu" sahut Neve menatap daun pintu yang masih terbuka
Tamara yang sudah merebahkan dirinya dan menutup matanya pun berdecak sebal mendengar ucapan dari Neve itu, ia mengangkat dirinya malas dan terpaksa bangun hanya untuk menutup pintu saja.
Brak!
"Ck! Lo ga bisa apa ganti pintu yang bisa buka tutup otomatis?!" ucap sinis Tamara menatap Neve yang sudah kembali fokus menatap layar komputer di depannya
Neve masih sama seperti 8 bulan yang lalu, dia hanya diam tanpa merespon perkataan dari Tamara. Masih cuek dan acuh dengan sekitarnya.
"Jangan kasih gue kasus dulu! Gue mau istirahat sebentar!" kembali merebahkan tubuhnya pada sofa, Tamara berteriak memohon pada Neve yang sekarang sudah menjadi Kepala dari divisinya
"Iya. Lo harus revisi laporan dulu, baru bisa hendle kasus baru" datar Neve, tanpa menoleh pada Tamara
Matanya yang semula memejam kini membelak, Tamara mengangkat sedikit kepalanya, melihat wajah dari orang yang entah mengapa semakin menjadi menyebalkan semenjak naik jabatan.
"Neve! sumpah demi apapun lo tambah nyebelin!" bahunya ia tegakan, Tamara duduk menghadap kearah rekan nya
Tetap sama, tidak ada jawaban atau respon apapun dari Neve, membuat Tamara menghela nafasnya sebal "Udahlah, gue pamit ke ruangan gue aja. Ga ada gunanya juga disini!"
Tamara berdiri lalu berjalan kearah pintu dan keluar dari ruangan kerja Neve. Neve yang melihat itupun hanya menghela nafasnya sebentar. Lalu dirinya harus berbuat apa? Toh pekerjaan sebagai jaksa ya begini adanya? Tamara hanya sedang lelah saja pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Intrik Romansa (Season 2)
FanfictionHadirnya lagi Neve dan Vanya. Diiringi dengan konflik percintaan mereka yang ternyata mendapat penolakan di masing masing pihak keluarga. Dan juga, keinginan pihak ketiga yang mulai beraksi dan ingin merebut salah satu dari mereka. Tentunya bersama...