Cahaya merengsek masuk dari balik gorden di pagi hari ini, mereka sudah berusaha sebisa mungkin untuk bangun pagi. Tapi apa daya karena kegiatan panas yang mereka lakukan, baru saja selesai di pukul 07.00 pagi hari.
Kamar yang biasanya ketika pukul 09.18 itu akan diterangi oleh sinar matahari, khusus hari ini tidak dibiarkan begitu saja. Gorden tebal berukuran besar yang sudah pasti mahal itu, senantiasa menghalangi cahaya untuk masuk, seakan mengerti bahwa dua insan yang sedang terlelap tidur disana tidak untuk dibangunkan.
Sampai salah satu dari mereka akhirnya membuka kelopak mata, ia diam sejenak sedang mengingat apa saja yang terjadi semalam. Lalu semburat merah tiba tiba muncul di kedua pipi nya, menyadari bahwa ia tidak sedang bermimpi.
Vanya lalu menoleh kebelakang, memperhatikan wajah Neve yang sedang bertengger di bahunya. Kekasihnya itu masih terlelap, dengan kedua tangan yang memeluknya dari belakang sehingga sudah dipastikan tubuh polos mereka pun sangat menempel sepenuhnya.
Perempuan yang lebih muda itu mengeratkan pelukan dari sang kakak, salah satu tangannya bergerak mengelus punggung tangan Neve yang berada di perut nya dengan perlahan karena dirinya tak mau membuat orang yang sedang memeluknya dengan erat itu terbangun karena gerakannnya.
Vanya kembali memejamkan matanya, bukan untuk tidur. Dirinya berencana menunggu Neve sampai bangun. Tapi fikirannya tidak bisa diajak kompromi, tak ayal ia malah membayangkan gerakan demi gerakan yang mereka berdua lakukan semalam.
‘Ugh! Jadi pengen lagi kan!’ ucap Vanya dalam hatinya
Kedua pipinya memerah lagi, jangan salahkan Vanya karena baru bangun ia sudah memikirkan hal yang kotor. Itu karena kakaknya yang sekarang sudah menjadi kekasihnya itu. Semalam Neve benar benar terlihat berantakan, jauh dari image nya yang selama ini selalu rapih.
Vanya masih ingat bagaimana sorot mata Neve semalam. Terlihat lapar, nafsu ingin menerkam, membuatnya terlihat tambah sexy dimata Vanya.
“Hnnggh”
Vanya membuka kelopak matanya, perempuan dibelakangnya itu baru saja bergumam, entah Neve sadar atau tidak, suara yang ia keluarkan membuat rona merah di pipi Vanya semakin menjadi.
‘Baru suaranya aja seksi banget...’ fikir Vanya
Karena terdengar serak dan mungkin karena posisi mereka membuat kepala Neve berdempetan dengan kepala Vanya, hal itu tentu saja membuat suara yang Neve keluarkan dapat terdengar langsung dan jelas di telinga Vanya.
Perlahan kelopak mata Neve terbuka, sedikit menyipit untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Ia langsung sadar akan posisi mereka yang masih sangat intim, Neve pun menyeringai.
Dibawah selimut yang tebal ini, Neve dapat merasakan dengan jelas seluruh tubuh Vanya yang masih telanjang itu benar benar menempel dengannya. Diangkatlah salah satu kaki Neve, ia arahkan kakinya itu kedepan, agar mengapit kedua kaki Vanya.
Diiringi dengan kegiatan bibir Neve yang mulai mengecup intents pada bagian belakang leher Vanya, “Morning princess~” ucap Neve di sela sela kecupannya
“Sshh~” bukannya menjawab sapaan dari sang kekasih, Vanya tak mampu berkata, tubuhnya kembali meremang disebabkan oleh perilaku yang Neve berikan
Area kewanitaannya masih sakit, tapi jika Neve mengajaknya untuk melanjutkan ke ronde berikutnya. Vanya tak bisa menolaknya, karena fikiran kotornya tadi, membuat hasratnya kembali naik.
Grep!
Dengan cepat Vanya membalikan tubuhnya menghadap pada Neve. Neve yang sedang asik mengecup itu dibuat kaget karena pergerakan Vanya secara tiba tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Intrik Romansa (Season 2)
FanfictionHadirnya lagi Neve dan Vanya. Diiringi dengan konflik percintaan mereka yang ternyata mendapat penolakan di masing masing pihak keluarga. Dan juga, keinginan pihak ketiga yang mulai beraksi dan ingin merebut salah satu dari mereka. Tentunya bersama...