12 : Hujan

159 21 0
                                    

Klining!

Langkah kakinya yang tenang tidak selaras dengan detak jantungnya kali ini. Neve berhasil sampai di toko bunga milik sang ibu. Sudah lama dirasa ia tidak mampir ke tempat yang satu ini.

Tap!

Terhenti tepat diambang pintu menuju dapur, Neve memandangi punggung sang ibu lalu menghela nafasnya berat. Ia harus memberanikan diri lagi untuk membahas masalah hubungannya itu, tidak mau melarikan diri dan menunda waktu, Neve dengan tangan gemetar nya itu pun memanggil ibunya.

“Ibu..” ujar Neve gugup

Kegiatan sang ibu yang sedang menuangkan air itu terhenti, matanya melirik malas kearah anaknya “Baru kesini kamu?” ujarnya sinis

‘Tuh kan! baru nyampe langsung disewotin’  gerutu Neve di dalam hatinya

“Maaf bu, ini baru ada waktu” jawab sang anak

Bu Sarah menghela nafasnya, “Ya udah. Ga papa” jawab Bu Sarah dengan berat hati

Selanjutnya mereka hening, terdiam. Neve bingung harus mulai darimana, sedangkan Bu Sarah hanya diam karena kebiasaan Neve setelah menyapa adalah membantunya mengurus toko, tidak ada yang lain. Jadi, ia mengira setelah menyapa tadi ananya itu akan pergi untuk mulai membantu.

“Bu. Bisa bicara sebentar?” sahut Neve perlahan

Bu Sarah melirik lagi ke arah Neve, “Ngomong apa? Kaya ga biasanya aja kamu?”

Jawaban dari sang ibu membuat Neve menyerit, ia baru menyadari nada bicara sang ibu sejak tadi tidak ramah untuknya. Seperti jengkel padanya?

“Tentang aku dan Vanya”

Deg!

Benar saja duga Neve. sontak saja kegiatan sang ibu langsung terhenti, lalu Bu Sarah melepas celemek yang sedang ia kenakan dan berujar “Ayo. Ikut ibu kebelakang”

Mereka menduduki diri di salah satu bangku kayu itu, lalu tanpa menunggu sang anak berbicara, Bu Sarah langsung berujar “Jauhin Vanya”

Neve menatapnya tak percaya, oh ayolah, dirinya saja belum sempat menjelaskan “Tapi bu—“

“Itu salah sayang. Kalian berdua sama, dan ga mungkin bersatu” ucap Bu Sarah dengan tegas, walau Bu Sarah sedang jengkel dengan anaknya, itu tidak semata mata membuatnya main bentak saja. Ia juga masih mempunyai perasaan sayang pada Neve

“Bu. Izinin Neve jelasin dulu—“

Bu Sarah langsung menggelengkan kepalanya tidak setuju “Sayang, anak ibu. Tolong kalo kamu itu berbakti, nurut apa yang ibu bicarakan. Kalian sama sama perempuan sayang, jadi ga mungkin—“

“Neve sayang nya sama Vanya bu. Cintanya sama Vanya” sela Neve dengan sekali bicara. Nafasnya terlihat menggebu

“Neve! ibu sedang bicara loh, kamu jangan menyela!”

Deg!

Ibunya membentak dirinya?! Neve menjatuhkan rahangnya karena terkejut, sudah lama ia tidak mendengar nada tinggi dari sang ibu. Terakhir kali ia mendengarnya itu dikala kedua orang tuanya bertengkar hebat dulu, bertahun tahun yang lalu.

Dan sekarang, hari ini. Neve mendengarnya lagi, penyebabnya adalah karena dirinya.

“Orang tua mana yang dengan suka hati menyetujui anaknya memiliki hubungan sesama jenis Neve?! katakan! Apalagi kamu itu perempuan sayang, ibu ga bisa bayangkan kamu- kamu- kamu bahkan berciuman dengan perempuan itu!...”

“Kenapa kamu lakukan itu? kenapa? Ga seharusnya begini Neve!” teriak Bu Sarah

Bu Sarah ternyata tidak bisa menahan emosinya. Berhari hari di setiap malamnya Bu Sarah selalu resah dan menangis karena fakta bahwa anaknya memiliki hubungan yang terlarang. Dan puncaknya adalah saat ini.

𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Intrik Romansa (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang