“Aku akan ngasih tau motif yang aku punya dan dengan cara apa aku melakukannya. Jadi, kakak mau denger cerita dari aku gak?” ujar Jordan sembari tersenyum manisNeve terkejut, menatap Jordan dengan tatapan yang tidak percaya “Jordan. Kamu lagi main main sama kakak? Kamu berakting?” ujar Neve dengan nada yang serius dan datar
Jordan tertawa “Hahaha. Engga kak sumpah..” kedua tangannya terangkat dengan pose piece, seakan berjanji pada Neve bahwa dia tidak sedang main main dengan Neve
“Yaaa, walaupun main sama kakak itu seru dan menyenangkan— tapi kali ini beda. Aku ketemu sama kakak, orang yang beda dari lainnya. Aku serius buat jelasin mekanisme pembunuhan dan motif yang aku punya. Serius 100 % kak” Jordan menatap Neve dengan serius juga
Neve diam untuk sesaat, lalu matanya menatap kearah Jordan dengan sungguh sungguh “Ya. Ceritakan” ucap Neve yang akhirnya menyetujui
Jordan mengangguk kecil, lalu anak itu duduk dengan tegap “Kakak tolong denegerin. Jordan ga mau ngulang”
“Hm” jawab Neve, posisi badannya juga ikut tegak
“Perkenalan dulu. Aku Jordan Abimana, anak dari seorang pustakawan. Setiap hari aku selalu diajak ayah untuk ikut ke perpustakaan karena ayah ga mau ngerepotin ibu yang lagi beres beres di rumah. Sampai akhirnya kurang lebih 4 tahun yang lalu, aku dan ayah yang baru aja pulang dari perpustakaan itu kaget karena ada ribut ribut di jalan pulang, dan saat kami menghindar dari sana ayah terkena tembakan yang salah sasaran dari salah satu polisi....
Jelas aku dan ibu sedih, ibu jadi berubah, dia udah jarang ngomong. Beberapa bulan setelahnya, ibu gantung diri karena masih syok dan frustasi akibat ayah yang meninggal secara tiba tiba...” Jordan menghela nafasnya, lalu salah satu tangannya mengepal dan memukul meja introgasi secara perlahan
“Aku ga terima! Kenapa harus aku?! Kenapa bukan yang lain?! Aku ga terima sama takdir yang tuhan kasih ke aku! Setelah mereka pergi! Aku jadi ga bisa ngerasain kebahagiaan lagi!” helaan nafas dari mulut Jordan semakin menggebu
“Bayangan ayah dan ibu selalu ada. Udah lewat betahun tahun tapi, aku masih aja inget sama mereka. Sampai suatu ketika, aku ngeliat ada keluarga yang lengkap dan mereka ketawa kenceng banget. Aku iri! Kenapa mereka bisa bahagia tapi aku engga!” sentak Jordan diakhir kalimat
Dihadapan Jordan, Neve mulai memahami alurnya, ia tidak berusaha untuk menyela cerita dari Jordan. Neve tidak mau merusak suasana itu.
Tangan Jordan itu masih terkepal “Terus hari selanjutnya aku ngeliat lagi, mereka ditempat yang sama. Lagi lagi mereka bisa ketawa. Aku ga suka itu!”
Ekspresi Jordan lalu berubah lebih lembut “Pas malem, aku tiba tiba keinget buku yang pernah aku baca saat aku lagi bosen nunggu ayah kerja. Disana aku tau kalo ternyata obat tetes mata bisa bahaya juga. Paginya, karena aku penasaran. Aku coba beli obat itu sekalian beli suntikannya juga...”
Neve tercekat, pantas saja Jordan ini pinter, wawasannya sudah luas.
“Aku bingung gimana caranya minuman yang udah aku kasih racun ini bisa sampe ke mereka. Tapi aku inget lagi, aku kan jualan makanan. Jadi aku pake cara itu. Ternyata gampang banget bujuk mereka supaya beli minuman aku. Hehehe” diakhir kalimat Jordan tertawa bangga, ia tunjukan tawanya itu pada Neve
“Tapi tapi kak— besok nya aku ngeliat mereka lagi! Kok mereka masih hidup! Aku kesel! Terus aku buat lagi minumannya, aku tetesin obatnya juga lebih banyak lagi! Dan 2 hari setelahnya....coba kakak tebak 2 hari setelahnya mereka kenapa?” tanya Jordan pada Neve
“Hhhh. Meninggal?” jawab Neve dengan ragu
Jordan mengangguk dengan cepat “Betul!! 100 buat kakak! Gampang banget kan kak?! Ngeliat mereka udah ga ada, dan ngeliat tetangga mereka pada nangis itu buat aku seneng tau kak!”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Intrik Romansa (Season 2)
FanfictionHadirnya lagi Neve dan Vanya. Diiringi dengan konflik percintaan mereka yang ternyata mendapat penolakan di masing masing pihak keluarga. Dan juga, keinginan pihak ketiga yang mulai beraksi dan ingin merebut salah satu dari mereka. Tentunya bersama...