13 : Masih Hujan

163 21 0
                                    

Keesokan harinya, Neve jalani dengan mood yang buruk. Diawali dari berangkat kerja tanpa semangat, sampai di kantor pun hanya duduk melamun, kadang mulai pekerjaannya tetapi malah berantakan.

Luka di tangan kanannya pun masih Neve biarkan begitu saja, semalam setelah sampai di apart-nya, Neve hanya membasuh tangannya lalu mengelapnya saja, tidak ia berikan obat apapun untuk lukanya sampai sekarang ini.

Sampai kegiatan melamunnya itu terganggu oleh ketukan pintu di ruang kerjanya.

Tok tok!

“Masuk” jawab Neve

“Permisi Bu, dibawah ada orang yang mau ketemu sama ibu, katanya urgent” Salah satu satpam yang menjaga di gedung itu angkat bicara

“Siapa?”

Pak Satpam itu hany menggeleng, “Saya juga ga dikasih tau namanya bu...” ucapnya dengan lirih, takut takut salah

“Ya udah minta tolong suruh naik aja Pak, langsung ketemu saya” begitu perintah dari Neve

“Baik bu, segera”







































Tok tok tok!

“Masuk”

Neve mengerutkan keningnya kala melihat siapa yang menemui dirinya di sore hari ini. Ia tak mengenal laki laki tua yang satu ini.

Laki laki tua itu membungkukan badannya memberi hormat pada Neve, lalu berkata “Maaf mengganggu. Saya utusan dari Tuan Bani, ingin menyampaikan permohonan”

Bani? Ayahnya? Untuk apa? Dan ada apa?

“Permohonan apa?” jawab Neve

“Jika sempat, anda diminta untuk menemuinya. Ada yang ingin Tuan sampaikan pada anda” jelas laki laki tua itu

Neve mengamati penampilan lelaki itu dari atas sampai bawah. Tidak ada yang perlu dicurigakan, semuanya normal pada umumnya.

“Oke, sampaikan padanya bahwa saya akan menemui nya setelah ini” jawab Neve menyanggupi

Toh kalau difikir fikir, mending ketemu ayahnya itu daripada bekerja tapi ga ada hasil karena kehilangan fokus kan?

“Tunggu! Kalau boleh tau siapa nama anda?” tanya Neve pada lelaki itu

“Maaf dengan sangat, saya tidak bisa memberitahunya. Demi keselamatan saya mohon mengerti” jawabnya dengan badan menunduk

“Hhhhh oke oke. Anda bisa pergi” terima Neve dengan pasrah

Bodo amat siapa namanya lah! Otak gue udah puyeng’ ujar Neve dalam hati

Neve lantas berdiri, membawa barang yang ia perlukan lalu pergi meninggalkan kantornya untuk menemui ayahnya di penjara.





































“Silahkan masuk” ujar salah satu petugas

Neve menganggukan kepalanya pelan lalu lanjut berjalan memasuki ruang kunjungan yang telah disiapkan.

Disana sudah ada ayahnya yang menunggu kehadiranya. Neve sempat terkejut karena perubahan sang ayah yang bisa dibilang drastis. Badannya tak lagi segar, terdapat kantong mata dan rambutnya tidak klimis seperti biasanya.

“Ekhm. Ada apa ya memanggil saya?” tanya Neve langsung pada intinya

Di sebrang meja sana, terlihat Pak Bani yang mencondongkan badannya kedepan, kedua matanya itu ia picingkan untuk melihat sesuatu yang aneh di salah satu tangan anaknya.

𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Intrik Romansa (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang