Pada malam harinya, mereka berunding untuk bagian jaga malam dan siang. Telah ditentukan dengan Tamara dan Bu Lia yang menetap untuk menjaga mereka malam ini. Dan untuk keesokan harinya baru lah Riko dan Bu Sarah bagiannya. Sedangkan Heru, laki laki itu disuruh Tamara untuk pulang, sebelum itu Tamara mengucapkan terimakasih karena kesediaan Heru untuk membantunya.
Dan Chandra, orang ini sudah sepakat dengan Riko, bahwa dirinya akan di awasi oleh Riko selama Neve masih belum sadar. Chandra juga menyetujui perihal Riko yang memaksanya untuk tinggal seatap, berjaga jaga agar Chandra tidak kabur.
Keesokan paginya, sudah terlihat Bu Sarah yang duduk di depan ruang ICU, lalu tidak lama setelahnya terlihatlah Riko dengan keadaan yang lebih segar dari hari kemarin.
“Permisi bu. Ini saya ingin menyampaikan kalau kedua pasien sudah bisa dijenguk” sapa suster pada Bu Sarah, hal itu membuat Bu Sarah sangat semangat
“OH! Kalau begitu saya boleh langsung?” ucap Bu Sarah
Sang suster pun mengangguk dengan senyuman “Mari bu ikut saya” ajak suster tersebut, karena untuk memasuki ruang ICU harus mengenakan pakaian khusus
“Tunggu sus! Apa boleh saya membawa satu barang?” tanya Bu Sarah
“Boleh saya tau apa itu barangnya bu?” Bu Sarah pun mengeluarkan barang itu dari tas nya, lalu setelah melihatnya suster pun mengizinkannya untuk membawa benda itu masuk
“Terimakasih sus” ucap Bu Sarah pada suster
Tak jauh dari sana, terdapat Riko yang mulai jalan mendekat. Dari jauh Riko sudah menebak keadaannya, Neve dan Vanya sudah boleh dijenguk, yang artinya keadaan mereka sudah lebih stabil dari sebelumnya. Dan itu membuat Riko tersenyum senang.
Ceklek~
“Silahkan masuk bu, nanti kalau sudah selesai. Ibu bisa kasih tau saya ya..” ucap suster itu dengan ramah
“Iya sus” jawab Bu Sarah
Bu Sarah pun berjalan masuk mendekati tempat tidur Vanya. Terdapat beberapa alat yang terpasang di sekitar tempat tidur itu.
Tit tit tit tit...
Didalam ruang ICU ini begitu sepi dan tenang, hanya suara monitor rumah sakit lah yang terdengar nyaring. Lalu Bu Sarah menempatkan dirinya berdiri di samping Vanya.
Tangan wanita tua itu terangkat dengan sendirinya, mengusap rambut kepala Vanya dengan lembut, diiringi dengan senyum nya yang sendu.
“Vanya. M-maafin ibu y-ya?” dari perkataan itu memancing rasa bersalah dari Bu Sarah yang merubahnya menjadi genangan air mata
Tangan Bu Sarah masih mengusap kepala Vanya, dengan tempo yang teratur, menyalurkan seluruh rasa bersalahnya disana. Memberitahu Vanya bahwa dirinya ingin meminta maaf dengan tulus.
“Saya merasa malu, seharusnya saya yang lebih tua berperan untuk menunjukan hal yang baik. Tetapi, saya malah memperlakukan kamu dengan buruk...
Maafkan saya yang selalu melihat kamu dengan sinis, selalu mengabaikan keberadaan kamu akhir akhir ini, dan maafkan saya yang—“ Bu Sarah menunduk, ia tidak bisa melanjutkan bicaranya, karena tangisan itu perlahan naik dari hati menuju ke matanya
Bu Sarah berusaha mengatur nafasnya yang tersengal, mengusap wajahnya juga yang sudah basah karena air matanya. Lalu setelah tenang, tangan Bu Sarah merogoh isi tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana.
“Ini sarung tangan yang kamu rajut sendiri untuk ibu kan Vanya? Ibu mendapatkannya dari laki laki yang bernama Riko, dia bilang menemukan sarung tangan ini di sekitar jembatan itu...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Intrik Romansa (Season 2)
FanfictionHadirnya lagi Neve dan Vanya. Diiringi dengan konflik percintaan mereka yang ternyata mendapat penolakan di masing masing pihak keluarga. Dan juga, keinginan pihak ketiga yang mulai beraksi dan ingin merebut salah satu dari mereka. Tentunya bersama...