Keesokan harinya, matahari sudah muncul sejak lama, sekarang dirinya nampak mulai naik keatas.Pukul 11.00
“Mmmh” gumam dari salah satu mereka, perempuan ini mengerjapkan matanya berulang kali, dan bergumam tidak suka karena tidurnya yang lelap harus terpaksa bangun karena sinar matahari yang sangat terik itu masuk menembus kaca jendela kamarnya
Si pemilik kamar tidur, Neve. itu tergugah kembali karena setelah dirinya berhasil membuka kelopak matanya dengan sempurna. Cahaya yang terik itu langsung masuk menusuk kedua bola matanya. Maka Neve dengan cepat menutup kembali kedua matanya itu karena belum terbiasa dengan cahaya yang sangat terang.
Diiringi dengan berpindahnya posisi tangan kanan Neve, yang semula bertengger memeluk pinggul Vanya, kini terangkat untuk menghalangi cahaya matahari itu agar tidak lagi terkena wajahnya.
Gerakan tangan Neve itu cepat, membuat perempuan yang satunya lagi terusik. Vanya kini gantian dirinya yang mulai membuka kelopak matanya.
“Hmm..” gumam Vanya
Neve terkejut dengan suara gumaman dari kekasihnya itu, lantas dirinya merasa bersalah atas hal itu. menebusnya dengan kembali merengkuh tubuh polos Vanya agar lebih menempel dengan tubuhnya. Kembali memeluk kekasihnya itu seakan akan pelukan dari Neve dapat menjadi penghantar tidur untuk Vanya.
“Maaf, gara gara aku kamu jadi bangun..” ujar Neve dengan suara yang berbisik dan parau
Vanya tersenyum singkat, telinganya terasa tergelitik karena hembusan nafas dari Neve, lalu Vanya pun menggeleng “Engga papaaa...” ucapnya
Kepala Neve sudah kembali bertengger masuk di leher Vanya, tidak peduli lagi dengan kondisi sinar matahari yang dengan lancangnya masih menyinari wajah Neve.
“Cup cup cup...” karena Neve bosan, bibirnya yang paling dekat dengan lengan atas Vanya itu pun mulai bergerak mengecup, tak ia lupakan bagian leher dan punggung dari sang kekasih juga ikut basah karena kecupannya
Vanya kembali terkekeh karenanya. Kepala perempuan itu pun menoleh sedikit ke belakang, berniat mengecek apa yang sedang Neve lakukan pada tubuhnya.
“Tubuh ini cuma punya aku” ucap Neve di sela sela kecupannya
“Hahaha aduh geli kakkk..” Vanya menanggapinya dengan berucap demikian, karena tangan Neve yang berada di perutnya itu mulai bergerak untuk mengusap nya lagi
Lantas, karena Neve diam tidak menanggapi Vanya. Vanya pun memutuskan untuk membalikan badannya menghadap pada sang kekasih kini.
Kedua tangan Vanya juga dengan cepat langsung menghentikan gerak dari tangan Neve yang menurutnya nakal itu.
“Udah kak udah- geli tauuu...” ucap Vanya dengan mulut yang maju karena sebal
Mereka pun pecah tawanya, terbahak bahak karena ulah Neve. suasana sepi di apartement yang sedari pagi itu kini seketika lenyap karena menggemanya suara tawa dari dua insan yang sedang dimabuk cinta. Saling memeluk dan tertawa dengan jarak yang sangat dekat itu, senang dirasa; dimasing masing hati mereka berbunga.
Lalu dilanjut dengan Vanya yang mengusulkan untuk dirinya agar bisa mandi terlebih dahulu, kemudian setelah Vanya selesai, bisa langsung di lanjut dengan Neve.
Drrtt drttt drrrttt~
Berasal dari meja samping tempat tidur, Vanya yang sedang mengeringkan rambutnya itu melirik benda yang bergetar itu. langkah kakinya pun diturutkan mendekat kearahnya, ditatapnya dengan memicing, dan setelah berhasil membaca tulisan itu dengan sempurna, Vanya pun berteriak “KAK AL- INI ADA TELFON DARI TAMARAA!!” teriak nya
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Intrik Romansa (Season 2)
FanfictionHadirnya lagi Neve dan Vanya. Diiringi dengan konflik percintaan mereka yang ternyata mendapat penolakan di masing masing pihak keluarga. Dan juga, keinginan pihak ketiga yang mulai beraksi dan ingin merebut salah satu dari mereka. Tentunya bersama...