08 : Rahasia yang bukan lagi rahasia

258 25 0
                                    

Drrtt drttt!

Getaran ponsel yang berasal dari atas meja nakas itu berhasil membagunkan salah satu dari mereka yang sedang nyamannya memeluk satu sama lain.

Perempuan yang lebih tua itu mengerjapkan matanya, lalu Neve dengan perlahan menjauhkan diri dari Vanya. Kemudian salah satu tangannya meraba kasar di permukaan meja kecil yang terletak di samping kasur.

Mencoba mencari sumber getaran, sayangnya Neve masih tak dapat menemukan benda pipih itu. terpaksalah ia membuka kedua matanya untuk membantu menemukan ponselnya.

Tamara is calling...

“Ck” gumam Neve









































Klining!

Suara bel berbunyi kala salah satu tuasnya ditarik oleh seseorang menggunakan perantara pintu. Perempuan itu melihat suasana cafe itu sekilas, lalu setelah menemukan seseorang yang ia maksud, kakinya kembali melangkah masuk.

“Apa?” tatapan tajam Neve berikan pada sosok yang duduk di depannya

Ia merasa kesal, teramat menjengkelkan untuknya menerima ajakan pertemuan yang mendadak. Saking mendadaknya, setelah menerima telfon dari rekannya, ia tidak sempat membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Neve langsung bangun dari kasur, dan membuka lemari besar milik Vanya tanpa izin, mencari pakaian untuk ia kenakan. Pakaian yang bisa menutupi area lehernya dan area yang lainnya; area yang terdapat banyak tanda dari Vanya di sana.

Kemudian dirinya pergi kearah wastafel hanya untuk sekedar membasuh wajahnya tanpa melirik cermin sedikitpun

Tamara terkekeh, “Hehehe. Santai dong, galak amat bos” begitu ucapnya

Neve sama sekali tidak berniat untuk membalas candaan itu, ia menatap wajah Tamara dengan pandangan yang dingin “To The Point” sahut Neve dengan intonasi yang datar.

Ternyata rekan kerjanya itu, mengajaknya berbincang sebentar karena kasus terakhir yang diberikan padanya tak kunjung menemui titik terang.

“Sama sekali ga ada kemajuan” ucap Tamara setelah bibirnya berhasil menyeruput kopi yang sudah ia pesan sebelumnya

Neve yang awalnya melirik Tamara dengan tatapan menjengkelkan kini tatapannya itu sedikit melunak, “Hmmm” ia bergumam sembari otaknya mengingat ingat kasus apa yang sedang Tamara selidiki

“Gue sama Heru udah rundingin ini berkali kali pun, tetep buntu” seru Tamara, kali ini suaranya sedikit memelan, entah karena harapan terhadap kasus ini juga perlahan hilang

“Oh! Kasus pembunuhan berantai ya?” jawab Neve, ia sudah mengingat kasus yang mana

Tamara pun mengangguk membenarkannya, lalu ia berucap lagi “Lagian ini salah lo juga sih!” sindir Tamara pada Neve

Alis Neve terangkat, “Kenapa jadi gue?” ucapnya

“Udah jelas jelas kasus ini dilempar dari instansi sebelumnya. Berarti ini kasus yang susah...”

“Ya maka—“

“Lo yang kampret emang!” sergap Tamara, ia melempar sapu tangan kecilnya kearah wajah Neve

Jika saja Neve tidak menyerahkan kasus ini padanya, mungkin Tamara saat ini sedang duduk di kantor, hanya dipusingkan oleh laporan saja. Bukannya malah kasus tanpa ujung seperti ini.

“Huh!” untuk kesekian kalinya, Tamara menghembuskan nafasnya kasar

Neve menggelengkan kepala tak habis fikir. ‘Memang seberapa susah sih kasus nya’ fikir Neve

𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Intrik Romansa (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang