Setelah kemarin sempat membuat Neve khawatir, hari ini Vanya bangun telebih dahulu. Dirinya merasa tidak enak karena sudah merengek pada Neve untuk menginap, menemaninya selama semalaman.Maka untuk menebus rasa tidak enaknya itu, Vanya berinisiatif memasak sarapan untuk mereka pagi ini. Dengan memakai apron dan mengikat rambutnya ke atas, Vanya siap untuk beradu dengan alat masak dan bumbu bumbu lainnya. Ya, walau ia hanya memasak nasi goreng dan menyiapkan 2 roti isi.
"Hey! Awas itu depan mu tembok kak!" ucap Vanya berteriak
Duk!
"Awww! Sshhh!" Neve juga ikut menjerit, bedanya salah satu tangannya reflek terangkat keatas untuk mengusap dahinya yang terbentur dinding lumayan keras
Vanya yang sedang asik memasak pun terkejut dengan hal itu, lantas dirinya berjalan menghampiri Neve lalu salah satu tangannya juga ikut terangkat mengusap dahi sang kakak.
"Makanya kalo baru bangun tidur tuh dikumpulin dulu nyawanya, baru jalan keluar. Jangan main bangun aja" lirih Vanya dengan kerut khawatir pada dahinya
Neve yang dinasihati pun hanya menganggukan kepalanya tanda paham, tidak mau membantah karena sepertinya Vanya sedang dalam mood bagus hari ini, Neve takut jika ia melakukannya maka ia akan merusak mood sang kekasih.
"Kan jadi kejedot gini....sakit ga?" tatapan Vanya beralih pada mata Neve, ia mendapatkan respon anggukan kecil dan bibir yang mengerucut dari orang didepannya
Dilanjut lagi perihal usap mengusap dahi, senyuman kecil yang tak bisa ditahan oleh Vanya karena reaksi Neve membuat Neve juga ikut tertawa "Kenapa kamu smirk? Aku lucu kah?" ucap Neve menjahili sang kekasih
Raut wajah Vanya langsung berubah, ia memutar kedua bola matanya berpura pura tak tertarik dengan gurauan yang dilontarkan oleh Neve "Apaan deh" balasnya
Setelah menjawab, Vanya berbalik berjalan menuju dapur lagi, ingin melanjutkan aktivitasnya yang masih tertunda. Disusul oleh Neve dibelakangnya.
"Hmmm, baunya enak" ucap Neve, berdiri di depan meja counter sambil menghirup wangi dari bumbu yang menguar ke seluruh area dapur dari apartement Vanya
"Giliran makanan aja kamu melek!" sentak Vanya dari arah samping Neve yang masih memasukan beberapa bawang kedalam penggorengan
"Hehehe, aku melek gara gara kejedot tau" elak Neve dengan senyuman tidak bersalahnya
"Kamu tunggu aja di- eh?!" penyebab dari perkataan Vanya yang tak tuntas itu adalah Neve yang tiba tiba beralih kebelakangnya.
Kedua tangan Neve menyelinap masuk kedalam apron, menarik pinggang Vanya agar menempel pada tubuhnya. Lalu kepalanya Neve jatuhkan kearah samping kanan pada pundak Vanya, memeluknya dari arah belakang.
"Kebiasaan ish!" tangan kiri Vanya yang sedang tidak memegang spatula itu memukul pelan punggung tangan dari Neve yang bertengger diperutnya
"Aduh! Kok dipukul sih?" ujar Neve menanggapi pukulan Vanya pada tangannya
Kemudian Neve bergerak menghirup bau wangi pada dalam leher Vanya. Cengkraman pada gagang spatula nya menguat, Vanya merasakan bulu kuduknya berdiri, matanya itu otomatis ikut terpejam.
"Kak Al~" ujar Vanya bergidik merinding, terpaksa kegiatan memasaknya juga harus terjeda
"Hm?" jawab Neve, tidak merasa bersalah sedikit pun
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Intrik Romansa (Season 2)
FanfictionHadirnya lagi Neve dan Vanya. Diiringi dengan konflik percintaan mereka yang ternyata mendapat penolakan di masing masing pihak keluarga. Dan juga, keinginan pihak ketiga yang mulai beraksi dan ingin merebut salah satu dari mereka. Tentunya bersama...