“Oke. Jelaskan semua yang telah kalian dapat selama menyelidiki kasus ini pada saya. Kasus akan diselidiki ulang” ujar Neve yang sudah duduk di salah satu sofaMereka pun menganguk, lalu yang pertama berbicara adalah Tamara “Gue udah ceritaan sebagian kasus ke lo waktu di rumah sakit. Si pelaku ini bener bener main rapih, dari 5 TKP yang kita selidiki sama sekali ga ada petunjuk, sedikit pun” tangan Tamara memberikan berkas dokumen pada Neve
“Itu daftar 18 orang korban dari kasus ini, beserta biodata lengkapnya” lanjut Tamara berbicara
Neve pun mulai membuka lembar demi lembar dokumen itu, disana terdapat informasi lengkap dari semua korban. Dari foto masing masing korban, sampai informasi detail lainnya seperti dimana para korban bersekolah sebelumnya.
“Dibagian paling belakang, sudah saya tambahkan foto kelima rumah yang korban tempati” Riko ikut membuka suaranya
“Lo bisa liat sendiri, mereka ga ada hubungannya sama sekali. Jadi kita juga bingung menentukan tipe korban seperti apa yang diincar oleh pelaku” ujar Tamara
Neve melihat dan menganaisis dokumen tersebut secara singkat, perkataan dari Tamara benar adanya.
“Biodata yang dimiliki para korban semuanya normal, anggota keluarga dari masing masing korban juga jumlahnya berbeda, bahkan rumah yang dimiliki dari para korban juga berbeda. Tidak ada persamaan khusus dari banyaknya data tersebut” ucap Heru menambahkan
Neve kembali membolak balikan lebaran kertas itu, disana tertulis korban pertama berjumlah 3 anggota keluarga, yang kedua juga berjumlah sama, yang ketiga juga sama, tapi untuk korban yang keempat jumlah anggota nya bukan 3, melainkan 5. Dan korban yang terakhir, yang kelima, berjumlah 4 anggota keluarga.
“Random ya si pelaku ini?” tanya Neve yang akhirnya membuka suaranya
Tamara dan Heru sama sama mengangguk setuju, “Tapi Neve, dari kelima anggota keluarga itu, mereka sama sama tinggal di kecamatan yang sama” ucap Tamara
“Hm, itu juga masih normal menurut gue. Mungkin si pelaku ini males keluar kota hanya untuk mencari korban. Jadi....Oh! kemungkinan besar, untuk saat ini pelakunya masih tinggal di kecamatan yang sama” uajr Neve
“Oh?! Iya juga ya..” sentak Tamara, begitu juga dengan Heru
“Disekitar kantor kejaksaan ini dong?” Neve bergumam, melihat lokasi dari masing masing korban sebelumnya, memiliki alamat kecamatan yang sama juga dengan kantor kejaksaan
“Banyak dong Neve? masa kita curiga kesemua warga yang ada di kecamatan ini?” ujar Tamara
“Masih aja terlalu kompleks menurut saya, kalo kita cari tau mereka satu persatu akan memakan waktu yang lama” giliran Heru yang bersuara
Ceklek!
“Neve! tolongin gue Neve! huaaaa!” ketika mereka sedang berdiskusi, tiba tiba Tian mendobrak pintu ruang kerja Neve dan masuk begitu saja, langsung berjongkok untuk memohon pada Neve
Tamara dan Heru terkaget, berbanding terbalik dengan Neve yang terheran “Lo masih disini?” ucap Neve
Tian mengangguk keras “Iya iyaaa! Gimana gue bisa pulang! Orang gue dipaksa sama tiga laki laki yang pake jas biru itu buat temuin mereka sama lo Neve! tolongin gue, gue mau pulaaaang! Huaaaa!” rengekan Tian yang tidak jelas itu masih bisa didengar oleh mereka bertiga
“Hah?! Mereka juga masih disini?!” Neve sedikit menaikan suaranya karena terkejut, sedangkan Tamara dan Heru sudah tidak bisa menahan tawanya lagi karena rengekan dari Tian
“Ya udah lah, biarin aja” sahut Neve yang kembali datar
Tian menggeleng keras “Jangan dong! Kalo gitu gue gimana pulangnya?! Neve ayolahhh” lagi, laki laki ini memohon
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Intrik Romansa (Season 2)
FanfictionHadirnya lagi Neve dan Vanya. Diiringi dengan konflik percintaan mereka yang ternyata mendapat penolakan di masing masing pihak keluarga. Dan juga, keinginan pihak ketiga yang mulai beraksi dan ingin merebut salah satu dari mereka. Tentunya bersama...