Chapter 2

13.1K 821 21
                                    

Rosie menata beberapa dokumen yang berada di mejanya. Berharap tidak ada yang tertinggal dan membuatnya mendapatkan masalah di sini.

Tidak. Tidak boleh ada kesalahan satupun dalam pekerjaannya kali ini

Ya semoga Tuhan berbaik hati.

Hampir selama sebulan ini Rosie telah diterima kerja di salah satu perusahaan kosmetik di London. Perusahaan bergengsi yang akhirnya mau menerimanya sebagai karyawati.

Walaupun harus melewati 3 kali tahap interview. Akhirnya Rosie di terima di perusahaan ini.

Bukan posisi yang berarti tetapi benar-benar disyukurinya. Gaji yang ditawarkan sudah cukup untuk menyokong kehidupan dirinya kedepannya.

Setidaknya Rosie tidak pernah menjajakan tubuhnya lagi

Ya hanya sekali dan tidak akan lagi ia melakukannya.

Uang yang diberikan pria itu sudah lebih dari cukup untuk menutupi setengah utang orang tuanya. Lebih dari cukup untuk kehidupannya selama sebulan ini.

Mungkin itu adalah keputusan paling gila yang diambilnya. Namun keputusan itu juga yang menyelamatkan hidupnya.

Ya setidaknya begitu.

Suara dering ponsel terdengar kembali dan membuat Rosie yang tengah menumpuk dokumen langsung membuka ponselnya.

Nama Velen terlihat di sana dan Rosie langsung mengangkatnya.

"Kau perlu bantuan ? Aku perlu naik menjemputmu ?" Suara teman kantornya itu terdengar dan Rosie menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu. Aku akan ke sana sekarang" ucap Rosie dan helaan napas Velen terdengar.

"Baiklah, hati-hati dan cepatlah ya"

Panggilan terputus dan Rosie langsung mengangkat dokumen miliknya dan membawanya keluar ruangan.

Dua kali Rosie menyapa pada senior yang ditemuinya. Sampai akhirnya ia berdiri di depan lift dan menunggu gilirannya untuk naik.

Perusahaan ini memiliki sistem kerja yang cepat dan selama sebulan ini Rosie berusaha menyesuaikannya.

Jika tidak mungkin Rosie akan di depak dari sini dalam waktu singkat. Ia nyaman di sini dan Rosie akan berusaha tetap dipertahankan di sini.

Ya setidaknya begitu.

Rosie masuk ke dalam lift yang terbuka dan berharap jika benda kotak ini akan mengantarkannya dengan cepat ke lantai yang di tuju.

Ruangan rapat saat ini pasti berisi manusia berlalu lalang yang menyiapkan bahan presentasinya.

Kali ini Rosie hanya diberikan tugas mengantarkan dokumen dan menyiapkan beberapa hal. Mungkin kedepannya ia akan ditunjuk untuk memberikan presentasi hasil kerja bulanan divisi miliknya.

Ia harus banyak belajar di sini.

Suara denting lift membuat Rosie mendongakkan kepalanya dan melihat jika ia akhirnya sampai di lantai yang dia tuju.

Rosie langsung melangkah keluar tanpa melihat seseorang yang berjalan masuk ke lift.

Mereka berdua langsung bertabrakan dan membuat beberapa dokumen yang di bawa Rosie terjatuh ke lantai.

Dengan cepat Rosie langsung memungutnya dan mendongakkan kepalanya. Menemukan pria tinggi dengan wajah tampannya.

Belum sempat Rosie memberikan reaksi ataupun mengucapkan kata maaf. Ponselnya berdering kembali dan membuatnya memilih menyalakan ponselnya dan berbalik pergi.

Meninggalkan siapapun yang baru saja di tabraknya.

Tanpa berpikir jika hidupnya akan berubah sejak saat itu.

Married The Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang