Chapter 4

10.6K 645 12
                                    

Rosie mengumpat keras ketika ujung kakinya tak sengaja membentur kabinet dapur. Rasa sakit diujung kakinya membuat Rosie menunduk dan menatapnya.

Sialan! Kenapa hidupnya sangat sial!

Kesialan apa lagi yang harus hadir di hidupnya agar Rosie bisa hidup bahagia nantinya.

Rosie mengusap matanya perlahan dan menghela napas sambil memijit keningnya. Selama seharian ini Rosie duduk membuka laptopnya dan berharap bisa mendapatkan pekerjaan baru secepatnya.

Kemarin Rosie mengirimkan surat pengunduran dirinya ke kantor tempatnya kerja dan memilih mematikan ponselnya selama seharian.

Hari ini ketika membuka ponselnya banyak pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Salah satunya dari Velen tetapi Rosie memilih tidak menjawabnya dan hanya membuka pesan dari atasannya.

Ia sendiri tidak tau harus menjawab pertanyaan Velen seperti apa. Pikirannya kacau dan Rosie sendiri tidak yakin bisa bekerja sebagai bawahan pria yang pernah tidur dengannya.

Demi tuhan! Pria itu memintanya untuk tidur lagi dengannya.

Brengsek!

Tentu saja ia tak mau! Cukup sekali ia menjual diri hanya karena uang tidak lagi! Dari gaji yang didapatkan kemarin Rosie masih mampu bertahan selama sebulan lagi.

Sebelum semua uangnya habis Rosie harus mendapatkan pekerjaan baru.

Ya pasti dapat!

Rosie menarik napas dan mengambil gelas miliknya. Mungkin meminum segelas air putih bisa menjernihkan pikirannya.

Namun belum sempat tangannya membuka kulkas. Suara bel di depan rumahnya terdengar dan membuat Rosie mengernyitkan kening.

Siapa ?

Ia tidak ingat membuat janji dengan Gared ataupun orang lain.

Rosie menaruh gelas miliknya dan berjalan menuju pintu. Menghela napas pelan karena menyayangkan jika pintu rumahnya tidak ada lubang kecil.

Setidaknya ia tidak perlu membahayakan diri membuka pintu untuk orang yang mencurigakan.

Rosie membuka pintunya kecil dan menatap sosok pria yang berdiri di depannya. Pria dengan setelan jas mewah yang membuat siapapun yang melihatnya akan terpukau.

Kecuali Rosie tentunya. What the hell! Kenapa pria itu harus ke sini.

"Hai, Rosie"

Belum sempat Rosie bereaksi dengan hal itu dan menutup pintu rumahnya. Tangan kekar itu lebih dulu mendorong pintu rumahnya dan membuat Rosie mundur dari sana.

"What the... Apa yang kau lakukan disini ?"

Tak peduli sopan santun.

Bahkan pria itu tidak hanya berani menariknya masuk ke ruangan kemarin. Tetapi kali ini pria itu berani meringsek masuk ke dalam rumahnya.

Demi tuhan rumahnya!

Bahkan Mr. Leviero menutup pintu rumahnya seolah pria itu sang pemilik rumah.

"Menemuimu" ucap pria itu santai dengan menatap interior rumah Rosie dengan seksama.

Pria itu menilai rumahnya ?

"Aku tidak sedang menerima tamu"

Rosie bergerak maju dan hendak membuka pintu rumahnya. Namun nyatanya pria itu tidak membuatnya mudah bagi Rosie.

Dengan sebelah tangannya Mr. Leviero mampu menahan keinginan Rosie untuk membuka pintu dan mengusir pria itu.

"Let's talk" Rosie melebarkan matanya dan menggeleng.

Married The Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang