"Kau..." Suara Velen langsung terhenti ketika Rosie baru saja melangkahkan kaki memasuki ruangan divisinya.
Sahabatnya itu langsung melototkan matanya dan berdiri dari tempatnya. Semua orang yang ada di ruangan ini seketika berdiri dan memberikan hormat pada sosok pria yang ada di belakangnya.
Rosie merasa sedikit ngeri melihat wajah shock semua teman satu divisinya. Namun Rosie juga tidak tau harus melakukan apa kecuali mengikuti apa yang diinginkan pria di belakangnya ini.
Ah... Mungkin Rosie bisa membiasakan diri untuk menyebut pria itu sebagai tunangannya.
Mata Rosie melirik sebuah cincin dadakan yang langsung tersematkan di jari tangannya beberapa saat lalu.
"Karena kau menyetujui ide sebagai tunanganku. Kau harus memiliki cincin" ucap Archie yang membuat Rosie mengerjapkan matanya.
Cincin ? Memang siapa yang memikirkan cincin di kala seperti ini.
"Cincin ?" Cicit Rosie dan Archie terlihat berpikir sejenak sebelum mengangguk.
Tangan pria itu terulur untuk menekan tombol di interkom dan langsung terhubung dengan sekertaris baru pria itu.
"Benie, belikan cincin polos yang cocok untuk tunangan dan kuharap benda itu sampai dalam setengah jam paling lama. Tunda semua meeting hari ini"
Rosie melongo mendengar titah Archie yang bahkan Rosie yakin sulit untuk di tolak. Pria itu langsung menutup panggilannya dan membuat Rosie hanya mampu bungkam menatapnya.
Dan benar saja.
Belum sampai setengah jam pria yang bernama Benie itu masuk dengan membawa sepasang cincin yang terbungkus di kotak yang juga menawan.
Pria itu mengambil kotak tersebut dan membawanya ke hadapan Rosie. Memberikan kode pada sekertarisnya untuk segera keluar meninggalkan mereka berdua.
Rosie layaknya orang bego yang hanya duduk dia menatap Archie yang berdiri menjulang di depannya.
Archie membuka kotaknya dan menatap sepasang cincin itu sejenak. Sebelum menarik tangan Rosie ke dalam genggaman tangannya.
Debar jantung Rosie tanpa diperintah langsung berdebar dengan kencang dan membuat kepalanya terasa pening.
Kegugupannya membuat Rosie menarik tangannya saat Archie hendak menyematkan cincin dengan ukiran simpel itu ke jari tangannya.
Archie langsung menatapnya dengan kernyitan di keningnya.
"Haruskah ? Maksudku kita mungkin hanya perlu mengatakan pada semua orang. Tanpa perlu cincin" ucap Rosie gugup dan Archie terasa menggenggam tangannya semakin mantap.
Senyuman tipis terlihat di wajah pria itu. Menghilangkan kernyitan stress yang beberapa waktu lalu dilihatnya dari pria itu
"Jika berbohong kita harus melakukannya sepenuh hati, Rosie. Begitupun saat ini" Archie menyematkan cincin tersebut di tangannya dengan berkata pelan.
"Kau akan bahagia denganku, Rosie. Bahkan aku bisa menjaminnya"
Sebuah rangkulan di pinggangnya membuat Rosie menegang dan kepalanya menoleh pada pria di sampingnya.
Archie yang menyadari hal itu ikut menatapnya dan menampilkan senyuman tipisnya. Tidak berlebihan tetapi semua orang tau jika senyuman itu beribu efek untuk semua orang yang melihatnya.
"Selamat siang semuanya" sapa Archie yang menatap semua orang yang berada di ruangan divisinya saat ini.
Rosie bahkan melihat beberapa orang terlihat mengintip di pintu ruang divisinya untuk menatap tersangka menghebohkan yang baru saja muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married The Perfect Husband
Romance"Tidurlah denganku lagi" "Brengsek!" Rosie menarik tangannya dengan sekuat tenaga dengan umpatan yang sejak tadi di tajamnya Rosie keluar dari ruangan itu dan mengabaikan langkahnya yang hampir tersandung. Namun gerakkan terus kalah cepat ketika pri...