Chapter 11

8.2K 623 14
                                    

"Rosie..." Panggil Archie untuk kedua kalinya.

Namun Rosie berlagak tuli dan memilih meninggalkan pria itu. Ia tidak peduli jika semua orang yang ada di parkiran tengah menatap mereka.

Satu hal yang pasti Rosie ingin pergi dari sini dan segera pulang menuju rumahnya. Namun Rosie tau jika hidupnya tidak pernah tenang setelah kehadiran Archie di dalam hidupnya.

Cekalan tangan pria itu menahannya dan membuat Rosie dipaksa membalikkan badannya.

Rosie menatap Archie dengan tatapan permusuhan dan pria itu menatapnya dengan wajah marahnya.

Padahal di sini seharusnya Rosie lah yang merasa marah. Bukan pria di depannya ini.

"Kita perlu bicara" ungkap Archie dan Rosie tertawa remeh.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Mr. Leviero. Saya hanya ingin pulang sekarang. Biarkan saya keluar dari perusahaan dan saya tidak akan menuntut ganti rugi apapun"

"Apa yang akan kau tuntut ?" Sergah Archie langsung dan Rosie menatap pria itu tajam.

"Anda melecehkan saya. Mungkin sebelumnya kita sama-sama mau. Tapi apa yang Anda lakukan tadi adalah pelecehan" tekan Rosie dengan menunjuk dada Archie.

Rosie tidak peduli jika pria didepannya ini akan marah ataupun tersinggung. Namun nyatanya tidak sesuai dugaannya.

Archie tersenyum kecil yang membuat Rosie merasakan debar jantungnya berdetak lebih cepat.

Jelas terlihat itu bukanlah sebuah senyuman biasa. Namun Rosie bisa mengetahui jika senyuman itu bukanlah pertanda yang baik.

Selama mengenal Archie. Rosie sama sekali tidak pernah melihat ekspresi itu. Nyatanya ia tak pernah mengenal Archie sedalam itu.

"Pelecehan ? Tidak pantas dikatakan pelecehan jika korbannya menikmati, Rosie"

Rosie memundurkan tubuhnya dan menatap pria di depannya dengan tatapan terkejut.

Menikmati ? Sialan! Apa-apaan maksud pria itu.

"Kita sama tau kau juga menikmatinya dan kau tidak bisa membohongi hal itu, Rosie"

Archie melangkah ke depan dan Rosie memilih memundurkan tubuhnya. Jelas terlihat jika Archie hanya ingin menggertaknya saja.

Namun Rosie tidak bisa membohongi dirinya jika ia merasa ketakutan. Mungkin selama ini Rosie hanya melihat sosok Archie yang merupakan kekasih yang hangat.

Namun tidak malam ini. Jelas terlihat jika Archie tidak sehangat sebelumnya.

"Kau yang memilih bermain api, Rosie. Kau tau kita sama-sama terbakar saat ini. Bukankah lebih baik kita membiarkan kita sama-sama hangus ?"

Archie mengangkat tangannya dan mengusap lengan Rosie. Menimbulkan desiran yang membuat Rosie merasa takut sekaligus berdebar.

Rosie ingin bergerak mundur tetapi Archie menahannya.

Satu hal yang tak disukai dengan dirinya sendiri. Ia selalu kehilangan kontrol dirinya jika berhadapan dengan Archie.

Pria itu seolah memiliki remote kontrol akan dirinya.

Pria itu selalu memaksa tetapi selalu mendapat apa yang dia mau. Apapun itu.

"Aku tidak mau" ucap Rosie dan Archie tersenyum.

Tatapan pria itu terlihat menyusuri tubuhnya. Dari bawah hingga keatas dan Rosie selalu benci tatapan pria seperti itu.

Mereka seolah menelanjangi setiap perempuan dengan tatapan seperti itu. Begitupun cara Archie memandangnya saat ini.

Married The Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang