Rosie menolehkan kepalanya ke arah pintu ketika pintu terbuka dengan kencang. Di susul dengan kedatangan Archie yang langsung masuk dan mendekatinya.
Pria itu menariknya ke dalam pelukannya dan Archie menarik napas panjang. Dua orang bodyguardnya Archie ikut datang dan masuk.
"Oh tuhan! Aku benar-benar khawatir" bisik Archie pelan di puncak kepalanya dan Rosie hanya diam saja tanpa mengatakan apapun.
Archie menghubungi pihak perumahan untuk mendatangi rumah mereka berdua. Rosie menduga jika posisi pria itu cukup jauh dari rumah dan tidak memungkinkan Archie datang lebih cepat.
Pihak perumahan menemukan anak buah Archie dan juga para pelayan di bius. Mereka tidak sadarkan diri dan di tempatkan di lorong bagian belakang rumah.
Hal itulah yang menjadi penyebab tidak ada yang membantu Rosie saat Lisa mengancamnya. Pihak perumahan langsung membawanya ke rumah sakit dan menunggu ke datangan Archie.
Pintu terbuka kembali dan Dokter yang menanganinya tadi terlihat masuk dan Archie mengecup keningnya sekilas.
Sebelum pria itu melepaskan ciumannya dan berjabat tangan dengan dokter yang menanganinya tadi.
"Bagaimana keadaan istri saya dok ? Apakah ada luka yang mengkhawatirkan ?" Tanya Archie langsung dengan wajah tegangnya dan dokter tersebut tersenyum.
Sejak tadi mata Rosie sama sekali tidak teralihkan dari suaminya itu. Tidak melepaskan Archie dari pandangan matanya.
"Semuanya baik-baik saja, Mr. Leviero. Luka di lengan istri Anda sudah mendapatkan jahitan dan sekarang baik-baik saja. Mungkin Mrs. Leviero hanya mengalami shock karena kejadian tadi. Namun semua hasil pemeriksaan baik-baik saja"
Archie terlihat mengalihkan pandangan matanya pada Rosie. Sedangkan Rosie hanya diam tanpa mengalihkan pandangan matanya ketika tatapan mereka saling terpaku.
Rosie mengalihkan pandangan matanya terlebih dahulu dan memilih menatap ke arah lain. Sedangkan Archie sibuk berbicara dengan dokter yang menanganinya.
Setelahnya dokter tersebut pamit undur diri dan kedua bodyguard Archie akan menunggu di depan ruangan. Berjaga di sana sampai suasana kondusif.
Menyisakan Archie dan Rosie berdua di dalam ruangan ini.
"Bagaimana keadaanmu ?" Archie mendekati Rosie yang sejak tadi hanya terdiam saja.
Rosie menghela napas pelan dan memilih menatap sosok suaminya tersebut. Pria itu jelas terlihat khawatir tetapi tidak berani mendekati Rosie saat ini.
Tatapan rasa bersalah terlihat jelas di kedua matanya dan Rosie tidak menyukai tatapan itu.
"Apakah karena Lisa kau membatalkan makan malam kita ?" Tanya Rosie langsung dan Archie terlihat terdiam.
"Sayang..."
"Kau takut Lisa kembali ?" Tanya Rosie lagi yang sepertinya memang tepat sasaran.
"Karena kau takut semua rahasiamu akan di bongkar ? Kau yang menyebarkan video itu bukan ?"
Archie terlihat berdiri dengan kaku di depannya dan Rosie paling benci melihat tatapan bersalah yang dilayangkan Archie padanya.
Rosie rasanya ingin sekali menangisi semuanya. Bukan karena apa yang dilakukan Archie padanya. Hanya rasa kecewa karena pria itu tidak pernah mau mengatakan sesungguhnya.
Pria itu tidak pernah mau jujur!
"Maaf..." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Archie dan kedua mata Rosie terasa memanas.
Di susul dengan tetesan air matanya yang kembali menuruni pipi. Hal yang paling dibencinya dengan kehamilan ini adalah ia semakin cengeng.
Semua hal bisa membuatnya menangis tersedu-sedu.
"Aku takut... Lisa... Dia mengancam bayiku. Aku takut tidak bisa bertemu denganmu lagi" bisik Rosie sebelum menutup kedua matanya dengan tangan.
Rosie semakin menangis ketika kedua tangan Archie merengkuhnya ke dalam pelukan hangat pria itu. Rosie bergetar takut dan Rosie bisa merasakan Archie juga bergetar.
"Oh tuhan! Aku juga ketakutan" bisik Archie dengan mengecup kening Rosie.
*-*-*
"Bagaimana keadaanmu ?" Tanya ibu mertuanya yang baru saja tiba.
Ayah mertuanya itu terlihat menghampiri Archie dan mengobrolkan sesuatu.
Rosie tersenyum hangat ketika melihat kepedulian ibu mertuanya itu. Bahkan Gwen yang berada di Italy tengah dalam perjalanan pulang ke London. Dengan alasan akan menguliahi kakaknya itu.
Saat menceritakan keadaan Rosie. Mau tidak mau Archie harus menjelaskan semuanya pada kedua orang tuanya. Gwen langsung mengamuk dan mengomel.
Sedangkan kedua mertuanya langsung datang kemari untuk melihatnya.
"Aku baik-baik saja, Mom. Hanya luka goresan dan sedikit shock" jelas Rosie dan Ayra terlihat menghela napas lega.
Sebelum tangan perempuan itu mengusap rambutnya dengan sayang.
"Kalian berdua akan tinggal di rumah Mom dan Dad sampai pelaku ditemukan. Tidak ada bantahan" Tekan Ayra yang membuat Archie tidak bisa mengatakan apapun.
"Di rumah kami kau akan aman, Rosie. Kau juga akan memiliki teman di sana" jelas Gideon yang membuat Ayra tersenyum.
"Terima kasih, Dad" Gideon menganggukkan kepalanya dan kembali mengobrol dengan Archie.
Sedangkan suaminya itu sejak tadi menatapnya dari jarak jauh. Mereka melepaskan pelukan karena kedatangan kedua orang tua Archie.
Belum ada pembicaraan lebih lanjut tentang mereka. Namun Rosie sama sekali tidak menyimpan dendam ataupun kesal pada pria itu.
Rosie tidak bisa menyalahkan Archie. Lagipula sudah terlanjur dan Rosie sendiri juga tidak masalah menikah dengan Archie.
Ia tidak menolak dengan sepenuh hati. Mereka akhirnya menikah karena kesepakatan bersama. Bukan hanya paksaan Archie saja.
Tidak ada gunanya mendebatkan hal lalu. Setidaknya itu yang dipikirkan Rosie saat ini.
"Kenapa kalian tidak ingin pindah permanen saja ke rumah Mom dan Dad ? Disana Mom akan lebih tenang" ungkap Ayra yang membuat Rosie menatap Archie.
"Mom, Archie dan Rosie nyaman tinggal terpisah. Lagipula Mom masih memiliki Gwen di rumah" terang Archie yang membuat Ayra mendengus.
"Menantu Mommy selalu tidak aman"
"Ya, Mom. Archie tau dan itu kesalahan Archie. Mom tidak perlu khawatir. Archie akan memperketat keamanan"
"Jika anak Mommy satu itu bertingkah. Bilang aja, Mom siap mencincangnya" Ancam Ayra pada Rosie yang mau tidak mau membuatnya tertawa.
"Mom aku loh yang anaknya Mom" sahut Archie yang makin mencairkan suasana dan pria itu terlihat lega melihat Rosie bisa tersenyum kembali.
"Tidak menerima anak durhaka" jawab Ayra yang membuat Archie memilih diam dan Gideon hanya mampu menggelengkan kepalanya.
*-*-*
KAMU SEDANG MEMBACA
Married The Perfect Husband
Romance"Tidurlah denganku lagi" "Brengsek!" Rosie menarik tangannya dengan sekuat tenaga dengan umpatan yang sejak tadi di tajamnya Rosie keluar dari ruangan itu dan mengabaikan langkahnya yang hampir tersandung. Namun gerakkan terus kalah cepat ketika pri...