Hai? selamat datang. Selamat kembali pada epilog yang sengaja dilanjutkan.
KEPADA READERS BARU, DIHARAP MEMBACA 'ALETHEA' TERLEBIH DAHULU, LALU MEMBACA 'SAGARA ASIA'
JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE ^-^
Cerita ini sengaja aku lanjutkan untuk mengenang kepergian seseorang yang sangat berharga. Seseorang yang pernah menjadikan kita sebagai sumber bahagianya. Kehilangan setelah kebersamaan itu pasti, bukan? Ya, itu rumus dunia dan pastinya kehendak sang pecipta. Yang datang pasti menghilang. Kita pertegas sekali lagi, pasti menghilang. Tentang dia yang telah pergi dan tak dapat kembali, cerita ini untukmu, semestaku.
Kepadamu pengisi hati, terima kasih telah datang dengan cerita yang tak akan pernah hilang. Selamat tinggal.
SELAMAT MEMBACA < 3
***
"Ikuti alur semesta ya? Aku pamit."
- Alethea Ratu Dareen
Sagara Asia, laki-laki itu baru saja menginjakkan kaki di kota baru, lingkungan baru, suasana baru, dan memulai kembali kisah baru. Ia merebahkan tubuhnya asal di atas kasur. Setelah perjalanan jauh yang cukup melelahkan.
Seperkian menit matanya terpejam, kini terbuka kembali. Laki-laki itu bangkit untuk segera menata kamarnya, membersihkan dirinya, dan mulai membuka koper bawaannya. Satu persatu sebuah benda keluar dari koper berwarna hitam itu.
Buku hitam
Benda itu mengalihkan Sagara, matanya terus fokus menatap warna buku itu. Rindu.
"Udah saatnya?" tanya laki-laki itu pada dirinya sendiri. "Bissmillah."
Halaman pertama ia buka.
Hai?
Siapapun yang membuka ini, jangan baper ya.
Ini cerita aku bersama dengan laki-laki kesayanganku.
Sagara. Iya, dia Zayden Sagara Asia.
Dia laki-laki yang mengajarkan gue banyak hal, tentang sebuah perjuangan atau bentuk mencintai paling dalam.
Gar, seandainya nanti lo buka buku ini, pilihannya cuma ada 2. Lo tersenyum atau menangis.
Lo gak pernah tau kapan buku ini gue isi, dengan tulisan hati. Tapi gue yakin, suatu saat lo pasti baca. Entah disaat kita masih bersama, atau sudah saling mengikhlaskan.
Gar, lo harus tau kalau gue sayang dan cinta banget sama lo.
Lo ingat gak? waktu awal kita saling benci. Bahkan first impression kita harus tonjok-tonjokan.
Gimana tonjokan pertama gue, Gar? HAHAHA.
Terima kasih untuk semuanya ya, Gar?
Gue gak tau kedepannya akan seperti apa, apakah semesta mengizinkan kita untuk selamanya atau tidak. Yang pasti, nikmati kebersamaan kita ya?
Jika suatu hari lo sama gue sudah jauh, lo harus ingat kalau dunia pernah tersenyum dengan kisah kita.
Dunia pernah mengizinkan kita untuk merangkai kisah indah walau hanya sementara.
Jangan lupain gue, ya?
Semoga kita lama.
Sagara menutup buku itu dengan cepat. Tangannya gemetar, sekujur tubuhnya berkeringat. Laki-laki itu terduduk paksa di samping kasur, dengan kaki yang tertekuk menjadikan sebagai tumpuan tangannya. Tidak, ia tidak menangis, tapi dadanya sangat sesak.
Perlahan, ia mulai memeluk dirinya sendiri. Memberikan kekuatan untuk diri sendiri. Tak lama, Sagara merasakan ada seseorang yang ikut memeluknya, hangat. "Gara?"
Mata yang semula terpejam, kini terbuka seketika. Ia menoleh, melihat siapa yang sedang memeluknya. Pelukan yang sangat ia kenal, bahkan sangat dirindukan. "Al?"
"Al, lo disini?!" kaget Sagara. "Lo gak ninggalin gue, Al?"
Alethea. Ya, seseorang yang memeluk Sagara adalah Alethea. Perempuan yang pernah meninggalkan Sagara cukup lama. Sudut bibir perempuan itu naik. "Gar, tetap kuat ya?"
Tangan Alethea meraih tangan kekar Sagara. Mengajaknya untuk berdiri dan mendekat pada jendela kamar. Terlihat keindahan kota dengan bangunan tinggi. "Kamu lihat, Gara. Dunia masih luas, jalanan masih lebar, dan waktu masih panjang. Kamu harus tetap menelusuri keindahan itu."
"Jangan berhenti, Gara. Jangan hentikan hidup kamu yang masih jadi harapan banyak orang."
Sagara menoleh, menatap perempuan disebelahnya. "Lalu kenapa kamu berhenti, Al?"
"Aku manusia yang gagal, manusia yang tidak bisa membuktikan bertahan sampai akhir. Tapi aku sadar, aku sudah berakhir," kata Alethea. "Dan aku gak mau kamu juga gagal, Gara."
"Sagara Asia, nama yang dibanggakan banyak orang. Jangan kecewakan mereka, ya? Aku telah gagal, kamu jangan."
Mata Sagara memanas. Alethea menjelaskan tentang kegagalan manusia, yang telah bercita-cita dan memberi harapan kepada dunia. Banyak angan dan impian yang dilangitkan, namun ia pergi meninggalkan tanpa mengingat itu satupun.
"Ikuti alur semesta ya? Aku pamit," kata Alethea. "Selamat berbahagia tanpa diriku, Gara."
Hilang.
Alethea seketika hilang dari sana. Ia tidak terlihat lagi, menghilang begitu saja. Sagara mengusap-usap matanya, berharap laki-laki itu dapat melihatnya lagi. "Al? Lo dimana, Al?!"
"TOLONG JANGAN TINGGALIN GUE, AL!!" histerisnya. "AL, TOLONG KEMBALI. GUE HANCUR BANGET, AL."
"AL?! ALETHEA?!! BALIK, AL!!"
Dafa yang mendengar teriakan itu, seketika berlari untuk menuju kamar Sagara. Laki-laki itu mendapati Sagara yang seperti kerasukan. Sagara yang histeris, tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri.
Dafa dengan cepat memeluk Sagara. "Tenang! Lo tenang dulu, Gar!"
Sagara menyadari kedatangan Dafa. "Daf, tadi Alethea disini, Daf. Dia tadi ngobrol sama gue, Daf. Terus dia hilang gitu aja, bantu gue cari Alethea, Daf."
"Lo tenang dulu, lo harus tenang. Lo harus sadar kalau dia udah gak ada, Gar!"
Deg!
Sagara kaku mendengar hal itu, matanya tidak berkedip. Tubuhnya juga tidak lagi bergerak. Dafa memeluknya lagi, "Jangan gini, Gar. Lo harus ikhlas."
Sagara menangis dalam pelukan Dafa. Sedangkan hati Dafa dibuat sakit teriris. Tidak pernah ia tahu tentang apa yang dirasakan oleh Sagara. Yang ia tahu, kehilangan itu menyakitkan.
Tuhan, tolong izinkan semesta untuk kembali membahagiakan Sagara, batin Dafa.
'𝓢𝓪𝓰𝓪𝓻𝓪 𝓐𝓼𝓲𝓪'
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA ASIA
Подростковая литература"Ikuti alur semesta ya? Aku pamit." - Alethea Ratu Dareen Kisah ini tentang sebuah kehidupan gang terus berjalan walaupun telah dibanting beribu kali. Jiwa, fisik, raga, hati melebur bersama. Banyak fase yang kita hadapi setelah menghadapi kehilan...