27. AGUSTUS DENGAN KENANGAN WAKTU ITU
Gelar wisuda sesi dua telah berlangsung. Laura berdiri disana, sendiri, tidak ada Elina di sebelahnya. Mungkin memang keduanya sedang tidak baik. Elina tidak mampu mengerti Laura dan Laura juga tidak mampu mengerti Elina.
Laura melangkah keluar dari gedung, tidak ada yang istimewa sekarang. Orang tua Laura menunggu di USA, tidak bisa pulang ke Indonesia untuk menemani atau hadir diacara wisudanya.
"Seperti biasa, gue dan sepi, emang selalu jadi satu," monolog Laura. "Selamat wisuda, Laura Alexandra."
Sakit sekali. Disaat moment paling berharga ini, tidak ada yang merayakannya. Bahkan laki-laki yang diharapkan akan hadir untuk Laura pun hingga saat ini tidak menampakkan diri. Sagara telah hilang, Laura telah kehilangannya.
"Lau," panggil seseorang dari belakang Laura.
Laura menoleh kebelakang, tatapannya bertemu pada perempuan yang cantik dengan pakaian toga yang sama dengan dirinya. "Hai, El."
Elina berlari kecil menghampiri Laura, memeluk perempuan itu erat. Tiba-tiba saja Elina menangis dalam pelukan itu. "Gue minta maaf, gue egois, Lau."
"Gak ada yang salah," kata Laura. "Gue paham kok, kenapa lo bersikap kayak gitu."
Pelukan terlepas, menyisakan Elina dengan tangisnya. "Lo serius mau berangkat ke USA?"
Laura mengangguk. "Iya, jam sebelas gue flight."
Elina melihat jam yang melingkar di tangannya. Jam 9 sekarang, tandanya, Laura akan pergi dua jam lagi. "Kenapa lo ninggalin gue? Kenapa lo harus pergi?"
"Alasan gue mungkin terdengar konyol buat lo," kata Laura. "Gak ada alasan lain selain Sagara, El. Gue gak sekuat itu untuk melihat Sagara kembali dengan Alethea. Gue harus pergi, gue harus sayang sama diri gue sendiri."
Mendengar alasan Laura membuat Elina semakin berkaca-kaca. Tangis perempuan itu tak lagi terbendung. "Membiarkan orang yang kita cinta untuk mencintai orang lain juga suatu bentuk mencintai paling ikhlas kan, Lau?"
"Iya," kata Laura. "Walaupun sering kali gue ngerasa, 'harusnya gue yang ada disana', El. Tapi gak apa-apa. Dari awal memang miliknya kok."
I know, bukan salah dia sepenuhnya. Aku saja yang terlalu berharap lebih. Tapi jujur, aku tidak akan berharap seperti ini jika ia tidak membuat ku luluh dan bersikap seolah menginginkan aku.
"Padahal waktu itu dia yang deketin lo, Lau. Dia yang nunjukin kalau memang dia mau sama lo. Dia benar-benar nunjukin kalau dia gak main-main sama lo," kata Elina. "Tapi kenapa sekarang jadi lo yang terluka?"
Hati Laura teriris. Setengah mati rasanya buat ngikhlasin semua hal yang menang diluar kendali.
"Jangan cepat menilai orang yang pergi itu brengsek ataupun jahat, El. Tapi memang semua yang datang pasti pergi, porsi kebersamaan sudah ada yang mengatur."
Mobil Laura mulai menampakkan diri, tanda perempuan itu harus segera berangkat. Sopir menurunkan kaca mobilnya, mengisyaratkan Laura segera masuk ke dalam mobil untuk melakukan pemberangkatan.
"Gue harus pergi, El," sedih Laura. "Jaga diri baik-baik disini, ya. Terima kasih udah jadi sahabat yang baik buat gue."
Elina memeluk Laura lagi. Pelukan terakhir sebelum sebentar lagi akan sangat dirindukan. "Jangan lupain gue."
"Gak akan, lo akan tetap gue kenang, dengan cara apapun," kata Laura. "Gue pamit, El."
Laura melangkah masuk ke dalam mobil, sebelum mobil itu melaju, Laura menurunkan kaca di sebelahnya. Melambaikan tangan pada Elina yang akan di tinggalkan. "See you, El!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA ASIA
Novela Juvenil"Ikuti alur semesta ya? Aku pamit." - Alethea Ratu Dareen Kisah ini tentang sebuah kehidupan gang terus berjalan walaupun telah dibanting beribu kali. Jiwa, fisik, raga, hati melebur bersama. Banyak fase yang kita hadapi setelah menghadapi kehilan...