13. PEREMPUAN INDAH

70 7 1
                                        

13. PEREMPUAN INDAH

Laura berlari menyusuri koridor kampus untuk sampai ke ruangan dimana rekan lomba nya berada disana. Sesekali perempuan itu melihat jam yang melingkar di tangannya. Pasca penyekapan kemarin, Laura sama sekali tidak turut andil dalam persiapan lomba hari ini. Lomba tingkat nasional yang diadakan di kampusnya sendiri.

Sagara Asia, laki-laki itu juga berlari di belakang Laura. Ia juga panik, takut bila posisi Laura digantikan, takut bila Laura tidak dapat hadir dalam lomba yang telah dipersiapkan dengan baik.

"Minggir lo semua! Kasih Laura jalan!" tegas Sagara selama menyusuri koridor. Laki-laki itu benar-benar berusaha agar Laura tidak terlambat sampai ke ruangannya.

Laura telah berdiri di depan ruangan yang memang ia tuju, sebelum benar-benar masuk, perempuan itu mengatur napasnya dan merapikan baju yang ia kenakan. Setelah merasa cukup, tangannya bergerak mengetuk pintu sebentar lalu menarik knop pintu ruangan itu. 

"Permisi, Prof," kata Laura terbata-bata. "Mohon maaf saya terlambat."

Dosen pembimbing bernama Prof. Abraham menggeleng pelan. "Apa-apaan kamu, Lau?" tanyanya. "Kamu sebenarnya serius atau gak dengan lomba ini?" Ekspresi marah terukir sempurna membuat Laura terdiam di tempat. "Dari kemarin gak ada kabar, gak ikut bimbingan, ditelfon juga gak diangkat. Maksud kamu apa?"

Sebelum Laura menjawab, pintu kembali terbuka, menampilkan Sagara disana. "Permisi, Prof. Boleh saya masuk?" tanyanya. Laura semakin terdiam, entah apa yang akan dilakukan laki-laki itu.

Dosen itu mempersilakan Sagara untuk masuk dan kini posisi laki-laki itu berada di sebelah Laura. "Ngapain masuk?" bisik Laura pelan. 

"Memastikan bahwa perempuan gue baik-baik aja," bisik Sagara menanggapi. Laura juga tidak membantah, karena saat ini posisi keduanya sedang berhadapan dengan dosen. "Saya izin menjelaskan alasan kenapa Laura tidak ada kabar dan tidak mengikuti bimbingan, Prof."

Dosen terdiam, beliau tidak mengeluarkan sepatah kata apa pun. Sagara mengambil HP di sakunya lalu melangkah mendekat ke dosen berpakaian serba hitam itu. "Mungkin setelah melihat ini, Profesor jadi lebih mengerti mengapa Laura melakukan itu semua," katanya sembari menyodorkan HP. 

Beberapa detik layar HP Sagara memutar video yang tadi Kenan kirimkan membuat dosen mengangguk pelan. "Oke, tidak masalah," kata dosen. "Sekarang kamu boleh keluar, saya harus mengarahkan mereka untuk lomba hari ini."

Sagara mengangguk. "Terima kasih, Prof. Saya pamit,"pamitnya. Laki-laki itu melangkah keluar dari ruangan. Laura pun mengikuti Sagara, membuat laki-laki itu penuh tanya.

"Kenapa, Ra?" tanya Sagara panik melihat perubahan ekspresi Laura. "Ada apa?"

"Gar, gue gak bawa almet," frustrasi Laura. "Gue lupa banget lagi."

Sagara membuka ranselnya, mengeluarkan jas almamater kampus miliknya. "Pakai punya gue, kegedean dikit mungkin," katanya. "Daripada lo harus pulang buat ambil almet lo."

Laura menerima jas almamater itu, ia memang tidak punya banyak waktu sekarang. "Thanks, Gar," katanya. Laura mulai mengenakan jas itu. "Udah rapi gak?"

Sudut bibir Sagara terangkat naik. Laura sangat lucu saat ini. Perempuan itu tenggelam dalam jas almamater yang ia kenakan. "Lo cantik, Ra."

"Bukan waktunya untuk gombal," kata Laura. "Gue masuk dulu ya, Gar? Lo tunggu di aula kampus aja. Nanti lomba nya disitu."

"Oke, Ra," kata Sagara. "Semangat ya? Jas gue nemenin lo sampai jadi juara."

"Aamiin," kata Laura. Perempuan itu kemudian menarik knop pintu ruangan dan meninggalkan Sagara disana.

SAGARA ASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang