28. SELAMAT ULANG TAHUN, SAGARA.
"Dimana Laura? Udah pulang, ya?"
"H-hah?" bingung Elina. "Lo gak tahu?"
Sagara mengerutkan keningnya. "Apa yang gue gak tahu?"
Jantung Elina mendadak berdegup kencang. Sorot mata Sagara mulai menyeramkan sekarang. Nampaknya, laki-laki itu memang belum tahu. Pantas saja, Laura diam-diam berangkat begitu saja.
"Dimana Laura?" tanya Aileen mulai menaikkan intonasi bicaranya. "Tinggal jawab aja susah banget lo."
"Laura ke USA," kata Elina. "Laura dapat beasiswa untuk lanjut S2 disana."
Sagara terdiam. Kini giliran jantungnya yang menjelaskan seberapa panik laki-laki itu. Tangannya bergetar tak karuan. Matanya kini berkaca-kaca. "Dia flight jam berapa?"
"Jam sebelas siang ini."
Sagara melihat jam yang melingkar di lehernya. Pukul 10 lebih 30 menit sekarang. "Bangsat!" pekik Sagara. Laki-laki itu kemudian berlari mendahului teman-temannya.
"LO MAU KEMANA, GAR?" teriak Aileen namun tak lagi dihiraukan. "Bangsat, Sagara kehilangan lagi anjing."
Teman-teman Sagara berlarian bersama. Tak peduli menabrak siapa saja orang yang menutupi jalan mereka. Begitu juga dengan Elina, perempuan itu turut andil sekarang. Ada yang perlu untuk diselesaikan, walaupun nampak mustahil.
"Joks belakang lo kosong kan?" tanya Elina. "Gue nebeng lo dong."
"Ngerepotin aja anjing," gerutu Aileen.
Tak peduli dengan umpatan Aileen, Elina tetap menaiki motornya. Berboncengan dengan Aileen disana. Elina tahu, bahwa Sagara dan teman-temannya adalah anak gemg motor, mereka kasar, namun sejauh ini tahu batasan.
Sagara melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak boleh kehilangan sekarang. Ia tidak boleh gagal lagi sekarang. Kalimat itu berulang kali berada di pikirannya. Laura harus bersamanya.
Hati Aileen berkecamuk hebat. Dibalik kecepatan motor yang ia kendalikan, ada jantung yang sudah tak karuan. Tuhan, biarkan Sagara untuk memenangkan hatinya sekarang.
"Lo pelan-pelan aja gak bisa?" tanya Elina. "Topi toga gue bisa terbang kalau gini."
"Lo diem atau gue turunin di pinggir jalan?" tanya Aileen tak mau kalah.
Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara.
Sagara memarkirkan motornya asal, diikuti oleh teman-temannya. Laki-laki itu lalu berlari begitu saja.
"Udah mustahil banget ini," kata Gaby. "Penerbangan luar negeri, satu jam sebelum flight udah check-in pasti."
Mata Nathan berkaca-kaca. "Sagara kehilangan lagi nih?"
Ah, perihal kehilangan nampaknya sudah sangat berpelukan erat dengan Sagara. Baru saja laki-laki itu akan merayakan cintanya, namun kenapa hal demikian yang menjadi takdirnya?
Kenan berlari menyusul Sagara, laki-laki itu juga menangis sekarang. Tuhan, jangan sekarang, tolong.
Berbagai ramalan doa mulai dilayangkan sekarang. Dibalik tangis mereka, di balik sakit sekarang, tidak ada yang bisa membantu selain takdir Tuhan. Mereka sangat tahu, bagaimana Sagara melewati sakitnya kemarin.
Langkah Sagara terhenti tepat di sebelah kaca yang memperlihatkan beberapa pesawat yang siap untuk terbang. Suara pesawat terbang menggema disana. Pandangan Sagara tertuju pada pesawat yang baru saja melakukan penerbangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA ASIA
Novela Juvenil"Ikuti alur semesta ya? Aku pamit." - Alethea Ratu Dareen Kisah ini tentang sebuah kehidupan gang terus berjalan walaupun telah dibanting beribu kali. Jiwa, fisik, raga, hati melebur bersama. Banyak fase yang kita hadapi setelah menghadapi kehilan...