18. PUNCAK BAYANGAN BAGI SAGARA

33 1 0
                                    

18. PUNCAK BAYANGAN BAGI SAGARA

"Aw," pekik Gaby saat kakinya mulai tergilir. Tubuh perempuan itu mulai tidak seimbang yang membuat terjatuh kebelakang. 

Nathan yang saat ini posisinya berada di belakang Gaby menangkap perempuan itu cepat. Gaby terjatuh tepat di rangkulan Nathan. Keduanya saling bertatapan seperkian detik, sebelum akhirnya Nathan melepas rangkulannya. "Lo gak apa-apa?" 

Gaby memijat kakinya kasar. Perempuan itu masih meringis kesakitan. Kakinya sulit digerakkan. Nathan berjongkok tepat di hadapannya. "Ngapain?" tanya Gaby. 

"Lo kecapean ini," kata Nathan. Tangan laki-laki itu memijat pelan kaki Gaby. "Gue gendong aja, ya?"

"Gak usah!" sanggah Gaby cepat. "Gue bisa sendiri."

Aileen menatap sahabat laki-lakinya dengan pandangan aneh. Nampaknya, Nathan mengeluarkan sisi perhatiannya pada Gaby. Tapi pikiran itu hanya terlintas sebentar saja pada Aileen. Ia tahu bahwa Nathan memang care kepada semua perempuan. Entah siapa yang akan membuatnya jatuh cinta nanti. 

"Saran gue jangan dipaksa," sahut Laura. "Daripada kaki lo makin parah." 

"Puncak bayangan udah deket, kan? Bisa kok gue," kata Gaby tetap pada pendiriannya. "Udah, lanjut aja." 

Nathan berdecak. "Mungkin lo bisa sampai di puncak bayangan, tapi apa bisa lo pastiin, lo bisa lanjut naik lagi ke puncak sejati dan turun ke basecamp bawah?" tanyanya. Tidak ada jawaban. "Jangan nyusahin, kasihan yang lain." Nathan memposisikan tubuhnya senyaman mungkin. "Naik, Gab." 

Tidak ada pilihan, Gaby akhirnya menaiki punggung Nathan. Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan yang kurang lebih berkisar 10 meter lagi. Nathan mendekatkan mukanya pada muka Gaby. "Jangan baper," katanya. "Jangan jatuh cinta juga."

"Gak tertarik," ketus Gaby. 

Nathan menarik sudut bibirnya tipis. Laki-laki itu merasa puas saat ini. Entah apa yang dirasakan, tapi didalam lubuk hati terdalamnya ada rasa cemas terhadap kondisi Gaby. Nathan juga melihat sendiri bagaimana kondisi kaki Gaby tadi, memang jauh dari kata baik. 

Sepuluh menit berlalu, jam menunjukkan pukul 4 sore. Mereka bersamaan menarik sudut bibirnya puas. Mereka berhasil sampai di sini. Tempat yang diimpikan banyak orang. Tempat untuk sebagian orang yang menyukai alam. 

Walaupun sudah berulang kali mendaki Gunung Manglayang. Kali ini Laura masih dengan rasa takjub yang sama. Perempuan itu juga bangga karena telah berhasil memimpin rombongannya sampai dengan selamat. Meskipun ada sedikit problem mengenai kecelakaan kecil Gaby, tapi syukurlah, Gaby masih baik sekarang. 

"Perfect!" kagum Sagara. Laki-laki itu kemudian merangkul Laura di sebelahnya. "Ada dua keindahan saat ini, Ra."

"Apa?"

"Senja dan lo."

Sudut bibir Laura terangkat naik. Tidak ada yang bisa mencegah perasaan perempuan itu sekarang. Mungkin tujuan awal Laura mendekati Sagara hanya untuk menemani laki-laki itu, setelah kehilangan Alethea. Hal ini ia lakukan untuk berterimakasih kepada Sagara yang pernah membahagiakan Alethea pada masanya. Tapi siapa sangka, perasaan tidak semudah itu untuk disetir, bukan?

"Disini aja," kata Kenan setelah berhasil menemukan tempat dengan luas yang cukup untuk mendirikan tenda. "Gimana?" tanyanya memastikan persetujuan yang lainnya.

"Boleh," sahut Laura. Perempuan itu mulai mengeluarkan tenda yang ia sewa bersama Aileen, Gaby, Zeline waktu itu. "Tenda ada tiga, gue sama Aileen di tenda satu, Gaby, Maudy dan Zeline tenda dua, dan tenda tiga diisi cowok-cowok."

SAGARA ASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang